Lobster
air tawar (Cherax sp.) adalah salah satu genus yang tergolong crustacea (bangsa
udang) yang seluruh daur hidupnya terjadi di air tawar. Ukuran tubuhnya secara
alami besar. Badannya terdiri dari dua bagian, yaitu kepala (cephalotorax) dan
badan (abdomen). Ada bagian antaranya yaitu subcephalotorax. Seluruh tubuhnya
diselimuti dengan cangkang yang dikenal sebagai karapas yang berbahan zat
tanduk atau kitin.
Berdasarkan
penyebarannya, terdapat tiga famili lobster air tawar sebagai berikut.
a.
Famili Astacidae, tersebar di belahan bumi utara.
b.
Famili Cambaridae, tersebar di belahan bumi utara.
c.
Famili Parastacidae, tersebar di belahan bumi selatan seperti Australia,
Indonesia bagian Timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini.
B.
Kebiasaan Hidup di Alam
Habitat
alami lobster adalah danau, rawa,dan sungai air tawar di daerah pegunungan.
Selain itu, udang ini juga bersifat endemik karena terdapat spesifikasi pada
spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu
(native).
1.
Kebiasaan makan
Hampir
sama seperti udang galah, kebiasaan makan lobster air tawar adalah dengan
menggerumuti pakan, sedangkan larvanya dengan menyaring pakan yang masuk
bersama air ke mulutnya.
Lobster
akan mencari pakan pada malam hari karena tergolong binatang nockturnal. Pakan
yang disukainya berupa biji-bijian, umbiumbian dan bangkai hewan, maupun
binatang kecil lainnya. Ikan ini tergolong pemakan segala (omnivora). Sering
kali lobster bersifat kanibal terhadap sesamanya.
2.
Kebiasaan berkembang biak
Lobster
berkembang biak dengan cara bertelur. Tahapan pemijahan d alam biasanya diawali
dengan mencari pasangan, kemudian dilanjutkan dengan ritual percumbuan sebagai
dan akhirnya memijah. Induk betina akan mengerami telurnya, kemudian
dilanjutkan dengan pengasuhan benih hingga umur tertentu. Lobster umumnya memilih habitat yang
memiliki vegetasi yang lebat. bertepi dangkal, dan dasarnya berpasir bercampur
Lumpur. Udang ini hidup pada kisaran suhu 26-30 0C, tetapi ada juga jenis
lobster yang mampu bertahan pada suhu 10O C.
C.
Memilih Induk
Memilih
induk lobster ibarat memilih sepasang pengantin yang hendak dipersandingkan di
pelaminan. Masing-masing harus matang telur dan tidak boleh keliru menentukan
jenis kelaminnya. Tidak boleh dua-duanya jantan atau dua-duanya betina. Adapun
ciri-cirinya sebagai berikut.
Ciri
induk yang berkualitas
Betina
-
Adanya lubang bulat yang terletak yang terletak di dasar kaki ketiga.
-
Capit betina besarnya sama atau hanya 1,5 kali buku (ruas) pertama.
-
Warna lebih gelap dibandingkan pasangannya.
-
Umur 6-8 bulan.
-
Berat mencapai 30 g.
-
Panjang 18 – 20 cm
Jantan
-
Memiliki tonjolan di dasar tangkai kaki jalan kelima.
-
jantan memiliki capit yang besarnya 2-3 kali buku (ruas) pertama.
-
Warna lebih cerah.
-
Umur 6-8 bulan.
-
Berat 30 g.
-
Panjang 18-20 cm.
D.
Pemijahan di Kolam
Tidak
seperti pemijahan udang windu ataupun udang galah yang menggunakan teknik
ablasi (pematangan gonade dengan membutakan udang), pemijahan lobster air tawar
masih dilakukan secara alami. Oleh karenanya, keberhasilan pemijahan lobster
ini sangat tergantung pada pemilihan induk, kualitas pakan yang diberikan, dan
perlakuan lingkungan.
1.
Konstruksi kolam
Kolam
pemeliharaan calon induk yang hendak dipijahkan sebaiknya menggunakan bak
semen, bak plastik, ataupun bak fibre. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan.
Namun, penggunaan kolam tanah juga tidak dilarang. Bentuk bak semen atau bak
fibre bisa persegi panjang, bulat, ataupun segi empat. Bak dilengkapi pintu
pemasukan dan pembuangan air dan shelter (tempat berlindung). Induk jantan dan
induk betina harus ditempatkan dalam kolam yang terpisah untuk mencegah
terjadinya pemijahan yang tidak dikehendaki.
Selama
dipelihara, calon induk diberi pakan udang segar, cacing halus pelet udang
komersial, atau ubi jalar dengan kandungan protein 35-40 % Jumlah pakan yang
diberikan 3% dari bobot badan hidup. Frekuensi pem berian pakan 3 kali sehari,
pagi, Siang dan sore atau malam. Porsi pakan yang diberikan pada malam hari
lebih banyak karma lobster termasuk binatang nocturnal.
2.
Persiapan kolam
Sebelum
kolam diisi air, sebaiknya dipasang shelter yang bisa berupa ban mobil bekas,
genteng, batako, pralon diameter 3 inci sepanjang 25 cn atau bahan lain yang
tidak berbahaya bagi calon induk. Kemudian kolam diisi air dan calon induk
dilepaskan. Kepadatan penebaran calon induk
tergantung
dari besarnya calon induk yang dipersiapkan. Adapun untuk contohnya dapat
dilihat dibawah ini
KEPADATAN
PENEBARAN BERDASARKAN BERAT INDUK
1.
Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (15 g/ekor)
Kepadatan
Penebaran (10ekor/m2)
2.
Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (20 g/ekor)
Kepadatan
Penebaran (5 ekor/m2)
3.
Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (30 g/ekor)
Kepadatan
Penebaran ( 1 - 2 ekor/m2)
3.
Pemijahan
Pemijahan
lobster air tawar masih dilaksanakan secara alami sehingga pemilik hanya
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh indukinduk lobster. Sementara
keberhasilan pemijahan sangat tergantung dari 'kemauan' induk-induk tersebut untuk
memijah.
Pemijahan
alami ini dapat dilaksanakan dengan dua jalan, yaitu pasangan dan massal.
Pemijahan secara berpasangan dapat dilakukan di akuarium berukuran panjang 50
cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Sementara pemijahan secara massal dapat
dilaksanakan di bak semen atau bak fibre dengan berukuran 2 m X I M X 1 m atau
6 m x 2 m x I M.
Kepadatan
penebaran untuk pemijahan massal yaitu 3 ekor jantan dengan 1 ekor betina untuk
setiap 4 m2 bak. Adapun di akuarium seekor jantan dengan seekor betina untuk
setiap akuarium. Jangan lupa menambahkan aerator ke dalam akuarium.
Jika
tidak ada halangan maka induk akan segera memijah dengan ritual pemijahan khan
lobster. Induk betina yang telah kawin akan membawa telurnya di antara
kaki-kaki renangnya dan merawat benihnya sampai umur tertentu.
E.
Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Penetasan
telur yang dibawa induk betina bisa tetap dilakukan di akuarium dengan
memindahkan induk jantan ke lain tempat. Sementara untuk lobster yang
dikawinkan secara massal, harus dilakukan sebaliknya yaitu memindahkan lobster
betina yang mengerami telurnya ke dalam akuarium atau bak penetasan
khusus.
Bak
penetasan yang dimaksudkan bisa berupa akuarium ukuran 4o cm x 3o cm x 3o cm.
Bak penentasan juga bisa berupa bak fibre yang disekat-sekat yang dipersiapkan
secara khusus untuk penetasan, seukuran 3o cm x 3o cm x 30 cm. Bisa juga
induk-induk betina yang mengeram ditempatkan bersama-sama di dalam bak fibre
bulat dengan diameter 1 meter.
Setelah
8-15 hari sejak pemindahan induk-induk yang mengeram. maka juvenil lobster
sudah memiliki bentuk yang mirip dengan indukinduknya. Oleh karena itu,
saatnya untuk memindahkan benih ini ke kolam yang terpisah dari induknya.
F.
Pendederan dan Pembesaran
Dalam
kegiatan pendederan dan pembesaran, biasanya dapat menggunakan kolam yang sama.
Persiapan kolam yang dilakukan juga sama.
1.
Konstruksi kolam
Untuk
pembesaran lobster air tawar, sebaliknya dipersiapkan kolam tanah berbentuk
persegi panjang. Kolam dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air
yang terletak berseberangan secara horizontal untuk menjamin sirkulasi air.
Kolam
pembesaran lobster ini banyak dibuat petani di daerah Jawa Barat maupun daerah
lainnya. Mereka mempersiapkan kolam seperti untuk pendederan ikan mas dengan
cara memupuk kolam dengan kotorar ayam terlebih dahulu.
2.
Persiapan kolam
Kolam
pembesaran harus dipersiapkan dahulu sebelum benih lobster dimasukkan.
Persiapan kolam biasanya meliputi perbaikan pematang kolam dan kemalir (saluran
tengah) untuk mempermudah proses panen.
Kolam
untuk pembesaran lobster tidak perlu terlalu luas, sesuaLi
dengan
lahan yang tersedia. Luas kolam bisa 100 m2 , 2500 m , atau 600 m2. Ke dalam
kolam ditebari pupuk kandang dengan dosis 0,5-1,5 kg/m2. Selain itu, kolam
diisi air sedalam antara 40-70 cm agar pakan alami sebagai makanan lobster
dapat tumbuh.
Daun
kelapa dimasukkan ke dalam kolam pembesaran sebagai shelter. Tujuannya untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam kolam karena lobster
termasuk binatang yang menjauhi sinar matahari (nockturnal). Shelter ini bisa
juga berupa ban luar bekas mobil. Lobster juga mempunyai kebiasaan menempel di
substrat dalam mencari pakan sehingga penempatan shelter ini sangat cocok.
3.
Penebaran benih
Benih
yang ditebarkan berumur 8-15 hari dengan kepadatan 20-30 ekor/m2 luas kolam. Di
tempat pembesaran diusahakan ukuran benih yang ditebarkannya seragam untuk
mencegah sifat kanibalisme. Pemeliharaan pertama selama 2 bulan. Selanjutnya,
pemeliharaan
dilakukan
selama 4 bulan untuk memperoleh lobster ukuran ekonomis 20-30 g/ekor.
Lobster
umumnya ditangkap dari pantai. Nelayan pantai Baron, Yogyakarta dengan perahu
kecil berenang dan menangkap lobster di antara karang-karang, kemudian dijual
di pantai atau dikirim ke pemasok. Kini, lobster air tawar dapat dikembangkan
di kolam pekarangan, sama seperti komoditas ikan air tawar lainnya.
Lobster
air tawar (Cherax sp.) adalah salah satu genus yang tergolong crustacea (bangsa
udang) yang seluruh daur hidupnya terjadi di air tawar. Ukuran tubuhnya secara
alami besar. Badannya terdiri dari dua bagian, yaitu kepala (cephalotorax) dan
badan (abdomen). Ada bagian antaranya yaitu subcephalotorax. Seluruh tubuhnya
diselimuti dengan cangkang yang dikenal sebagai karapas yang berbahan zat
tanduk atau kitin.
Berdasarkan
penyebarannya, terdapat tiga famili lobster air tawar sebagai berikut.
a.
Famili Astacidae, tersebar di belahan bumi utara.
b.
Famili Cambaridae, tersebar di belahan bumi utara.
c.
Famili Parastacidae, tersebar di belahan bumi selatan seperti Australia,
Indonesia bagian Timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini.
B.
Kebiasaan Hidup di Alam
Habitat
alami lobster adalah danau, rawa,dan sungai air tawar di daerah pegunungan.
Selain itu, udang ini juga bersifat endemik karena terdapat spesifikasi pada
spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu
(native).
1.
Kebiasaan makan
Hampir
sama seperti udang galah, kebiasaan makan lobster air tawar adalah dengan
menggerumuti pakan, sedangkan larvanya dengan menyaring pakan yang masuk
bersama air ke mulutnya.
Lobster
akan mencari pakan pada malam hari karena tergolong binatang nockturnal. Pakan
yang disukainya berupa biji-bijian, umbiumbian dan bangkai hewan, maupun
binatang kecil lainnya. Ikan ini tergolong pemakan segala (omnivora). Sering
kali lobster bersifat kanibal terhadap sesamanya.
2.
Kebiasaan berkembang biak
Lobster
berkembang biak dengan cara bertelur. Tahapan pemijahan d alam biasanya diawali
dengan mencari pasangan, kemudian dilanjutkan dengan ritual percumbuan sebagai
dan akhirnya memijah. Induk betina akan mengerami telurnya, kemudian
dilanjutkan dengan pengasuhan benih hingga umur tertentu. Lobster umumnya memilih habitat yang
memiliki vegetasi yang lebat. bertepi dangkal, dan dasarnya berpasir bercampur
Lumpur. Udang ini hidup pada kisaran suhu 26-30 0C, tetapi ada juga jenis
lobster yang mampu bertahan pada suhu 10O C.
C.
Memilih Induk
Memilih
induk lobster ibarat memilih sepasang pengantin yang hendak dipersandingkan di
pelaminan. Masing-masing harus matang telur dan tidak boleh keliru menentukan
jenis kelaminnya. Tidak boleh dua-duanya jantan atau dua-duanya betina. Adapun
ciri-cirinya sebagai berikut.
Ciri
induk yang berkualitas
Betina
-
Adanya lubang bulat yang terletak yang terletak di dasar kaki ketiga.
-
Capit betina besarnya sama atau hanya 1,5 kali buku (ruas) pertama.
-
Warna lebih gelap dibandingkan pasangannya.
-
Umur 6-8 bulan.
-
Berat mencapai 30 g.
-
Panjang 18 – 20 cm
Jantan
-
Memiliki tonjolan di dasar tangkai kaki jalan kelima.
-
jantan memiliki capit yang besarnya 2-3 kali buku (ruas) pertama.
-
Warna lebih cerah.
-
Umur 6-8 bulan.
-
Berat 30 g.
-
Panjang 18-20 cm.
D.
Pemijahan di Kolam
Tidak
seperti pemijahan udang windu ataupun udang galah yang menggunakan teknik
ablasi (pematangan gonade dengan membutakan udang), pemijahan lobster air tawar
masih dilakukan secara alami. Oleh karenanya, keberhasilan pemijahan lobster
ini sangat tergantung pada pemilihan induk, kualitas pakan yang diberikan, dan
perlakuan lingkungan.
1.
Konstruksi kolam
Kolam
pemeliharaan calon induk yang hendak dipijahkan sebaiknya menggunakan bak
semen, bak plastik, ataupun bak fibre. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan.
Namun, penggunaan kolam tanah juga tidak dilarang. Bentuk bak semen atau bak
fibre bisa persegi panjang, bulat, ataupun segi empat. Bak dilengkapi pintu
pemasukan dan pembuangan air dan shelter (tempat berlindung). Induk jantan dan
induk betina harus ditempatkan dalam kolam yang terpisah untuk mencegah
terjadinya pemijahan yang tidak dikehendaki.
Selama
dipelihara, calon induk diberi pakan udang segar, cacing halus pelet udang
komersial, atau ubi jalar dengan kandungan protein 35-40 % Jumlah pakan yang
diberikan 3% dari bobot badan hidup. Frekuensi pem berian pakan 3 kali sehari,
pagi, Siang dan sore atau malam. Porsi pakan yang diberikan pada malam hari
lebih banyak karma lobster termasuk binatang nocturnal.
2.
Persiapan kolam
Sebelum
kolam diisi air, sebaiknya dipasang shelter yang bisa berupa ban mobil bekas,
genteng, batako, pralon diameter 3 inci sepanjang 25 cn atau bahan lain yang
tidak berbahaya bagi calon induk. Kemudian kolam diisi air dan calon induk
dilepaskan. Kepadatan penebaran calon induk
tergantung
dari besarnya calon induk yang dipersiapkan. Adapun untuk contohnya dapat
dilihat dibawah ini
KEPADATAN
PENEBARAN BERDASARKAN BERAT INDUK
1.
Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (15 g/ekor)
Kepadatan
Penebaran (10ekor/m2)
2.
Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (20 g/ekor)
Kepadatan
Penebaran (5 ekor/m2)
3.
Berat Calon Induk Rata-rata/Ekor (30 g/ekor)
Kepadatan
Penebaran ( 1 - 2 ekor/m2)
3.
Pemijahan
Pemijahan
lobster air tawar masih dilaksanakan secara alami sehingga pemilik hanya
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh indukinduk lobster. Sementara
keberhasilan pemijahan sangat tergantung dari 'kemauan' induk-induk tersebut untuk
memijah.
Pemijahan
alami ini dapat dilaksanakan dengan dua jalan, yaitu pasangan dan massal.
Pemijahan secara berpasangan dapat dilakukan di akuarium berukuran panjang 50
cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Sementara pemijahan secara massal dapat
dilaksanakan di bak semen atau bak fibre dengan berukuran 2 m X I M X 1 m atau
6 m x 2 m x I M.
Kepadatan
penebaran untuk pemijahan massal yaitu 3 ekor jantan dengan 1 ekor betina untuk
setiap 4 m2 bak. Adapun di akuarium seekor jantan dengan seekor betina untuk
setiap akuarium. Jangan lupa menambahkan aerator ke dalam akuarium.
Jika
tidak ada halangan maka induk akan segera memijah dengan ritual pemijahan khan
lobster. Induk betina yang telah kawin akan membawa telurnya di antara
kaki-kaki renangnya dan merawat benihnya sampai umur tertentu.
E.
Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Penetasan
telur yang dibawa induk betina bisa tetap dilakukan di akuarium dengan
memindahkan induk jantan ke lain tempat. Sementara untuk lobster yang
dikawinkan secara massal, harus dilakukan sebaliknya yaitu memindahkan lobster
betina yang mengerami telurnya ke dalam akuarium atau bak penetasan
khusus.
Bak
penetasan yang dimaksudkan bisa berupa akuarium ukuran 4o cm x 3o cm x 3o cm.
Bak penentasan juga bisa berupa bak fibre yang disekat-sekat yang dipersiapkan
secara khusus untuk penetasan, seukuran 3o cm x 3o cm x 30 cm. Bisa juga
induk-induk betina yang mengeram ditempatkan bersama-sama di dalam bak fibre
bulat dengan diameter 1 meter.
Setelah
8-15 hari sejak pemindahan induk-induk yang mengeram. maka juvenil lobster
sudah memiliki bentuk yang mirip dengan indukinduknya. Oleh karena itu,
saatnya untuk memindahkan benih ini ke kolam yang terpisah dari induknya.
F.
Pendederan dan Pembesaran
Dalam
kegiatan pendederan dan pembesaran, biasanya dapat menggunakan kolam yang sama.
Persiapan kolam yang dilakukan juga sama.
1.
Konstruksi kolam
Untuk
pembesaran lobster air tawar, sebaliknya dipersiapkan kolam tanah berbentuk
persegi panjang. Kolam dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air
yang terletak berseberangan secara horizontal untuk menjamin sirkulasi air.
Kolam
pembesaran lobster ini banyak dibuat petani di daerah Jawa Barat maupun daerah
lainnya. Mereka mempersiapkan kolam seperti untuk pendederan ikan mas dengan
cara memupuk kolam dengan kotorar ayam terlebih dahulu.
2.
Persiapan kolam
Kolam
pembesaran harus dipersiapkan dahulu sebelum benih lobster dimasukkan.
Persiapan kolam biasanya meliputi perbaikan pematang kolam dan kemalir (saluran
tengah) untuk mempermudah proses panen.
Kolam
untuk pembesaran lobster tidak perlu terlalu luas, sesuaLi
dengan
lahan yang tersedia. Luas kolam bisa 100 m2 , 2500 m , atau 600 m2. Ke dalam
kolam ditebari pupuk kandang dengan dosis 0,5-1,5 kg/m2. Selain itu, kolam
diisi air sedalam antara 40-70 cm agar pakan alami sebagai makanan lobster
dapat tumbuh.
Daun
kelapa dimasukkan ke dalam kolam pembesaran sebagai shelter. Tujuannya untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam kolam karena lobster
termasuk binatang yang menjauhi sinar matahari (nockturnal). Shelter ini bisa
juga berupa ban luar bekas mobil. Lobster juga mempunyai kebiasaan menempel di
substrat dalam mencari pakan sehingga penempatan shelter ini sangat cocok.
3.
Penebaran benih
Benih
yang ditebarkan berumur 8-15 hari dengan kepadatan 20-30 ekor/m2 luas kolam. Di
tempat pembesaran diusahakan ukuran benih yang ditebarkannya seragam untuk
mencegah sifat kanibalisme. Pemeliharaan pertama selama 2 bulan. Selanjutnya,
pemeliharaan
dilakukan
selama 4 bulan untuk memperoleh lobster ukuran ekonomis 20-30 g/ekor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar