1.1. Latar
Belakang
Indonesia
merupakan negara bahari dan tepatnya dikatakan negara kepulauan. Indonesia
ditutupi dua pertiga oleh air, wilayah tanah air Indonesia memiliki potensi
sumberdaya hayati perikanan yang besar dan belum seluruhnya dapat dikelola
Sebagai
negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang Perikanan.
Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta km2 atau sekitar 81 % dari
wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih
kurang 14 juta Ha, yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta
Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan
potensi yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken, 1992).
Pemeriksaan
jenis kelamin dalam budidaya sangatlah penting. Karena hal tersebut menentukan
dalam proses-proses selanjutnya dalam kegiatan budidaya, termasuk dalam
merekayasa utnuk mendapatkan produksi ikan yang maksimum. Selain itu,
identifikasi dan pembedaan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk menguji hasil
ginogenesis dan
androgenesis(Anonymous.2006)
Ikan
terdiri dari banyak sekali spesies di dunia yang memiliki kekhasan tersendiri
dan yang telah berhasil diidentifikasi para ahli ikhtiologi di dunia ini ada
sekitar 20.000 – 40.000 spesies. Bahkan ratusan spesies diantaranya telah
memiliki varietas atau strain yang mencapai ratusan varietas.
Studi
mengenai jenis kelamin dari suatu spesies yang memiliki banyak strain merupakan
suatu hal yang sangat menarik dan penting untuk dilakukan terutama bagi
orang-orang yang menekuni bidang budidaya perikanan dan melakukan penelitian di
bidang Biologi Perikanan. Hal ini karena setiap individu dari setiap spesies
ikan memiliki ciri – ciri khusus sebagai penentu apakah indi-vidu ikan itu
berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri – ciri seksual ini pada
beberapa spesies ikan baru nyata terlihat apabila individu ikan mengalami
kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada beberapa spesies ikan lainnya
ciri–ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas walaupun individu ikan
tersebut belum matang gonad ataupun sudah selesai memijah karena dapat terlihat
pada ciri – ciri morfologi pada permukaan tubuhnya. Oleh karena itu sangat
diperlukan pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad dari setiap individu
ikan sehingga membantu mereka yang berkecimpung di bidang budidaya perikanan dan
biologi perikanan untuk menghitung jumlah ikan dewasa yang siap bereproduksi
dan memijah, kapan mereka akan memijah dan bertelur serta kapan dan berapa
telur yang akan dibuahi dan menetas serta perbandingan antara ikan yang belum
matang gonad dengan yang sudah matang, ikan yang belum dewasa dengan yang sudah
dewasa dan ikan yang belum bereproduksi dengan yang sudah (Pulungan, 2006).
Mahasiswa
perikanan harus dapat mengenali tingkat kematangan gonad setiap jenis ikan yang
populer di masyarakat sehingga dapat membantu jika ingin membudidayakannya.
Karena itulah praktikum tentang tingkat kematangan gonad sangat diperlukan
untuk memberikan latihan kepada mahasiswa.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengenal ikan yang dewasa, siap bereproduksi dan
memijah serta tingkat kematangan gonad dan untuk mengenal secara jelas jenis
kelamin ikan yang diamati, baik diamati dengan ciri seksual primer maupun
cirri seksual sekunder. Sehingga pada praktikum ini para praktikan mampu untuk
mengenali setiap jenis kelamin ikan baik itu jantan, betina ataupun
hermaprodit.
Manfaat dari praktikum yang diperoleh adalah untuk
mengetahui bagaimana dan apa saja organ-organ yang digunakan dalam sistem
reproduksi seperti testes, ovari,mengetahui apakah ikan tersebut berkelamin jantan atau
betina . Dan dapat memberikan informasi terhadap ilmu pengetahuan yang ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kottelat et.
al, (1993), mengatakan bahwa ikan yang tergolong ordo cypriniformes di
perairan barat Indonesia dan Sulawesi terdiri dari banyak famili. Melihat jenis
ikan Cypriniformes cukup banyak dan perubahan ekosistem akibat dari kemungkinan
terjadi perubahan jumlah spesies ikan Cypriniformes pada saat ini dan kemudian
hari.
Menurt
Atmaja (2005) akibat adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan, maka ikan-ikan
muda yang berasal dari telur yang menetas pada waktu yang bersamaam akan
mencapai tingkat kematangan gonad pada umur yang berlainan. Ukuran ikan jika
pertama kali matang gonad tidak selalu sama, disebabkan antara lain oleh suhu
air dan dan ketersediaan pakan ( Atmaja, 2005)
Sitanggang
(1987) mengemukakan bahwa ikan tambakan termasuk golongan ikan
labyrinthici yaitu sebangsa ikan yang memiliki alat pernafasan berupa insang
dan insang tambahan (labyrinth). Labyrinth adalah alat pernafasan yang berupa
selaput tambahan yang berbentuk tonjolan pada tepi-tepi atas lapisan insang
pertama. Pada selaput terdapat pembuluh darah kapiler (zat asam) langsung dari
udara dan pernafasannya.
Seksualitas
ikan dapat ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual skunder dan seksual
primer. Pengamatan seksual primer harus dengan pembelahan diperut ikan.
Sedangkan seksual skunder dengan memperhatikan ciri-ciri morfologi yaitu bentuk
tubuh. Organ pelengkap dan warna (andea,2005).
Selanjutnya
Effendie (1997) menyatakan bahwa sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan
adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu
ovarium dan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang
dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Apabila suatu spesies ikan mempunyai
sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina maka
spesies ikan mempunyai seksual dimorphisme. Apabila yang menjadi tanda itu
warna maka ikan itu mempunyai seksual dichromatisme dimana pada ikan jantan
biasanya warnanya agak lebih cerah dan menarik daripada ikan betina.
Ciri
seksual ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri seksual primer dan ciri
seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah alat organ yang berhubungan
langsung dengan proses reproduksi. Testes dan salurannya pada ikan jantan
merupakan ciri seksual primer. Untuk melihat perbedaannya diperlukan
pembedahan. Ciri seksual sekunder berguna dalam membedakan ikan jantan dengan
ikan betina dan dapat dilihat dari luar, meskipun kadang kala tidak memberikan
hasil yang positif (nyata). (Tim Ikhtiologi, 1989).
Gonad
adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad
yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang berfungsi
menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan betina
disebut ovari berfungsi menghasilkan telur. (Pulungan et. al, 2006).
Selanjutnya dikatakan juga bahwa gonad yang terdapat didalam tubuh mengalami
perkembangan dari bentuk sehelai benang yang berisi cairan bening kemudian
berkembang dan membesar sesuai dengan kapasitas rongga perut yang dimiliki
individu ikan. Perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan
gamet yang diproduksi oleh gonad itu sendiri. Semakin matang gonad suatu
in-dividu ikan maka semakin besar bentuk dan berat gonad serta tubuh individu
ikan.
Berdasarkan tempat pemijahan. Ikan dapat dimasukkan
kedalam beberapa golongan, yaitu golongan ikan phytopil yang memijah pada
tanaman. Golongan psamopil memijah dipasir. Golongan ikan pelagopil memijah
pada kolam air diperairan dan golongan ikan ostracopil pada cakang yang telah
mati (Raharjo, 1980).
Pengamatan terhadap aspek-aspek biologi spesies ikan
dilakukan para pakar biologi perikanan melalui pendekatan secara
kuantitatif. Dengan perlakuan yang diberikan terhadap banyak individu ikan
dengan waktu pengamatan yang relatif lama (Effendi, 1997).
Pengamatan tentang tahap tahap kematang gonad ikan dapat
dilakukan secara morphologi dan histologi. Pengamatan secara histologi dapat
dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara
histologi hanya dapat dilakukan di dalam laboratorium. Pengamat secara
histologi sangat memerlukan peralatan canggih dan teliti dan memerlukan
pendanaan yang cukup (Pulungan, 2006).
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan
gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan
perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih
banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur
yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di
dalam testes (Effendie, 2002).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2010 pada pukul 10.00 WIB sampai selesai di Laboratorium Biologi Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini ada 25
spesies ikan Tambakan (Helostoma temmincki). Kesemuanya
itu diamati masing masing jenis kelaminnya, baik secara primer maupun secara
sekunder.
Sedangkan
alat yang digunakan yaitu nampan untuk meletakkan ikan sampel, kain lap untuk
membersihkan tangan, pensil dan pena untuk menulis, penghapus untuk menghapus,
penggaris untuk mengukur ketelitiannya adalah 30 cm, jarum dan pingset untuk
meneliti bagian yang kecil, timbangan Kartorius untuk menimbang berat gonad
ikan, gunting/pisau untuk membedah ikan, timbangan untuk menimbang berat ikan,
buku penuntun praktikum untuk mempermudah dalam melakukan praktikum dan buku
data sementara untuk tempat menulis.
3.3. Metode Praktikum
Metode praktikum adalah metode survei dengan mengamati dan mengenali langsung
objek praktikum dengan mengikuti petunjuk yang terdapat di dalam buku penuntun praktikum.
Kemudian dilakukan pengukuran dan pencatatan ciri-ciri meristik dan morfometrik
dari setiap objek.
3.4. Prosedur Praktikum
- Prosedur praktikum seksualitas
ikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengukur panjang total (TL), panjang
baku (SL), panjang fork (FL), BdH, dan HdL serta menggambarkan setiap individu
ikan yang diamati. Identifikasi dan timbang setiap ikan objek yang
dipraktekkan.
2) Pisahkan menurut jenis kelamin
berdasarkan ciri seksual sekunder.
3) Bedah perut ikan dengan alat bedah
secara abdominal, amati menurut ciri seksual primer.
4) Amati organ reproduksi apakah
berbentuk testes atau ovari.
5) Hal yang perlu diamati untuk
testes/ovari adalah bentuk testes/ovari, ukuran testes/ovari (panjang), perbandingan
panjang testes/ovari dengan panjang rongga tubuh, dan warna testes/ovari.
6) Setelah dibedah kemudian tentukan
tahap-tahap perkembangan gonad menurut Nikolski dan Kesteven.
7) Hitung IKG ikan.
- Adapun
prosedur praktikum kematangan gonad ini adalah :
1. Gambar dan
tulis klasifikasi ikan.
2. Timbang berat
ikan.
3. Ukur
morfometrik ikan ( Hdl, Bdh, TL, FL, SL).
4. Amati ciri-ciri
seksualnya, kemudian tentukan jenis kelaminnya. Untuk memastikan jenis kelamin,
bedah ikan dan keluarkan gonadnya. Kemudian tentukan jenis kelamin dari ikan
tersebut serta gambarkan bentuk dari jenis kelamin tersebut (ovari dan testes).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
No
|
Jenis
Ikan
|
Habitat
|
Klasifikasi
Ikan
|
1.
|
Ikan Tambakan
|
Air tawar
|
Filum
: Cordhata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Perciformes
Family
: Anabantidae
Genus
: Helostoma
Spesies
: Helostoma temmincki
|
Tabel 1. Jenis Ikan, Lingkungan Hidupnya dan Klasifikasi
4.1.1. Kematangan Gonad
Hasil praktikum terdiri dari klasifikasi dan pengukuran data morfometrik dari 20 ekor ikan Tambakan (Helostoma temmincki) yang berbeda jenis kelaminnya dengan
tingkat kematangan gonad yang berbeda pula. (Lampiran 1)
Dari data
tersebut dilakukan penimbangan terhadap masing-masing gonad ikan dan
penghitungan IKG (Indeks Kematangan Gonad) atau sering disebut Coeffisien
Kematangan Gonad atau Gonado Somatic Index, yaitu suatu nilai dalam persen
sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk
gonad dikali dengan 100 %.
Rumus IKG :
IKG = x100%
Keterangan : IKG = Indeks
Kematangan Gonad
Bg = Berat Gonad dalam gram
Bt = Berat tubuh dalam gram
Alat
kelamin pada ikan disebut gonad. Gonad dalam rongga tubuh ikan jantan disebut
testes, sedangkan gonad yang terdapat dalam rongga tubuh ikan betina disebut
ovari. Alat kelamin berupa gonad (kelenjar kelamin), terdapat sepasang dalam
abdomen (rongga perut) dan terletak gelembung udara yang terdapat pada ikan
betina dan ikan jantan. Organ seksual yang merupakan ciri-ciri seksual primer
pada ikan tambakan terdiri dari testes pada ikan jantan dan ovari pada ikan
betina. Testes ikan tambakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Testes Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)
Testes pada ikan tambakan jantan yang terdapat didalam tubuh ikan bervariasi
mulai dari berwarna bening transparan sampai putih susu yang menunjukkan tahap
perkembangan gonadnya dan berjumlah dua buah atau sepasang. Bentuknya memanjang
dan terletak menggantung pada mesenteries (mesovaria) dengan posisi persis di
bawah tulang punggung dan ginjal serta di samping gelembung renang.
Testes ikan tambakan ini terletak di dalam rongga perut ikan jantan.
Ovari pada
ikan tambakan betina terdapat di dalam tubuh ikan tepatnya di dalam rongga
perut ikan tersebut. Bentuknya memanjang dan berjumlah sepasang dengan letak
menggantung pada mesenteries (mesovaria). Posisinya persis di bawah tulang
punggung dan ginjal serta di samping gelembung renang. Warna ovari pada ikan
sampel bervariasi mulai dari bening transparan sampai kuning keemasan yang
menunjukkan tahap kematangan gonadnya dan memiliki butiran telur. Untuk lebih
jelasnya, gambar ovari pada ikan ini dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 3. Ovari Ikan Tambakan (Helostoma
temmnincki)
Butiran telur pada ovari ikan betina juga bervariasi baik warna maupun
ukurannya yang menunjukkan perkembangan gamet ini. Warnanya mulai dari
transparan sampai kuning keemasan dan berbentuk bundar.
4.1.2. Seksualitas Ikan
Setelah melakukan serangkaian praktikum yang sangat
panjang dan teliti maka saya sebagai praktikan yang tergabung di dalamnya
mendapatkan hasil yang akan saya jabarkan sebagai berikut. (Lampiran 2)
Biasanya ukuran testes lebih kecil daripada ukuran
ovarynya, dimana testes berwarna transparan sampai putih susu dan ovary
berwarna kuning emas dan terlihat jelas butiran-butiran telurnya. Organisme
ikan akan melakukan reproduksi saat sudah mencapai matang gonad (Fauzi, M.,
1999).
4.2 Pembahasan
4.2.1. Tingkat
Kematangan Gonad
Hal ini
sesuai dengan pendapat Effendi (1997), yang mengatakan bahwa penentuan
jenis kelamin setelah dilakukan pengukuran panjang berat, kemudian ikan dibedah
dan dikeluarkan gonadnya untuk mengetahui jenis kelamin ikan tersebut.
Penentuan jenis kelamin ikan tambakan dengan memperlihatkan ciri seksual primer
dengan membedah tubuh ikan tersebut. Setelah itu diamati ciri seksual sekunder
dengan memperlihatkan bentuk tubuh pada organ pelengkap lainnya.
Alat
kelamin yang terdapat pada individu ikan disebut gonad. Akan tetapi jika gonad
itu terdapat dalam rongga tubuh ikan jantan disebut testes, sedangkan gonad
yang terdapat dalam rongga tubuh ikan betina disebut ovary. Gonad memiliki
pembuluh darah yang berfungsi sebagai supply (penyedia) nutrisi. Testes pada
ikan terdapat dalam rongga tubuh, bentuknya sangat tergantung pada rongga tubuh
yang tersedia tetapi umumnya berbentuk panjang, jumlahnya sepasang dan
tergantung di sepanjang mesenteries pada rongga atas bagian tubuh. Posisinya
persis di bawah tulang punggung di samping gelembung udara. Warna bervariasi
mulai dari transparan sampai putih susu. Ovari pada ikan terdapat dalam tubuh,
bentuknya juga tergantung pada rongga tubuh. Namun umumnya memanjang, jumlahnya
sepasang dan menggantung kepada mesenteries (mesovaria). Posisinya persis di
bawah tulang punggung dan ginjal serta di samping gelembung udara. Warnanya
bervariasi mulai dari transparan sampai kuning emas dan keabu-abuan.
Kottelat et.al.,(1993)
menyatakan bahwa ikan Tambakan memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pipih lebar,
dimana tinggi badan lebih ½ kali dari panjang tubuhnya, sirip punggung
panjangnya terdiri 12-13 jari-jari keras dan tajam 11-13 jari-jari lemah, sirip
dubur 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut 1
jari-jari keras dan 2 diantaranya jari-jari lemahnya memanjang seperti benang
yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada 2 jari-jari keras yang kecil dan
13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai kepala hingga ekor yang terdiri
dari 30-33 keping sisik.
Pengamatan
ciri seksual primer pada setiap individu ikan dilakukan melalui cara membedah
tubuh bagian abdominal ikan dan mengamati gonad yang dimiliki yaitu testes jika
jantan dan ovari jika betina. Namun jika ikan masih hidup, untuk melihat
gonadnya dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan gamet dengan menstripping
induk yang sudah matang gonad atau mengisap gonad dengan bantuan kateter canula
(selang halus).
Sedangkan
menurut Pulungan (2006), perbedaan ikan jantan dan ikan betina dapat dilihat
dari gonad yang dimiliki dengan cara membedah tubuh ikan (seksual primer) serta
bentuk warna dan organ lengkap (seksual sekunder) untuk membedakan ikan jan-tan
dan ikan betina dapat juga dilihat dari bentuk kepala, bentuk tengkorak, sirip
punggung, sirip dada, sirip ekor, sirip anus serta ukuran lubang pada kelamin.
Warna
ovari pada ikan betina sampel adalah kuning emas yang menunjukkan bahwa ovari
sudah matang dan siap dibuahi. Jumlah ovari ada sepasang dan memiliki saluran
kecil yang disebut oviductus. Testes pada ikan jantan sampel berwarna putih
susu. Jumlah testes sepasang dan memiliki saluran yang disebut ductus. Gonad
baik testes maupun ovari mempunyai saluran agak pendek dan bersatu dengan
vesica urinaria, membentuk sinus urogenitalis yang berlanjut sebagai saluran
yang bermuara sebagai porus urogenitalis.
Untuk
membedakan antara ikan jantan dan ikan betina selain berdasarkan ciri seksual
primer juga dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap ciri seksual sekunder
ikan tersebut. Untuk membedakan ikan tambakan jantan dan betina berdasarkan
ciri seksual sekunder yaitu : 1) Halus kasarnya permukaan kepala, jika kasar
adalah ikan jantan sedangkan ikan betina memiliki permukaan kepala yang halus,
2) Bentuk permukaan perut ikan, pada ikan jantan permukaan perutnya agak
ramping sedangkan ikan betina memiliki permukaan perut agak gemuk karena
mengandung telur dalam ovari. Ciri spesies ditandai dengan adanya organ yang
secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri spesies ikan
tambakan jantan adalah bentuk badan tidak terlalu melengkung, bentuk kepala
lebih merata, ukuran kepala lancip, dasar sirip dada lebih keras, letak sirip
perut lebih panjang, bentuk lubang genital bulat (tumpul). Sedangkan ciri
spesies ikan tambakan betina adalah badan melengkung, perut membujur dan
mendatar sampai ke anus, bentuk kepala lebih besar dan dasar sirip dada lunak,
bentuk sirip perut lebih pendek dan bentuk lubang genital menonjol (agak
lancip).
Pengamatan
tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan
histologi. Tahap kematangan gonad yang umum digunakan oleh peneliti adalah
pentahapan yang dilakukan oleh Kesteven yang membagi menjadi 9 tahap yaitu : I)
dara, II) dara berkembang, III) perkembangan I, IV) perkembangan II, V)
bunting, VI) mijah, VII) mijah/salin, VIII) salin/spent, IX) pulih salin.
Sedangkan Nikolsky membagi menjadi 7 tahap yaitu: I) tidak masak, II) tahap
istirahat, III) hampir masak, IV) masak, V) reproduksi, VI) kondisi salin, VII)
tahap istirahat.
4.2.2.
Seksualitas Ikan
Seperti yang telah dikemukakan, Saanin (1984) telah
mengklasifikasikan
ikan Tambakan ke dalam kelas Pisces, famili Anabantidae, genus Helostoma dan
spesies Helostoma temmincki.
Dari ke-25 ekor ikan Tambakan (Helostoma temmincki) yang
dipraktikumkan. Di dapatkan 6 ekor berjenis
kelamin betina dan 19 ekor berjenis
kelamin jantan. Data tersebut diperoleh dengan mengamati masing masing
individu, baik melalui penampakan ciri seksual primer ataupun ciri seksual
sekunder.
Penampakan ciri ciri seksual sekunder dilakukan dengan
dua cara, yaitu seksual dimorphisme dan seksual dichromatisme.
Sifat seksual sekunder ialah tanda tanda luar yang dapat
dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Apabila satu spesies ikan mempunyai
sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina, maka
spesies itu memilki seksual dimorphisme. Apabila yang menjadi tanda itu warna,
maka ikan itu mempunyai sifat seksual dikromatisme. Pada ikan jantan mempunyai
warna lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina (Effendi, 2002)
Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja.
Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang
menjadi tanda seksual sekunder tadi menghilang, tetapi pada ikan betina tidak
menunjukkan sesuatu (Effendie, 2002)
Demikian juga menurut Tim Iktiologi (1989), bahwa warna pada ikan
sering merupakan cirri pengenalan seksual. Secara umum dapata dikatakan bahwa
ikan jantan mempunyai warna yang cemerlang dari pada ikan betina.
Sedangkan untuk penampakan seksual primer kita melakukan
pengamatan dengan melakukan striping dan membedah bagian abdominal tubuh ikan
yang diamati.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah ilakukan didalam makalah tentang seksualitas
ikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Seksualitas hewan terdiri dari dua
jenis kelamin yaitu jantan dan betina.
2. Ikan jantan adalah ikan yang
mempunyai organ penghasil sperma dan ikan betina ialah ikan mempunyai organ
penghas telur
3. Sifat seksual primer pada ikan
ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses
reproduksi, yakni ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan testes dengan
pembuluhnya pada ikan jantan.
4. Sifat seksual sekunder pada ikan
ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan
betina
Dari hasil
pengamatan selama praktikum tingkat kematangan gonad dan seksualitas
ikan didapatkan bahwa ikan Tambakan (Helostoma
temmincki). Ciri ikan tambakan jantan adalah bentuk badan tidak terlalu
melengkung, bentuk kepala lebih meruncing, ukuran kepala lancip, dasar sirip dada lebih keras, letak
sirip perut lebih panjang, bentuk lubang genital bulat (tumpul). Sedangkan ciri
ikan tambakan betina adalah badan melengkung, perut membujur dan mendatar
sampai ke anus, bentuk kepala lebih besar dan dasar sirip dada lunak, bentuk
sirip perut lebih pendek dan bentuk lubang genital menonjol (agak lancip). Data
morfometrik antara ikan jantan dan betina cukup bervariasi sesuai jenis
kelaminnya.
Sedangkat dari hasil
praktikum seksualitas
ikan, kita dapat mengetahui jenis kelamin ikan ikan tersebut dengan menggunakan
penampakan penampakan yang ada. Penampakan ciri seksual sekunder dinilai lebih
baik karena kita tidak perlu melakukan pembedahan ataupun melakukan hal yang
macam macam kepada individu ikan yang diamati. Tetapi bukan berarti ciri
seksual primer tidak begitu baik, karena dengan cara inilah data yang diperoleh
lebih akurat.
5.2. Saran
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yang sudah maju dan modren diharapkan sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan pratikum ini cukup memadai sehingga
memudahkan dalam objek yang akan kita teliti. Kalau bisa asisten dan praktikan
lebih proaktif dalam mengikuti praktikum karena iktiologi merupakan ilmu dasar
untuk mendukung mata kuliah berikutnya.
Sebagai salah satu praktikan saya menyadari bahwa
melakukan pengamatan secara sekunder itu lebih sulit, karena ciri ciri yang
ditampakan itu malah membingungkan untuk mengetahui jenis kelamin ikan itu
sendiri. Tetapi sebagai seorang mahasiswa, kita harus mampu melakukannya.
Cobalah diteliti baik baik dengan mengidentifikasi setiap inchi ikan tersebut.
Walaupun pada akhirnya kita akan membedahnya untuk membuktikan pengamatan kita.
Dan semoga dikemudian hari praktikuma akan berjalan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Yudha, Indra Gumay.2009. REPRODUKSI. Fakultas Pertanian.
Universitas
Lampung. Bandar Lampuang.
Lampung. Bandar Lampuang.
Effendie Ichsan Moch, M.Sc, H, Dr,
Prof, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta
Rahardjo, M.F.
1980. Ichthyology. Diktat Perkuliahan Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.
113 hal
Alamsyah, Z. 1974. Ikhtiologi
Sistematika (Ichtyologi I). PPM. PT. ITB. Bogor. 183 halaman.
Nyabakken. 1992. Biologi laut suatu
pendekatan ekologi. P.T. Gramedia. Jakarta
Djuhanda, 1981. Dunia Ikan.
Penerbit Armico. Bandung. 130 halaman.
Effendi, M. I. 1997. Metodologi
Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 122 hal.
Fauzi, M.,
1999. Struktur Ikan di Sungai Selatan Bengkulu Utara. Laporan
Penelitian. Lembaga Penelitian Unri. Pekanbaru.
F.D. Ommanney. 1989. Ikan.
Tira Pustaka. Jakarta.187 hal
Kottelat, M., et al. 1993.
Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar
Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition Limited. Munich. Germany.
293 hal.
Tang dan afandi 2005 dalm buku
biologi perikanan
Pulungan et al, 2006.
Penuntun Praktikum Ichthyologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau, Pekanbaru, 74 hal (tidak diterbitkan).
Putra, R. M., et al. 2004.
Penuntun Praktikum Ichthyology. Laboratorium Biologi Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Univesitas Riau. Pekanbaru. 74 hal. (tidak
diterbitkan. Hanya untuk kalangan sendiri).
Saanin, H., 1984. Taksonomi dan
Kunci Identifikasi. Bina Cipta, Bandung. 520 halaman Pulungan, C. P., et
al. 2005. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Univesitas Riau. Pekanbaru. 80 hal. (tidak diterbitkan. Hanya untuk kalangan
sendiri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar