Kamis, 05 April 2012

Aksiologi Ilmu


Aksiologi Ilmu

            Pengembangan  pengetahuan keilmuan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga membawa perubahan pada kehidupan manusia. Kecerdasan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah sampai pada taraf yang tidak hanya mampu menjelaskan gejala-gejala alam, akan tetapi juga sudah sampai pada taraf mengubah dan memprediksi gejala-gejala alam. Bahkan sudah sampai pada mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Namun demikian, menimbulkan serentetan pertanyaan benarkah manusia yang telah sampai pada tingkat kecerdasan yang meyakinkan sehingga mampu menemukan kebenaran pengetahuan keilmuan tidak justru terjebak dalam permainan ilmu. Dengan kata lain, ilmu tidak lagi dapat berfungsi sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk eksistensi nya sendiri.
            Keraguan manusia terhadap  pengetahuan keilmuan mulai menyeruak tatkala sampai kepada penggunaan dan pemanfaatan ilmu itu. Banyaknya contoh dan kasus yang menunjukkan bagaimana ilmu  yang dikembangkan pada awal mulanya secara personal dan
dengan satu tujuan utama yakni, kemaslahatan bagi kehidupan manusia tetapi pada akhirnya telah membawa malapetaka bagi kehidupan sosial manusia. Tidak ada yang meragukan komitmen dan tanggungjawab seorang Einstein yang secara jantan telah menulis surat kepada presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt tentang perlunya dikembangkan bom atom untuk menyelamatkan dan memudahkan kehidupan manusia. Namun, apa yang terjadi kemudian ternyata pemanfaatan dan penggunaan bom atom tersebut telah merenggut banyak nyawa manusia.
            Menghadapi realitas kehidupan manusia seperti tersebut di atas, dimana ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam sebagaimana adanya sehingga alam itu berguna dan memberi keberkahan bagi kehidupan manusia mulai dipertanyakan kedudukannya. Untuk apa sebenarnya pengetahuan keilmuan itu dikembangkan? Kearah mana pengembangan  pengetahuan keilmuan itu? Bagaimana tanggungjawab penggunaan dan pemanfaatan pengetahuan keilmuan ? Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada akhirnya kita sampai kepada satu sisi dalam pengembangan filsafat ilmu yakni, sisi aksiologi dari pengetahuan keilmuan. Dengan kata lain, bagaimana ilmu dalam pemanfaatan dan penggunaannya dapat memberi kemaslahatan bagi kehidupan manusia dan bukan malah sebaliknya menjadi malapetaka yang tidak berkesudahan.
            Tanggungjawab pemanfaatan dan penggunaan ilmu tidak bisa terlepas dengan aspek keberadaan ilmu sebagai upaya pencarian manusia melalui aspek ontologi ilmu dan aspek epistimologi ilmu. Ilmu tidak hanya dapat dipahamkan sebagai produk atau hasil semata, akan tetapi juga ilmu harus dikaitkan dengan upaya pencarian kebenaran yang tidak hanya bertumpu kepada proses pengembangan ilmu itu sendiri namun juga berkaitan dengan kedudukan manusia sebagai subjek yang berupaya mencari kebenaran melalui keberadaannya  di dunia ini. Persoalan yang dihadapi sehubungan dengan aksiologi ilmu adalah berkaitan dengan tanggungjawab dari pengembangan ilmu itu secara personal dan sampai kepada tanggungjawab sosial ilmu itu sendiri. Bertrand Russell menyebut perkembangan itu sebagai peralihan ilmu dari tahap kontemplasi kepada tahap manipulasi.
            Dalam tahap manipulasi muncul persoalan moral dalam kaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan ilmu itu. Dihadapkan dengan masalah moral dalam kaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan ilmu terdapat dua golongan pendapat yakni, pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuan adalah menemukan pengetahuan keilmuan untuk dipergunakan oleh manusia. Apakah ilmu itu dipergunakan secara baik ataukah buruk bukanlah menjadi urusan ilmuan. Kedua, sebaliknya menuntut tidak adanya netralitas dalam pemanfaatan dan penggunaan ilmu itu sedangkan netralitas hanya terdapat dalam nilai-nilai yang bersifat metafisik keilmuan. Dengan kata lain, bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan. Wallahualam bissawab.

Tidak ada komentar: