1. PENDAHULUAN
Berbagai
jenis hasil laut non ikan seperti teripang, lola, japing-japing, rumput laut,
sango-sango dan kerang mutiara banyak terdapat perairan laut Sulawesi Tenggara.
Hasil laut tersebut telah sejak lama diusahakan oleh nelayan yang bertempat
tinggal di sepanjang pantai pulau-daerah ini, disamping usahanya menangkap
ikan. Bilas musim penangkapan ikan sedang sulit, maka para nelayan tradisional
melakukan pencarian, pengumpulan hasil laut non ikan apa saja yang dijumpai di
sekitar mereka tinggal sebagai penghasilan tambahan.
Produksi
laut non ikan ini pada tahun 1979 tercatat sebesar 491 ton yang diperdagangkan
secara antar pulau. Kemudian pada tahun 1984 meningkat mejadi 1.396 ton.
Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
- Nelayan tradisional dengan peralatan penangkapan ikan yang sederhana menjadi tidak produktif lagi, sehingga banyak diantara mereka mengalihkan usahanya mencari hasil laut non ikan secara lebih intensif.
- Harga hasil laut non ikan cukup tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang mampu diperolehnya dengan peralatan tradisionalnya, lagi pula dalam pengumpulan hasil laut tidak memerlukan peralatan yang mahal dan penanganan pasca panen yang serius.
- Usaha budidaya rumput laut dan teripang mulai berhasil.
Pengumpulan
rumput laut, dilakukan oleh nelayan bila harganya cukup menarik bagi mereka,
harga rumput laut (1985) hanya berkisar Rp 100,- s/d Rp 125,-/Kg. sedangkan
harga lola dan japing-japing berkisar Rp 1.750,- s/d Rp 3.750,- Kg. dan harga
teripang yang berkwalitas baik mencapai Rp 20.000,-/Kg.
Tertarik
akan harga teripang yang baik, mulai awal tahun 1985 banyak nelayan yang
melakukan pemeliharaan (pembesaran) teripang. A nak-anak teripang yang banyak
terdampar di pantai-pantai dikumpulkan dan dipelihara disuatu daerah
pemeliharaan yang telah disiapkan. Yaitu berupa perairan di
pantai yang dipagar rapat yang luasnya bervariasi antara 200 s/d 800 m2. Pada saat nelayan dalam penyelaman mencari teripang dewasa memperoleh teripang-teripang yang masih muda tersebut dipelihara dibesarkan dalam kurungan.
pantai yang dipagar rapat yang luasnya bervariasi antara 200 s/d 800 m2. Pada saat nelayan dalam penyelaman mencari teripang dewasa memperoleh teripang-teripang yang masih muda tersebut dipelihara dibesarkan dalam kurungan.
Nampaknya
usaha pemeliharaan teripang ini mempunyai pengaruh positif dalam usaha
meningkatkan pendapatan nelayan dan menjaga kelestarian potensi sumber
khususnya teripang di sekitar perairan dimana nelayan bermukim.
1) Dinas Perikanan Sulawesi Tenggara.
2. KEADAAN BUDIDAYA LAUT SAAT INI.
2.1. Jenis komoditi yang
dibudidayakan
2.1.1. Teripang
Jenis
teripang yang selama ini telah dikelola oleh nelayan antara lain : teripang
susu, teripang kapek, teripang kuro dan teripang putih atau teripang pasir (Holothuria
scabra). Jenis ini harganya cukup mahal yaitu berkisar Rp. 7.500,- s/d Rp.
20.000,- /Kg; jenis lainnya hanya berkisar Rp 250,- s/d Rp. 3.000,- /Kg. belum
dibudidayakan.
Karena
jenis teripang pasir ini semakin berkurang populasinya karena terus dipungut
walaupun masih kecil-kecil, maka mulailah nelayan melakukan budidaya teripang
pasir yang masih kecil dï tempat-tempat pemeliharaan yang dipagar, di perairan
pantai yang cocok dengan lingkungan kehidupan teripang pasir tersebut.
2.1.2. Luas unit budidaya teripang
Budidaya
teripang baru dimulai pada sekitar bulan Januari 1985 oleh beberapa nelayan
disekitar Selat Tiworo. Kemudian sampai bulan September 1985 yang melakukan
pemeliharaan teripang berjumlah 90 kepala keluarga. Masing-masing keluarga
rata-rata memiliki areal sekitar 400 m2 - 1.000 m2.
Teripang pasir ini hidup didasar laut yang berpasir dan sedikit berlumpur. Pada malam hari mencari makanan dan pada siang harinya membenamkan dirinya dalam pasir/lumpur.
Teripang pasir ini hidup didasar laut yang berpasir dan sedikit berlumpur. Pada malam hari mencari makanan dan pada siang harinya membenamkan dirinya dalam pasir/lumpur.
Dalam
pembesaran teripang semakin dalam laut tempat pemeliharaan semakin cepat
pertumbuhannya, Akan tetapi masih kecil-kecil akan cepat pertumbuhannya bila
diperlihara ditepi pantai yang pada waktu air surut mencapai kedalaman 1 s/d 1½
m.
2.1.3. Padat penebaran
Dalam
areal seluas 200 m2 ditebari benih sekitar 500 – 2.000 ekor
teripang, langsung dipelihara dalam tempat pemeliharaan. Kemudian yang sudah
mulai besar dipindahkan ditempat pemeliharaan lainnya yang sudah dapat
menghasilkan daging teripang yang baik.
2.1.4. Hama dan penyakit.
Musuh
utama teripang yang telah diketahui adalah kepiting. Apabila ada diantara badan
teripang yang mengalami luka, maka berarti mengundang hadirnya kepiting. Dan
apabila kepiting mengais-ngais luka pada tubuh teripang, maka teripang hanya
menyerah diam saja, karena teripang hampir seperti tidak ada gerakannya.
2.1.5. Periode pemeliharaan.
Anak
teripang yang dipelihara berukuran panjang sekitar 5 cm, dalam waktu 6 bulan
dapat menjadi 10–15 cm, dagingnya menjadi tebal dan kenyal, sehingga bila
diolah dapat memenuhi standar kualitas baik. Dalam keadaan kering olahan satu
kg berisi sekitar 10 ekor, harganya mencapai Rp 17.500,- - Rp 20.000,-/Kg.
Teripang yang masih muda ukuran 5 – 8 cm jika diolah akan mengalami penyusutan
cukup besar, tiap kg mencapai 50 – 100 ekor, harganya hanya berkisar Rp 2.000,-
- Rp 3.500,-/Kg. Melihat kenyataan tersebut dan menyadari akan semakin
berkurangnya populasi teripang yang menjadi mata pencaharian mereka, maka
teripang muda yang diperolehnya dipelihara lebih dulu samapi dewasa selama 6
sampai 8 bulan, tergantung dari besar kecilnya benih.
2.1.6. Produktivitas usaha.
Untuk
dapat mengetahui hasil yang dicapai dan produktivitas usaha pemeliharaan
teripang oleh masyarakat nelayan. sebagaimana telah dikemukakan masih pada
tahap permulaan, diperlukan pengamatan lebih lanjut, antara lain terhadap
habitat, tehnik pembudidayaan yang baik dan sebagainya.
2.1.7. Penyediaan benih.
Usaha
pencarian benih teripang dilakukan dengan jalan menyelam di laut pada kedalaman
2 meter sampai 5 meter. Biasanya benih teripang diperoleh bersama pada saat
nelayan mencari teripang yang dewasa untuk diolah. Teripang yang masih muda
dibesarkan lebih dulu dan yang telah dewasa dapat langsung diproses untuk
diolah lebih lanjut. Di beberapa tempat tertentu biasa dijumpai benih teripang
yang hanyut terhempas ombak di tepi pantai. Pada umumnya teripang nampaknya
tidak tahan terhadap suhu yang lebih tinggi di pantai, maka pencarian benih
dilakukan pada malam hari pada saat anak-anak teripang dalam tidak bergerak
seperti benda mati saja. Tetapi bagi para nelayan pengumpul teripang yang telah
mengetahui kebiasaan hidup teripang, pada siang hari pun dapat juga dikenali
tempat-tempat dimana teripang bersembunyi. Pada umumnya mulut teripang tetap
menghadap kearah permukaan dasar laut, sehingga bila diperhatikan terdapat
lubang kecil yang persis dimulut teripang.
Terdapat
informasi bahwa teripang dapat berkembang biak didalam areal pemeliharaan dalam
jumlah yang cukup banyak. Namun sejauh mana kebenaran informasi tersebut,
penulis belum mengetahui secara langsung.
2.1.8. Pemasaran hasil.
Seperti
halnya hasil laut non ikan lainnya teripang oleh nelayan penangkap dijual
kepada pedagang pengumpul di desa-desa nelayan setempat. Oleh pedagang
pengumpul kemudian teripang tersebut diolah dengan jalan direbus dan diasap.
Kemudian dari pedagang pengumpul dilokasi pengolahan (I) teripang yang sudah
diawet dijual kepada pedagang pengumpul berikutnya (II) untuk selanjutnya
diperdagangkan secara antar pulau (antar daerah) yaitu ke Ujung Pandang dan
Surabaya. Adapun jalur pemasarannya dan tingkat harga teripang pasir (teripang
putih) dan jenis teripang lainnya adalah sebagai berikut :
Teripang
hasil tangkapan nelayan yang dijual dalam keadaan basah kepada pedagang
pengumpul (I)/(Pengolah) dengan harga berkisar Rp 100,- s/d Rp 250,-/ekor
sesuai mutu teripang. Kemudian oleh pedagang pengumpul (I) setelah dijual
kepada pengumpul (II) pedagang antar pulau dengan harga Rp 4.500,- s/d Rp
20.000,-/kg kering sesuai dengan kualitas teripang. Pada umumnya penilaian
kualitas teripang dititik beratkan pada :
- Besar kecilnya teripang, semakin besar teripang harganya semakin mahal.
- Kualitas teripang tergantung dari :
- tingkat kebersihan teripang
- perebusan dan pengasapan
- Tingkat kelembaban
Teripang
yang pengolahannya sempurna nampak bening dan bersih, semakin sempurna
pengolahan teripang harganya semakin mahal.
Perkembangan perdagangan teripang dan hasil laut lainnya dapat dilihat dalam Tabel 1.
Perkembangan perdagangan teripang dan hasil laut lainnya dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel
1
Perdagangan antar pulau teripang dan hasil laut non ikan lainnya
Sulawesi Tenggara Tahun 1979 – 1984 dalam ton.
Perdagangan antar pulau teripang dan hasil laut non ikan lainnya
Sulawesi Tenggara Tahun 1979 – 1984 dalam ton.
No.
Urut
|
Jenis
Komoditi
|
Tahun
|
|||||
1979
|
1980
|
1981
|
1982
|
1983
|
1984
|
||
1.
|
Teripang
|
70
|
148
|
147
|
121
|
254
|
243
|
2.
|
Lola
|
69
|
64
|
67
|
146
|
461
|
476
|
3.
|
Japing-japing
|
161
|
870
|
103
|
202
|
224
|
271
|
4.
|
Batu laga
|
37
|
22
|
50
|
30
|
58
|
64
|
5.
|
Kulit Mata Tujuh
|
3
|
8
|
1
|
-
|
-
|
-
|
6.
|
Kulit Mutiara
|
4
|
2
|
6
|
12
|
70
|
81
|
7.
|
Kulit Sisik
|
1
|
2
|
2
|
1
|
1
|
2
|
8.
|
Rumput Laut
|
146
|
61
|
50
|
121
|
158
|
210
|
Jumlah
|
491
|
1.177
|
426
|
633
|
1.226
|
1.399
|
Dari tabel
tersebut diatas nampak adanya kenaikan jumlah hasil laut non ikan yang
diperdagangkan ke luar daerah sulawesi tenggara yaitu dari 490 ton pada tahun
1979 meningkat menjadi 1.399 ton pada tahun 1984 atau mengalami kenaikan
rata-rata 23% per tahun. Dan khususnya teripang juga mengalami kenaikan dari 70
ton (1979) meningkat menjadi 243 ton (1984). Kenaikan komoditi tersebut
disebabkan antara lain oleh semakin intensifnya pencarian teripang disamping
sudah berhasilnya sebagian dari budidaya teripang.
POTENSI PENGEMBANGAN
3.1. Jenis-jenis ikan/kerang/rumput
laut/teripang dan penyebarannya
Sebagaimana
diketahui daerah terdiri dari pulau-pulau, selat-selat dan teluk-teluk diantara
Laut Banda. Laut Flores dan Teluk Bone. Pada umumnya memiliki pantai yang
terdiri dari pantai karang, pasir dan lumpur untuk beberapa daerah disekitar
muara sungai. yang demikian itu mencerminkan keadaan perairan yang subur dengan
potensi perikanan yang cukup besar.
3.1.1. Jenis ikan
Sebagaimana
lazimnya diperairan laut tropis, terdapat jenis ikan yang cukup banyak. Antara
lain ikan yang dominan adalah ikan tuna, ikan cekalang, ikan teri, ikan ekor
kuning, ikan kerapu, ikan beronang, ikan kembung, udang dan segalanya.
Teristimewa jenis ikan ekor kuning, ikan kerapu dan ikan beronang (jenis ikan karang) mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan didaerah ini. Jenis ikan ini terdapat di seluruh perairan laut Sulawesi Tenggara. Gambaran tentang besarnya produksi ikan yang dominan di daerah Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel 2.
Teristimewa jenis ikan ekor kuning, ikan kerapu dan ikan beronang (jenis ikan karang) mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan didaerah ini. Jenis ikan ini terdapat di seluruh perairan laut Sulawesi Tenggara. Gambaran tentang besarnya produksi ikan yang dominan di daerah Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2
Produksi ikan di Sulawesi Tenggara Tahun 1979 – 1984 |
||||||||
No.
Urut
|
Jenis
ikan
|
Tahun
|
||||||
1979
|
1980
|
1981
|
1982
|
1983
|
1984
|
|||
1.
|
Ikan Tuna
|
418,0
|
754,3
|
1.456,0
|
1.958,1
|
1.406,9
|
1.827,7
|
|
2.
|
Ikan Cakalang
|
2.653,0
|
4.884,5
|
8.394,0
|
7.304,1
|
7.286,7
|
6.129,8
|
|
3.
|
Ikan Teri
|
3.157,0
|
2.479,4
|
5.638,2
|
6.333,9
|
7.016,2
|
9.864,4
|
|
4.
|
Ikan Kerapu
|
309,0
|
339,4
|
312,8
|
722,3
|
760,0
|
1.060,0
|
|
5.
|
Ikan Ekor Kuning dan ikan Beronang
|
28,0
|
101,4
|
139,8
|
185,4
|
233,4
|
533,9
|
|
6.
|
Ikan Kembung
|
134,0
|
225,3
|
1.193,0
|
1.847,0
|
2.115,0
|
2.209,0
|
|
7.
|
Ikan lain-lain
|
13759,0
|
13313,9
|
21912,6
|
23178,0
|
27393,8
|
28690,6
|
|
Jumlah
|
20468,0
|
22098,2
|
39046,4
|
41528,8
|
46213,0
|
48319,4
|
Dari tabel
tersebut dapatlah diketahui bahwa ikan karang seperti ikan ekor kuning, ikan
kerapu dan ikan beronang produksinya cukup besar didaerah ini. Pada umumnya
ikan tersebut ditangkap dengan alat pancing, sero bubu dan bahan peledak.
3.1.2 Kerang
Berdasarkan
hasil yang diusahakan oleh nelayan, diperairan Sulawesi Tenggara terdapat
berbagai jenis kerang yaitu antara lain : kima, kerang mutiara, japing-japing,
mata tujuh, lola, simping dan masih banyak jenis kerang yang lain, baik yang
hidup di laut maupun di muara sungai. Jenis kerang yang disebutkan terakhir ini
banyak dikonsumsi masyarakat sebagai lauk-pauk dan mempunyai nilai ekonomis
penting.
3.1.3. Rumput laut.
Pada
mulanya hampir diseluruh pantai perairan laut Sulawesi Tenggara banyak tumbuh
rumput laut jenis Eucheuma spinosum dan Gracilaria confervoides.
Namun demikian setelah rumput laut tersebut dipungut secara terus menerus,
dewasa ini tinggal dibeberapa tempat saja dan sebagian besar telah punah.
Dewasa ini usaha untuk membudidayakan rumput laut telah dimulai oleh pengusaha
swasta dipantai selatan Pulau Muna dengan jalan menanam rumput laut diatas
rakit-rakit bambu. Usaha ini masih bersifat percobaan dan memerlukan bimbingan
dalam pengembangannya, khususnya bimbingan tehnis.
3.1.4. Teripang
Sebagaimana
telah dikemukakan terdahulu bahwa teripang dapat juga dijumpai di seluruh
perairan Sulawesi Tenggara. Namun populasinya semakin berkurang akibat
pengambilan/pengumpulan secara terus-menerus. Dengan adanya usaha-usaha
masyarakat nelayan untuk membudidayakan teripang yang mempunyai nilai ekonomis
penting ini, maka sudah selayaknyalah pihak-pihak yang berwenang perlu membantu
mengembangkannya.
3.2. Penyebaran dan luas daerah yang
memungkinkan bagi usaha budidaya laut.
Dilihat
dari persyaratan tehnis budidaya laut, maka darah yang memungkinkan bagi usaha
budidaya laut di perairan Sulawesi Tenggara meliputi perairan Selat Tiworo,
Selat Buton dan perairan laut Kecamatan Gu dan Mawasangka, Pulau-pulau Tukang
Besi dan perairan Kabaena.
3.3. Potensi produksi
Potensi
produksi hasil-hasil laut baik ikan maupun non ikan apabila disertai dengan
usaha budidaya cukup besar dan akan lebih lestari. Hal ini akan besar
manfaatnya baik dilihat dari segi upaya meningkatkan pendapatan nelayan maupun
peningkatan export hasil perikanan.
3.4. Pemasaran hasil
Hasil laut
non ikan dari berbagai jenis komoditi mempunyai pasaran yang baik di luar
negeri. Hal ini nampak jelas dari besarnya permintaan dan tingginya harga
terhadap komoditi tersebut, sehingga banyak pengusaha dari Sulawesi Selatan
melakukan pembelian hasil laut non ikan ini ke pulau-pulau terpencil, dalam hal
pendapatan produksi sulit dimonitor.
Pengaruh
lain adalah terjadinya pengolahan hasil laut yang tidak lagi memperhatikan segi
kelestarian sumber komoditi yang bersangkutan, Rumput laut dibabat habis, lola
dan japing-japing yang masih kecil-kecil sudah dipungut untuk diperdagangkan.
3.5. Ketersediaan tenaga dan dana
3.5.1. Tenaga
Tenaga
penyuluh dan pembimbing dalam kegiatan budidaya laut masih sangat kurang/belum
ada, sedangkan bagi nelayan, apabila mereka diberikan petunjuk-petunjuk dan
bimbingan akan dapat melakukannya dengan baik.
3.5.2 D a n a
Sebagaimana
diketahui, nelayan adalah masyarakat miskin sehingga dalam pengadaan sarana
budidaya sangat sulit. Oleh karena itu perlu adanya usaha-usaha untuk
memberikan bantuan dana bagi mereka.
3.6. Hambatan/problema
- Belum adanya tenaga-tenaga yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan budidaya laut.
- Ketiadaan dana dan sarana untuk melakukan percobaan-percobaan budidaya laut di daerah.
4. KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan
- Bahwa daerah Sulawesi Tenggara memiliki potensi dan prospek yang baik dalam kegiatan budidaya laut, hal ini tercermin dari tersedianya lokasi yang cocok untuk budidaya laut dan berbagai komoditi yang tersedia di daerah tersebut untuk dibudidayakan.
- Usaha budidaya laut dapat berfungsi sebagai upaya meningkatkan pendapatan nelayan, meningkatkan ekspor komoditi non migas dan konservasi perairan setempat.
4.2. Saran-saran
- Agar ada usaha dari pihak-pihak yang berwenang untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi para penyuluh di daerah.
- Perlu adanya percobaan budidaya laut di daerah-daerah yang potensial.
- Tersedianya dana untuk pengembangan budidaya laut.
5. PENUTUP
Adanya
upaya Pemerintah untuk mengembangkan budidaya laut dewasa ini akan besar
manfaatnya dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan yang kita miliki. Daerah
Sulawesi Tenggara sebagai daerah yang mempunyai kemungkinan cukup besar dalam
budidaya laut diharapkan akan berguna dalam pencapaian sasaran dan tujuan
pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal
Perikanan melalui usaha tersebut.
Demikian
makalah yang sederhana ini dibuat kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar