Pada
dasarnya, manusia terlahir ke dunia ini dengan memiliki kecen-derungan
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dengan tendensi semacam itu, memaksa
manusia untuk mencari cara melindungi dan mempertahankan dirinya dari serangan
musuh, lebih-lebih musuh yang notabene berasal dari jenis mereka sendiri. Pada
zaman kuno, manusia tidak punya pikiran lain untuk mem-pertahankan dirinya
kecuali dengan tangan kosong, hal ini secara alamiah mendorong manusia
mengembangkan teknik-teknik bertarung dengan tangan kosong. Pada saat kemampuan
bertarung dengan tangan kosong dikembangkan sebagai suatu cara untuk menyerang
dan bertahan, maka akan lahir sebuah teknik, yang dalam bahasa kita saat ini
lebih dikenal dengan istilah seni beladiri. Hal inilah yang diyakini menjadi
dasar lahirnya seni beladiriTaekwondo.
Dahulu,
Taekwondo dikenal sebagai Subak, Taekkyon dan Takkyon. Pada Dinasti Koryo
(918-1392 M), Taekkyon berkembang sangat sistematis dan me-rupakan mata ujian
penting untuk seleksi ketentaraan. Sementara Pada masa Dinasti Chosun
(1392-1910 M), Subakhui dan Taekkyon, sebutanTaekwondo pada saat itu mengalami
kemunduran.
Dinasti Chosun (Yi) yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. KemunduranTaekwondo semakin menemukan momentumnya saat pen-jajahan Jepang. Selain karena dilarang Jepang, kemunduran Taekwondo juga disebabkan tidak adanya dukungan dari pemerintah, yang pada saat itu, lebih ber-kenan memodernisasi tentaranya dengan senjata api.
Dinasti Chosun (Yi) yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. KemunduranTaekwondo semakin menemukan momentumnya saat pen-jajahan Jepang. Selain karena dilarang Jepang, kemunduran Taekwondo juga disebabkan tidak adanya dukungan dari pemerintah, yang pada saat itu, lebih ber-kenan memodernisasi tentaranya dengan senjata api.
Seiring dengan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, kebudayaan dan tradisi Korea mulai bangkit kembali. Hal ini dipertegas dengan semakin ba-nyaknya ahli seni beladiri yang mendirikan perguruan beladiri. Sampai akhirnya, pada tahun 1954, diputuskan untuk menyatukan berbagai nama seni beladiri itu dengan sebutan Tae Kwon Do.
Menurut data yang dilansir dalam situs www.taekwondo-indonesia.org., pada tanggal 16 September 1961 nama Tae-kwondo sempat berubah menjadi Taesoodo, namun akhirnya kembali menjadi Taekwondo dengan organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo Ass-ociation (KTA) pada tanggal 5 Agustus 1965, dan menjadi anggota Korean Sport Council. Masih dalam situs yang sama, pada 28 Mei 1973, The WorldTaekwondo Federation (WTF) didirikan, dan sekarang telah mempunyai 156 negara anggota serta telah dipraktekan oleh lebih dari 50 juta orang diseluruh penjuru dunia.
Taekwondo
dan Kemajuan Korea Menurut Arip Muttaqien, Taekwondo terdiri dari tiga kata
tae, kwon dan do. Tae artinya kaki atau menghancurkan dengan menggunakan teknik
tendangan. Kwon artinya tangan atau menghantam dan mempertahankan diri dengan
teknik tangan. Do artinya seni mendisiplinkan diri. Secara sederhana,Taekwondo
berarti seni dan cara mendisiplinkan diri dengan menggunakan teknik kaki dan
tangan tanpa menggunakan senjata. Taekwondo merupakan cabang olahraga beladiri
po-puler Korea, bahkan menjadi kebanggaan masyarakat Korea.
Dalam
Taekwondo ada lima sila yang sampai sekarang menjadi aturan pokok bagi
Taekwondoin, yaitu: setia kepada Negara, patuh kepada orang tua, dapat
dipercaya teman, pantang mundur dalam peperangan dan haram membunuh secara
tidak adil. Tae-kwondo juga menekankan sikap saling menghormati dan menghargai,
pada musuh sekalipun.
Sepintas lalu, Taekwondo dengan berbagai bentuk derivasinya seolah seperti barang mati yang tidak mungkin mampu menggerakkan makhluk hidup lain, lebih-lebih sebuah bangsa yang urusan rumah tangganya sangat kompleks. Namun, salah besar jika kita melanggengkan asumsi yang semacam itu. Karena faktanya, dengan spiritTaekwondo, Korea mampu mensejajarkan dirinya dengan bangsa-bangsa yang sudah lebih dulu maju.
Ada banyak contoh kesuksesan Korea yang diilhami oleh spirit Tae-kwondo. Spirit Taekwondo yang menanamkan budaya disiplin dan bekerja keras sangat tampak ketika kesebelasan Korea mampu menjadi semi finalis Piala Dunia 2002 dengan mengalahkan tim-tim favorit juara kala itu, Italia dan Spanyol. Barangkali tidak akan pernah lekang dalam ingatan kita, bagaimana Ahn Jung Hwan dan kawan-kawan terus berlari mengejar bola sampai peluit akhir berbunyi. Bahkan tidak jarang mereka membalikkan keadaan setelah terlebih dahulu ter-tinggal. Mereka bermain tidak ada beban layaknya banteng ketaton meski lebih dulu tertinggal, dan memang begitulah spiritTaekwondo. Kabar terbaru, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kontingen Korea dengan semangat juangnya, mampu berada di peringkat ketiga dalam Asian Games 2006 di Doha, Qatar.
Sila pertama Taekwondo, setia kepada Negara, menjadi semacam motivasi kuat bagi masyarakat Korea untuk terus membangun dan memajukan negaranya. Hampir semua tenaga produktif di Korea mampu bekerja 18 jam sehari. Sekarang, sudah tidak sedikit perusahaan multinasional berkebangsaan Korea telah berhasil menggeser dominasi perusahaan-perusahaan besar lainnya. Sebut saja pabrikan mobil Hyundai dan KIA, di banyak Negara keberadaannya sudah mampu me-nyaingi perusahaan lain yang lebih dulu mapan. Belum lagi LG dan SAMSUNG, pangsa pasarnya kini telah menembus hampir seluruh Negara di dunia.
Korea juga tercatat berada di peringkat ke-28 dalam Human Development Index (2004), dengan Gross Domestic Product (GDP) sebesar 16.950 dollar AS. Sementara Indonesia masih berada di posisi ke-112. Bahkan, posisi Indonesia jauh di bawah Singapura yang ada di posisi ke-28 (0,888), Brunei Darussalam ke-31 (0,872), Malaysia ke-58 (0,790), Thailand ke-74 (0,768), dan Filipina ke-85 (0,751). (KOMPAS, 02/06/2004)
Sepintas lalu, Taekwondo dengan berbagai bentuk derivasinya seolah seperti barang mati yang tidak mungkin mampu menggerakkan makhluk hidup lain, lebih-lebih sebuah bangsa yang urusan rumah tangganya sangat kompleks. Namun, salah besar jika kita melanggengkan asumsi yang semacam itu. Karena faktanya, dengan spiritTaekwondo, Korea mampu mensejajarkan dirinya dengan bangsa-bangsa yang sudah lebih dulu maju.
Ada banyak contoh kesuksesan Korea yang diilhami oleh spirit Tae-kwondo. Spirit Taekwondo yang menanamkan budaya disiplin dan bekerja keras sangat tampak ketika kesebelasan Korea mampu menjadi semi finalis Piala Dunia 2002 dengan mengalahkan tim-tim favorit juara kala itu, Italia dan Spanyol. Barangkali tidak akan pernah lekang dalam ingatan kita, bagaimana Ahn Jung Hwan dan kawan-kawan terus berlari mengejar bola sampai peluit akhir berbunyi. Bahkan tidak jarang mereka membalikkan keadaan setelah terlebih dahulu ter-tinggal. Mereka bermain tidak ada beban layaknya banteng ketaton meski lebih dulu tertinggal, dan memang begitulah spiritTaekwondo. Kabar terbaru, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kontingen Korea dengan semangat juangnya, mampu berada di peringkat ketiga dalam Asian Games 2006 di Doha, Qatar.
Sila pertama Taekwondo, setia kepada Negara, menjadi semacam motivasi kuat bagi masyarakat Korea untuk terus membangun dan memajukan negaranya. Hampir semua tenaga produktif di Korea mampu bekerja 18 jam sehari. Sekarang, sudah tidak sedikit perusahaan multinasional berkebangsaan Korea telah berhasil menggeser dominasi perusahaan-perusahaan besar lainnya. Sebut saja pabrikan mobil Hyundai dan KIA, di banyak Negara keberadaannya sudah mampu me-nyaingi perusahaan lain yang lebih dulu mapan. Belum lagi LG dan SAMSUNG, pangsa pasarnya kini telah menembus hampir seluruh Negara di dunia.
Korea juga tercatat berada di peringkat ke-28 dalam Human Development Index (2004), dengan Gross Domestic Product (GDP) sebesar 16.950 dollar AS. Sementara Indonesia masih berada di posisi ke-112. Bahkan, posisi Indonesia jauh di bawah Singapura yang ada di posisi ke-28 (0,888), Brunei Darussalam ke-31 (0,872), Malaysia ke-58 (0,790), Thailand ke-74 (0,768), dan Filipina ke-85 (0,751). (KOMPAS, 02/06/2004)
Taekwondo
dan Restorasi Pendidikan di Indonesia Pendidikan merupakan persoalan
fundamental semua bangsa. Bahkan, kemajuan sebuah bangsa dapat ditengarai dari
maju atau tidaknya penye-lenggaraan pendidikannya. Pendidikan juga erat
kaitannya dengan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Sedangkan kemajuan ekonomi
sebuah bangsa, merupakan landasan pacu untuk memperoleh kemajuan pada
bidang-bidang yang lain. Sehingga, dengan logika yang sederhana, dapat
dikatakan bahwa pendidikan me-rupakan tonggak dasar kemajuan bangsa.
William
Schweke, dalam Smart Money: Education and Economic Development (2004),
sebagaimana dikutip Amich Alhumami, mengatakan bahwa pendidikan bukan saja akan
melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan
keterampilanserta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim
bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan eko-nomi. Sedangkan kegagalan
membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran,
kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan wel-fare dependency yang menjadi
beban sosial politik bagi pemerintah.
Memasuki
abad ke-21, Korea dengan semangat Taekwondonya mulai mengembangkan paradigma
pembangunan yang merujuk pada knowledge-based economy. Paradigma ini, menurut
Almich, menegaskan tiga hal. Pertama, ke-majuan ekonomi dalam banyak hal
bertumpu pada basis dukungan ilmu pe-ngetahuan dan teknologi. Kedua, hubungan
kausalitas antara pendidikan dan ke-majuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid.
Ketiga, pendidikan menjadi peng-gerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang
mendorong proses trans-formasi struktural berjangka panjang. Komitmen Korea
terhadap pembangunan pendidikan, setidak-tidaknya, tercermin dalam besaran
anggaran yang dikucurkan untuk pendidikan. Pada tahun 1951 anggaran yang
dialokasikan mencapai 15 persen dari total belanja negara, dan terus meningkat
secara reguler menjadi 23 persen tahun 1971. Setelah pro-gram ini sukses,
Pemerintah Korea mulai menurunkan anggaran pendidikan pada kisaran antara 14
sampai 17 persen dari total belanja negara.
Sementara di Indonesia, anggaran pendidikan yang ditentukan 20 persen dari APBN 2007 atau setara setara dengan Rp 495,9 triliun rencana alokasi, re-alisasinya hanya 10,3 persen saja atau sekitar Rp 51,3 triliun. (Tempo, 08/09/2006). Hal ini mengindikasikan Pemerintah tidak disiplin menjalankan Undang-undang yang telah ditetapkan.
Sementara di Indonesia, anggaran pendidikan yang ditentukan 20 persen dari APBN 2007 atau setara setara dengan Rp 495,9 triliun rencana alokasi, re-alisasinya hanya 10,3 persen saja atau sekitar Rp 51,3 triliun. (Tempo, 08/09/2006). Hal ini mengindikasikan Pemerintah tidak disiplin menjalankan Undang-undang yang telah ditetapkan.
Di
Korea, program wajib belajar pendidikan dasar (universal basic education) sudah
berhasil dituntaskan tahun 1965, sementara Indonesia baru mulai tahun 1984.
Sedangkan wajib belajar SLTP berhasil dicapai tahun 1980-an; dan jenjang SLTA
juga hampir bersifat universal pada periode yang sama. Yang menakjubkan, pada
jenjang pendidikan tinggi juga mengalami ekspansi besar-besaran; lebih dari
setengah anak-anak usia sekolah pada level ini telah memasuki perguruan tinggi.
(Amich: 2005) Ironisnya, pendidikan di Indonesia masih berorientasi mengisi
lapangan pekerjaan bukan menciptakan lapangan pekerjaan. Padahal tren yang
berkembang, pencari kerja akan selalu lebih banyak daripada lapangan perkerjaan
yang ada. Dan, setiap tahunnya lapangan pekerjaan justru tambah sempit.
Fenomena me-narik, justru yang tak tamat SD bisa membuat usaha sendiri dan
mempekerjakan orang lain mencapai sekitar 15 persen. Sementara lulusan
perguruan tinggi yang bisa melakukan hal serupa hanya 3,2 persen. Sekitar 83
persen sarjana hanya menjadi buruh atau karyawan. (KOMPAS, 07/08/2006)
Selain
itu, pendidikan di Indonesia, alih-alih dapat menciptakan output yang pantang
menyerah, suka bekerja keras dan disiplin, dalam proses belajar-mengajarnya
saja banyak kita jumpai tindakan yang indisiplin dan cenderung bermalas-malasan.
Oleh karena itu, sudah saatnya seluruh masyarakat Indonesia merevisi sistem dan
spirit pendidikannya. Dalam hal ini, nilai-nilai filosofis Taekwondo seperti
berdisiplin tinggi, kerja keras, pantang menyerah, tidak pernah puas dengan
hasil yang sudah dicapai, kreatif dan serba bisa, patut untuk dijadikan
rujukan. Selain itu, lima sila pokok Taekwondo juga harus terus mendampingi.
Karena dengan kelima sila tersebut kemajuan bangsa, kasih sayang, toleransi dan
keadilan akan senantiasa menyertai kemajuan yang akan kita raih.
Akankah
Anda ingin belajar Taekwondo yang hanya membuang waktu, tenaga dan biaya Anda ?
Tentu
jawabannya : TIDAK.
Apakah
benar ada ilmu seni beladiri yang mampu membentuk kita menjadi manusia yang
nyaris sempurna seperti yang diutarakan di atas ?
Tentu
jawabannya : ADA.
Jawaban
di atas tidaklah berlebihan jika Anda mau lebih tertarik mempelajari dan
menyelami ilmu seni beladiri Taekwondo yang diterapkan di Perguruan Taekwondo
TETA karena pendidikan yang kami ajarkan sama persis dan seutuhnya tidak
setengah-setengah seperti yang yang diterapkan di negara asalnya yaitu Korea
sehingga sampai saat ini mengapa Negara Korea menjadi salah satu negara termaju
di Asia, tidak lain karena masyarakatnya sejak kecil hingga dewasa dibentuk dan
dibina menjadi masyarakat yang tangguh, cerdas, dinamis, bermental positif dan
kreatif melalui pendidikan TAEKWONDO terpadu.
Taekwondo
artinya : Bagaimana menggunakan tangan dan kaki kita dengan cara yang benar
untuk membentuk diri kita menjadi manusia yang tangguh, cerdas, dinamis,
bermental positif dan kreatif.
Kelima
elemen nutrisi kehidupan tersebut saat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap umat
manusia sepanjang jaman, apalagi sesuatu hal yang mutlak saat ini harus
dimiliki setiap bangsa yang ingin menjadi bangsa yang maju dan kuat termasuk
Indonesia.
Tentunya
perlu kesungguhan hati dan totalitas untuk mempelajari ilmu Taekwondo yang
seutuhnya. Semua itu pasti Anda dapatkan di Perguruan Taekwondo TETA yang
berdiri sejak tahun 1988, yaitu pusat pendidikan (bukan club) formal terpadu
yang memperdalam ilmu seni beladiri Taekwondo secara keseluruhan untuk semua
kelas mulai dari kelas balita hingga kelas dewasa termasuk kelas ibu rumah
tangga, orangtua dan eksekutif muda baik untuk orang Indonesia dan orang Asing.
Untuk
mempermudah pencapaian pendidikan Taekwondo yang optimal, di Perguruan
Taekwondo TETA membagi atas 4 Divisi yaitu :
1. TAEKWONDO SCHOOL DIVISION
2. SPECIAL COURSE DIVISION
3. TAEKWONDO TRIP DIVISION
4. EVENT ORGANIZER DIVISION
Sejarah Taekwondo
Dunia, Indonesia, TETA
|
TAEKWONDO berasal dari Korea
Selatan. Kata Taekwondo sendiri terbagi atas 3 arti yaitu : Tae=Kaki,
Kwon=Tangan, Do=Cara. Jika digabungkan mempunyai arti filosofi ilmu beladiri
kebajikan untuk menolong dan menghormati sesama mahluk Tuhan melalui
jasmaninya (tangan, kaki, tubuh dan akalnya) dan rohani (pengendalian diri
dan hubungan dengan Tuhan) sebagai senjata beladirinya dan menaklukkan
lawannya.
Taekwondo pertama kali ditemukan pada
abad 37 Sebelum Masehi (SM). Hal ini dapat dilihat dari perjalanan perkembangan
Taekwondo seiring dengan perkembangan budaya nenek moyang Negara Korea
Selatan.
TAEKWONDO DI JAMAN DINASTI KOGURYO
Nenek moyang Bangsa Korea yang terdiri
dari beberapa suku bangsa setelah jaman neolitik telah mempunyai berbagai
kegiatan olahraga dalam setiap upacara keagamaan atau ritual mereka dengan
tujuan untuk meningkatkan keberanian dalam berperang.
Taekwondo sendiri pertama kali
ditemukan berasal dari Dinasti Koguryo yang tepat berada dalam wilayah Negara
Korea Selatan pada Abad 37 SM. Hal ini dapat dibuktikan pada lukisan
dinding yang ditemukan di reruntuhan makam Kerajaan Muyong Chong dan
Kachu Chong yang dibangun oleh dinasti itu menunjukan permainan Taekwondo. Di
dalam langit-langit makam Kerajaan Muyong Chong terdapat lukisan 2 orang yang
saling berhadapan dalam permainan beladiri Taekwondo. Sementara di makam
Kerajaan Kachu Chong menunjukkan 2 orang sedang adu gulat.
TAEKWONDO DALAM MASA DINASTI SILIA
Taekwondo terbukti telah berkembang
hingga pada Dinasti Silia yaitu sebuah dinasti yang terdapat di sebelah
Tenggara Negara Korea Selatan dengan ibukotanya dahulu bernama Kyongju. Di
Kyongju terdapat 2 patung Budha di Menara raksasa Keumkang di suatu tempat
bernama Sokkuram. Di tempat yang sama terdapat Candi Pulkuk Sa yang
menggambarkan 2 orang raksasa berhadapan dalam posisi beladiri Taekwondo.
Dalam Dinasti Silia, Taekwondo lebih dikenal dengan istilah Hwarang Do.
Hwarang Do merupakan bagian yang penting dari perjuangan Silia untuk
mempersatukan seluruh negeri dengan cara berperang untuk menguasai kerajaan
lain.
Banyak bukti tertulis di Samguk Yusa 2
dokumen tertua mengenai sejarah Korea mengulas bahwa Hwarang Do merupakan
pelajaran dasar dari ilmu Taekwondo.
TAEKWONDO PADA MASA DINASTI GOREA DAN YI
Dalam sejarah peradaban Korea Selatan,
terdapat pula kerajaan pada Dinasti Gorea dan Yi dimana dalam sejarah Gorea,
Taekwondo dikenal dengan istilah lain yaitu Subak. Subak dilakukan tidak
hanya sebagai suatu kecakapan berolahraga saja, tetapi juga untuk
menyemarakan seni berperang. Subak sangat populer di masa pemerintahan
Kerajaan Uijong sekitar tahun 1147 – 1170 SM.
Di masa Dinasti Yi, Subak menjadi
lebih terkenal di masyarakat, karena sebelumnya pada Dinasti Gorea dimonopoli
oleh kaum militer, sehingga rakyat yang bercita-cita ingin bekerja di militer
kerajaan, cenderung untuk belajar Subak sebagai salah satu tes pokok yang
diajukan untuk menjadi tentara di masa itu. Dengan demikian Taekwondo atau
Subak menjadi olahraga nasional yang penting dan menarik perhatian bagi
lingkungan kerajaan dan masyarakat di masa itu.
PERKEMBANGAN TAEKWONDO DI JAMAN MODERN
Pada tahun 1943, setelah ilmu beladiri
Judo, Karate dan Kungfu pertama masuk ke Korea dan terkenal sampai Korea
merdeka tahun 1945, rakyat Korea yang tertarik dengan Taekwondo berusaha
untuk menyempurnakan permainan tradisi Taekwondo menjadi suatu ilmu beladiri
yang tidak kalah baiknya. Dengan ketekunan negara bersama rakyat Korea untuk
mengembangkan ilmu beladiri negaranya, Taekwondo menjadi berkembang dan
populer di seluruh dunia.
Sekitar awal Bulan Mei 1973,
dibentuklah suatu badan federasi Taekwondo sedunia yang bernama World
Taekwondo Federation (WTF) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul Korea Selatan dengan
presiden federasinya Un Yong Kim.
Untuk pertama kalinya pula, WTF
mengadakan Kejuaraan Dunia I Taekwondo di Seoul pada tanggal 25 – 27 Mei 1973
yang diikuti 18 negara.
Akhirnya pada tanggal 17 Juli 1980,
Panitia Olimpiade Internasional/IOC (International Olympiade Committee)
mengakui dan menerima Taekwondo sebagai salah satu cabang olahraga resmi
olimpiade yang berada di bawah naungan WTF. Un Yong Kim sendiri ditunjuk
sebagai salah satu pengurus IOC ketika itu. Namun kini Presiden WTF
digantikan oleh Dr Woon Kyu Uhm.
SEJARAH TAEKWONDO DI INDONESIA
Pada Bulan Mei 1972 beberapa mahasiswa
Indonesia yang pernah belajar Taekwondo di Jerman Barat, dalam waktu
liburannya kembali ke Indonesia mereka mencari Perguruan Taekwondo di Jakarta
untuk melanjutkan latihan bersama. Secara kebetulan terdapat seorang pemegang
sabuk hitam Taekwondo datang dari Belanda bernama Mouritsz Dominggus (warga
Indonesia asal Ambon) telah membuka Perguruan Taekwondo di Tanjung Priok.
Mengingat pada masa itu ilmu beladiri Karate jauh lebih populer hingga
perkembangan Taekwondo sulit bergerak, maka Mouritsz Dominggus mengatur
strategi menggabungkan diri ke dalam Perguruan Karate PERKINO yang dipimpin
oleh Harry Tomatala. Dari kombinasi kedua sistem beladiri ini menghasilkan
Perguruan KATAEDO (Karate Taekwondo).
Atas bantuan salah seorang orangtua
murid KATAEDO bernama Sinshe Yusuf serta atas kerjasama dengan Prof Kim Ki Ha
(Ketua Asosiasi Korea di Indonesia), KATAEDO berhasil menarik perhatian
Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta. Atas anjuran dari pemerintah Korea
Selatan agar unsur Karate dihilangkan demi kemurnian Taekwondo, maka pada
tanggal 15 Juli 1974 terbentuklah Institut Taekwondo Indonesia (INTIDO)
dimana Prof Kim Ki Ha sebagai penasehatnya. Atas nasehat beliau, Pengurus INTIDO
dipertemukan dengan DutaBesar Korea Selatan dan atas bantuannya, Prof Kim Ki
Ha di utus ke Korea Selatan untuk mengikuti Sidang Umum II WTF pada tanggal
27 Agustus 1975 di Seoul. Beliaulah yang memperjuangkan INTIDO untuk dapat
diterima menjadi anggota WTF.Untuk memenuhi persyaratan WTF, maka INTIDO
diubah menjadi Federasi Taekwondo Indonesia (FTI) dengan ketua umumnya
Marsekal Muda Sugiri. Atas saran beliau demi meningkatkan mutu dan prestasi
Taekwondo di Indonesia, maka WTF mengutus seorang pelatih bernama Kim Yeong
Tae (DAN V) seorang mantan Juara Dunia Kelas Berat.
Sehingga pada tanggal 17 Juni 1976,
FTI resmi menjadi anggota WTF.
Dalam sejarah perkembangan Taekwondo
di Indonesia, terdapat 2 organisasi Taekwondo yaitu FTI dan PTI (Persatuan
Taekwondo Indonesia).
Pada tanggal 28 Maret 1981 telah
terjadi sejarah baru bagi dunia Taekwondo Indonesia. Pada saat itu telah
diadakan Musyawarah Nasional I yang diikuti oleh 2 organisasi beladiri
Taekwondo di Indonesia dimana FTI dipimpin Marsda Sugiri dan PTI dipimpin
Letjen Leo Lopulisa. Dari musyawarah itu telah menghasilkan suatu
kepengurusan baru yaitu telah disatukannya 2 organisasi tersebut menjadi satu
induk organisasi Taekwondo yang hanya diakui oleh WTF dan KONI yaitu Pengurus
Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) hingga sekarang yang mana ketua umumnya
adalah Bapak Sarwo Edhie Wibowo dengan pelindung langsung dari Ketua KONI
Pusat Bapak Surono.
Di bawah kepimimpinan beliau,
Taekwondo di Indonesia berkembang pesat. Terbukti dalam waktu singkat telah
memiliki Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang di seluruh Provinsi di
Indonesia. Sehingga berbagai prestasi dan kualitas dapat tercapai baik dalam
event nasional maupun internasional.
Saat ini Ketua Umum PBTI telah
dipegang 4 kali hingga sekarang yaitu :
a.
Bpk Jend. TNI AD (Purn) Sarwo Edhie Wibowo
b.
Bpk Letjend. TNI AD (Purn) Harsudiyono Hartas
c.
Bpk Mayjen TNI Mar Suharto
d.
Bpk Letjen TNI AD Erwin Sudjono, SH (tahun 2007 hingga sekarang)
SEJARAH PERKEMBANGAN PERGURUAN TAEKWONDO TETA
Sesungguhnya PBTI didirikan untuk
mewadahi berbagai Perguruan Taekwondo yang dirintis dan dikelola beberapa
Pelatih Taekwondo asal Indonesia yang mengembangkan Taekwondo di Indonesia.
Salah satu pelatih Taekwondo bernama Hadi Sugianto (sekarang DAN VI) sejak
tahun 1973 mengembangkan Taekwondo di kawasan Jelambar, Jakarta Barat. Salah
satu siswanya bernama Bimoadji (sekarang DAN IV) bersama siswa-siswa
yang lain mendirikan perguruan Taekwondo baru untuk lebih mengembangkan
prestasi Taekwondo di bawah naungan organisasinya Hadi Sugianto yaitu Hadi’s
Taekwondo Association (HASTA) yang didirikan sekitar tahun 1982.
Bimoadji sendiri mendirikan perguruan
Taekwondo setelah atas saran dari Sabeumnim (Guru) Hadi Sugianto karena
menurut penilaian beliau Bimoadji dirasakan sudah layak mengembangkan
Taekwondo setelah selain berguru kepadanya dan juga kepada beberapa pelatih
lain yaitu Hasan Johan (sekarang DAN V), Tatuhay (DAN I) dan Master/Sabeumnim
Hanny Lim (DAN VII) dari Korea yang juga direkomendasikan oleh Hadi Sugianto.
Akhirnya pada tanggal 4 Maret 1988, Sabeumnim Bimoadji mendirikan perguruan
Taekwondo bernama TETA Club. Seiring dengan semakin berkembangnya kualitas,
kuantitas dan prestasi yang diraih TETA Club dan bertambahnya lulusan TETA
Club yang membuka perguruan baru lagi, Sabeumnim Bimoadji merasakan unsur
club harus dihilangkan dan harus kembali kepada lembaga beladiri yang lebih
berbobot lagi. Maka TETA Club sejak tahun 1998 berubah menjadi Perguruan
Taekwondo TETA.
Perguruan Taekwondo TETA sejak awal
didirikan tahun 1988 telah menetapkan komitmennya untuk mengembangkan ilmu
beladiri Taekwondo secara murni dan memegang teguh disiplin dan sportivitas
yang tinggi agar para siswa yang belajar dapat meraih prestasi yang luas
tidak saja di lingkungan Taekwondo tetapi juga di masyarakat luas melalui
budi pekerti, disiplin dan ketrampilan yang ditanamkan oleh Perguruan
Taekwondo TETA. Kini Perguruan Taekwondo TETA memiliki 4 Divisi yang dapat
memaksimalkan pengembangan ilmu beladiri Taekwondo yaitu :
(Semua dari nara sumber :
Taekwondo, Jun Won Publication 1986, Arsip PBTI, Arsip Perguruan Taekwondo
TETA)
|
BIDANG UJIAN KENAIKAN TINGKAT SABUK HITAM NASIONAL DAN
INTERNASIONAL
Sejak tahun 1993 hingga sekarang
Perguruan Taekwondo TETA menghasilkan Lulusan Sabuk Hitam ke atas
lebih dari 100 orang. Bahkan hampir sebagian masih melanjutkan pendidikan
Taekwondo di Perguruan Taekwondo TETA untuk meningkatkan keterampilannya meraih
tingkatan yang lebih tinggi lagi.
BIDANG PENDIDIKAN KE KOREA DAN PELATIHAN DENGAN PELATIH
KOREA
- Secara berkala Perguruan Taekwondo TETA mendapat pelatihan dari Pelatih Korea melalui pendidikan khusus instruktur dan khusus beladiri secara konsisten.
- Atlit Rachmadona mendapat beasiswa dari Pengda DKI Jakarta untuk mengikuti pendidikan 1 bulan di Korea dan Uji Coba di beberapa negara Asia pada tahun 1995.
- Pelatih Carolina bersama 4 orang siswanya berkesempatan mengikuti perndidikan Taekwondo di Korea selama 2 minggu pada tahun 2006 di Kyung Hee University.
- Dll.
TETA PEOPLE
- 60% berhasil meniti karier sebagai pimpinan berbagai departemen di instansi pemerintah, militer dan swasta.
- 20% berhasil meniti wirausaha di berbagai bidang.
- 15% berkarir menjadi Instruktur Taekwondo mulai dari level Assistant hingga Senior Instructor.
- 5% meneruskan pendidikan tinggi di luar negeri sambil bekerja.
TETA TIPS
Tips
khusus untuk Anda yang ingin belajar apapun termasuk belajar ilmu seni beladiri
Taekwondo agar dapat mencapai Prestasi dan Kesuksesan tertinggi:
- Kenali Anda harus awali dengan mengenal terlebih dahulu pendidikan Taekwondo yang akan Anda pelajari jangan sampai Anda salah masuk bidang yang ternyata tidak tepat/tidak bermanfaat untuk Anda apalagi merusak Anda karena setiap pendidikan yang Anda masuki akan membentuk karakter Anda nantinya. Untuk itu Anda harus cerdas dan selektif dalam memilih yang bermanfaat untuk jangka pendek dan jangka panjang. Cara mengenali dan menilai bisa dimulai dari mengunjungi website atau tempat pendidikannya serta jangan malu untuk berkomunikasi dan meminta penjelasan kepada instrukturnya. Dari situ, Anda akan mendapatkan informasi yang jelas untuk dijadikan pertimbangan Anda.
- Senangi Jika Anda telah mengenal dan memutuskan untuk mengikuti pendidikan Taekwondo yang tepat untuk Anda, sebelum Anda wajib menekuni, Anda harus timbulkan perasaan senang dulu bahwa Anda telah memilih keputusan yang tepat untuk berlatih Taekwondo yang kelak dapat membentuk karakter, fisik dan mental positif Anda. Dengan perasaan senang itulah, Anda akan selalu menerima semua ilmu Taekwondo dengan tekun dan pantang menyerah sekalipun suatu saat menemui pelajaran yang cukup berat dan menantang.
- Tekuni Dalam perasaan yang senang, Anda pasti mampu menekuni semua pelajaran yang Anda terima dengan MUDAH dan CEPAT. Saran kami, dalam fase ini, Anda harus benar-benar mulai belajar filosofi Taekwondo tentang apa arti budi pekerti, rendah hati, keberanian dan jiwa ksatria. Tanpa itu semua, Anda belum mampu mencapai tingkatan yang lebih tinggi lagi. Di fase ini juga Anda harus banyak meminta kepada instruktur Anda pelajaran yang bervariasi untuk menghancurkan virus yang bernama BOSAN dan JENUH.
- Prestasi Prestasi adalah hasil Karya Emas Anda setelah Anda mampu melewati 3 fase terdahulu dengan kontinyu. Prestasi bukan diukur dari bentuknya, tetapi dari nilai-nilai yang Anda capai dan manfaat yang dirasakan setelah melalui suatu proses yang benar. Karena jika tidak bermanfaat, namanya bukan prestasi. Prestasi adalah HAK setiap orang yang ingin meraih kesuksesan dalam hidupnya.
Sejarah Singkat Taekwondo Indonesia
Taekwondo mulai berkembang di Indonesia pada
tahun 70-an , dimulai aliran Taekwondo yang berafiliasi ke ITF (
International Taekwondo Federation ) yang pada waktu itu bermarkas besar di
Toronto Kanada, aliran ini dipimpin dan dipelopori oleh Gen. Choi Hong Hi,
kemudian berkembang juga aliran Taekwondo yang berafiliasi ke WTF (
The World Taekwondo Federation ) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul, Korea
Selatan dgn Presiden Dr. Un Yong Kim .
Pada waktu itu, di Indonesia kedua aliran ini
yang masing - masing organisasi
ditingkat nasional yaitu Persatuan Taekwondo Indonesia ( PTI ) yg
berafiliasi ke ITF dipimpin oleh Letjen. Leo Lopolisa dan Federasi
Taekwondo Indonesia ( FTI ) yg berafiliasi ke WTF dipimpin oleh Marsekal
Muda Sugiri .
Atas kesepakatan bersama dan melihat prospek
perkembangan didunia olahraga International dan Nasional , maka Musyawarah
Nasional Taekwondo pada Tanggal 28 maret 1981 berhasil menyatukan kedua
organisasi Taekwondo tersebut, menjadi organisasi baru yang disebut Taekwondo
Indonesia dan dipimpin oleh Leo Lopolisa sebagai Ketua Umumnya, sedangkan
struktur organisasi ditingkat nasionalnya disebut PBTI ( Pengurus Besar
Taekwondo Indonesia ) dan berpusat di Jakarta. Munas Taekwondo Indonesia I pada
Tanggal 17 - 18 September 1984 menetapkan Letjen. Sarwo Edhie Wibowo (
Alm. ) sebagai Ketua Umum Taekwondo Indonesia periode 1984 - 1988, maka era
baru Taekwondo Indonesia yang bersatu dan kuat dimulai. Selanjutnya Taekwondo
Indonesia sempat dipimpin oleh Soeweno, Harsudiyono Hartas, dan
sekarang oleh Letjen ( Mar ) Suharto.
Kini Taekwondo Indonesia telah berkembang di
seluruh propinsi di Indonesia dan diikuti aktif oleh lebih dari 200.000 anggota
, angka ini belum termasuk yang tidak secara aktif berlatih. Taekwondo telah
dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di arena PON. Beberapa atlet yang
pernah berjaya membela negara di event International antara lain seperti : Budi
Setiawan, Rahmi Kurnia, Siauw Lung, Yefi Triaji, Lamting , Yeni Latif, Dirk
Richard, dan sebagainya. dimasa Thn 1986 s/d Thn. 1993 . Pada generasi
berikutnya antara lain seperti Yuana Wangsa Putri yang mewakili
Indonesia di even Olympic Games 2000, Sidney dan Ika Dian Fitria yang
berhasil meraih medali emas Kejuaraan Dunia Yunior pada November 2000.
Taekwondo
yang kita kenal sekarang , mempunyai sejarah yang sangat panjang seiring dengan
perjalanan sejarah Bangsa Korea , dimana beladiri ini berasal. Sebutan
Taekwondo sendiri baru dikenal sejak tahun 1954, merupakan modifikasi dan
penyempurnaan dari berbagai beladiri tradisional Korea.
Latar
belakang sejarah perkembangan Taekwondo dpt dibagi dalam 4 kurun waktu, yaitu :
Pada masa kuno, masa pertengahan , masa modern dan masa sekarang.
- Pada Masa Kuno
- Asal Mula Taekwondo
Pada dasarnya manusia mempunyai insting untuk selalu
melindungi diri dan hidupnya, hal ini secara disengaja maupun tidak akan memacu
aktivitas fisiknya sepanjang waktu. Manusia dalam tumbuh dan berkembang tidak
dapat lepas dari kegiatan / gerakan fisiknya , tanpa menghiraukan waktu dan
tempat. Pada masa kuno manusia tidak punya pikiran lain untuk mempertahankan
dirinya kecuali dengan tangan kosong, hal ini secara alamiah mengembangkan
teknik - teknik bertarung dengan tangan kosong. Pada saat kemampuan bertarung
secara tangan kosong dikembangkan sebagai suatu cara untuk menyerang dan
bertahan, digunakan pula untuk membangun kekuatan fisik seseorang, bahkan
dijadikan pertunjukan dalam acara ritual. Manusia mempelajari teknik - teknik
bertarung didapat dari pengalaman nya melawan musuh - musuhnya. Inilah yang
diyakini menjadi dasar seni beladiri Taekwondo yang kita kenal sekarang, dimana
pada masa lampau dikenal sebagai 'Subak" , "Taekkyon", "
Takkyon" , maupun beberapa nama lainnya. Pada asal mula sejarah
Semenanjung Korea , ada 3 suku bangsa / kerajaan yang mempertunjukan kontes
seni beladiri pada acara ritualnya. Ketiga kerajaan ini saling bersaing satu
sama lain, ketiganya adalah Koguryo, Paekje dan Silla, semuanya melatih para
ksatria untuk dijadikan salah satu kekuatan negara, bahkan para ksatria yang
tergabung dalam militer saat itu, menjadi warga negara yang mempunyai kedudukan
yang sangat terpandang. Menurut catatan , kelompok ksatria muda yang
terorganisir seperti " Hwarangdo" di Silla dan "Chouisonin
" di Koguryo, semuanya menjadikan latihan seni beladiri sebagai salah satu
subyek penting yang harus dipelajari. Sebuah buku tentang seni beladiri yang
disebut " Muye Dobo Tongji " menyebutkan : " ( Taekwondo) Seni
pertarungan tangan kosong adalah dasar dari seni beladiri , yang membangun
kekuatan dengan melatih tangan dan kaki hingga menyatu dengan tubuh agar dapat
bergerak bebas leluasa, sehingga dapat digunakan saat menghadapi situasi yang
kritis, berarti ( Taekwondo ) dapat digunakan setiap saat ".
- Koguryo's 'sonbae' dan Taekkyon
Koguryo yang berdiri pada 57 tahun seblem masehi di
semenanjung Korea bagian utara, membentuk kesatuan para ksatria tangguh yang
disebut 'Sonbae', yang artinya laki - laki yang bersifat baik dan tak pernah
takut dalam bertarung / perang . Dalam buku sejarah disebutkan bahwa saat
Dinasti Chosun Kuno memerintah , tanggal 10 Maret setiap tahunnya pada hari
raya Koguryo, masyarakat merayakan nya dengan acara - acara kontes tarian
pedang, memanah, subak ( Taekkyon ) dan sebagainya. Kontes Subak ( Taekyon )
sebutan untuk Seni beladiri Taekwondo pada masa itu adalah salah satu kegiatan
yang sangat populer. Penemuan beberapa lukisan dinding makam pada masa Koguryo,
yang menggambarkan 2 orang yang saling bertarung dalam sikap Takkyon (
Taekwondo ), membuktikan bahwa seni beladiri yang sekarang kita kenal sebagai
Taekwondo telah dipraktekan sejak 2000 tahun yang lalu di Semenanjung Korea.
- Shilla's 'Hwarang" dan Taekkyon
Kerajaan Shilla berdiri pada tahun 57 sebelum masehi di
tenggara semenanjung Korea, secara geografis tidak terancam dari luar, tetapi
dengan berdirinya Kerajaan Pakje disisi barat dan awal serbuan dari Koguryo
dari utara maka Kerjaan Shilla mempersenjatai diri dengan meningkatkan dengan
kemampuan seni beladiri yang berkembang saat itu. " Hwarangdo" adalah
tipe beladiri dari Shilla yang merupakan asimilasi dari sistem beladiri "
Sonbae " dari Koguryo. Anggota - anggota Hwarang berlatih keras dengan
semboyannya yang terkenal yaitu bakti kepada orang tua, setia pada negara &
bangsa, pantang mundur dlm perang. Kim Yu Sin dan Kim Chun Chu adalah orang -
orang yang memberikan sumbangan besar bagi penyatuan 3 kerajaan di Semennajung
Korea. Dalam catatan peristiwa dari Chosun melukiskan kehidupan para Hwarang ,
sebutan bagi para ksatria yang mempelajari Hwarangdo, para hwarang diseleksi
oleh kerajaan , dan setelahnya mereka hidup dan berkumpul dalam kelompok
menurut yang mereka pelajari, seperti Subak ( bentuk dari Taekwondo kuno ),
bermain pedang, berkuda dan bermain " Sirum" / gulat gaya Korea.
Diwaktu damai, hwarang bekerja melayani masyarakat, membantu keadaan darurat
dan membangun jalan & benteng, siap mengorbankan hidupnya saat berperang.
Hwarang sangat dipengaruhi oleh disiplin agama Budha, dapat dilihat di Kyonju
Museum sangat jelas ditunjukan bahwa seni beladiri ini dipraktekan di kuil -
kuil, digambarkan dengan adegan laki - laki yang tampak kuat dalam sikap
menyerang dan bertahan dengan tangan kosong. Sikap yang ditampilkan sangat
menarik adalah sikap Kumgang Yoksa yang sama dengan sikap pada beladiri
Taekwondo sekarang . Ini membuktikan bahwa pada masa kerajaan Shilla "
Subak" dan "Taekkyon" tampak / muncul bersamaan , dan keduanya
menandakan bahwa teknik - teknik tangan dan kaki tersebut dipakai dalam
Taekwondo sekarang ini.
- Taekkyon dari Koguryo ke
Shilla
Seni bela diri Taekkyon yang populer di Koguryo, ternyata tertulis juga di Shilla, dibuktikan dengan : i. "Hwarang " ( Sonrang ) di Shilla mempunyai arti kata yang sama dengan "Sonbae" di Koguryo jika ditinjau dari sudut etymology. ii. Keduanya memiliki sistem organisasi dan hirarki yang sama. iii. Menurut catatan sejarah, Sonbae di Koguryo digunakan dalam kompetisi Taekkyon saat perayaan nasional, hwarang di Shilla juga memainkan Taekkyon ( Subak,dokkyoni, atau taekkoni ) dalam perayaan seperti "palkwanhoe" dan "hankawi", hal ini menunjukkan perkembangan secara sistematis teknik beladiri kuno ke Taekkyon / Sonbae yang menjadi dasar seni beladiri di Korea sekitar 200 tahun sesudah masehi. Mulai abad ke 4 sesudah masehi seni beladiri ini makin memasyarakat dan berkembang melalui sekolah / perguruan seni beladiri dengan berbagai kelompok teknik tangan kosong dan kaki.
- Masa Pertengahan
Pada Dinasti Koryo ( 918 sampai 1392 Masehi ) yang mana
penyatuan Semenanjung Korea setelah Shilla, Taekkyon berkembang sangat
sistematis dan merupakan mata ujian penting untuk seleksi ketentaraan. Teknik
Taekkyon tumbuh menjadi senjata yang efektif untuk membunuh. Pada permulaan
Dinasti Koryo, kemampuan beladiri menjadi kualifikasi untuk merekrut personel
ketentaraan sebab kerajaan membutuhkan kemampuan pertahanan yang kuat setelah
penaklukan seluruh semenanjung Korea. Kemampuan dalam beladiri Taekkyon sangat
menentukan pangkat seseorang dalam ketentaraan. Raja - raja pada dinasti Koryo
sangat tertarik pada kontes Taekkyon yang disebut "Subakhui", yang
populer juga dimasyarakat dan dijadikan ajang perekrutan tentara. Namun pada
akhir pemerintahan Dinasti Koryo ketika penggunaan senjata api mulai dikenal ,
membuat dukungan terhadap kemajuan beladiri berkurang jauh.
- Masa Modern
Pada masa modern Korea , saat Dinasti Chosun ( Yi ) pada
tahun 1392 sampai 1910, Kerajaan Korea dan Jaman penjajahan Jepang sampai tahun
1945, Subakhui dan Taekkyon, sebutan Taekwondo pada saat itu mengalami kemunduran
dan tidak mendapat dukungan dari pemerintah yang memodernisasi tentaranya
dengan senjata api. Dinasti Yi yang didirikan dalam ideologi Konfusius , lebih
mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. Kemudian , saat raja
Jungjo setelah invasi oleh Jepang pada tahun 1952, pemerintah kerajaan
membangun kembali pertahanan yang kuat dengan memperkuat latihan ketentaraan
dan praktek seni beladiri. Seputar periode ini, terbit sebuah buku tentang
ilustrasi seni bela diri yang diber judul Muyedobo - Tonji, yang memuat gambar
- gambar dan ilustrasi yang mirip / menyerupai bentuk / sikap ( Poomse ) dan
Gerakan Dasar ( Basic Movement ) Taekwondo sekarang, namun tentunya hal ini tak
dapat diperbandingkan begitu saja dengan Taekwondo saat ini yang telah
dimodernisasi dengan penelitian yang berdasarkan ilmu pengetahuan modern (
Scientific Studies). Akan tetapi , saat penjajahan Jepang semua kesenian rakyat
dilarang termasuk Taekkyon, untuk menekan rakyat Korea. Seni beladiri Taekkyon
hanya diajarkan secara sembunyi oleh para master beladiri sampai masa
kemerdekaan pada tahun 1945.
- Masa Sekarang
Seiring dengan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang,
konsep baru tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit. Banyak para ahli seni
beladiri mendirikan sekolah / perguruan beladiri . Dengan meningkatnya populasi
dan hubungan kerjasama yang baik antar perguruan beladiri, akhirnya diputuskan
menyatukan berbagai nama seni beladiri mereka dengan sebutan : Tae Kwon Do,
pada tahun 1954. Pada 16 September 1961 sempat berubah menjadi Taesoodo namun
kembali menjadi Taekwondo dengan organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo
Association ( KTA ) pada tanggal 5 Agustus 1965, dan menjadi anggota Korean
Sport Council. Pada era tahun 1965 sampai 1970 an , KTA banyak menyelenggarakan
berbagai acara pertandingan dan demonstrasi untuk berbagai kalangan pada skala
nasional. Taekwondo berkembang dan menyebar dipelbagai kalangan, hingga diakui
sebagai disiplin / program resmi oleh Pertahanan Nasional Korea , menjadi
olahraga wajib bagi tentara dan polisi. Tentara Korea yang berpartisipasi dalam
perang Vietnam dibekali keahlian Taekwondo, pada saat itulah Taekwondo
mendapatkan perhatian besar dari dunia. Nilai lebih ini menjadikan Taekwondo
dinyatakan sebagai olahraga nasional Korea. Pada tahun 1972, Kukkiwon
didirikan, sebagai markas besar Taekwondo, hal ini menjadi penting bagi
pengembangan Taekwondo keseluruh dunia. Kejuaran dunia Taekwondo yang pertama
diadakan pada tahun 1973 di Kuk Ki Won,Seoul ,Korea Selatan, sampai saat ini
kejuaraan dunia rutin dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Disamping itu , untuk
meningkatkan kualitas Instruktur Taekwondo diseluruh dunia, Kukkiwon membuka
Taekwondo Academy, yang mulai tahun 1998 telah membuka Program pelatihannya
bagi Instruktur Taekwondo dari seluruh dunia. Kuk Ki Won, sebagai markas besar
Taekwondo Dunia, disinilah pusat penelitian dan pengembangan Taekwondo,
Pelatihan para Instruktur , sekretariat promosi ujian tingkat internasional.
Pada 28 Mei 1973, The World Taekwondo Federation ( WTF ) didirikan, dan
sekarang telah mempunyai 156 negara anggota dan Taekwondo telah dipraktekan
oleh lebih dari 50 juta orang diseluruh penjuru dunia, dan angka ini masih
terus bertambah seiring perkembangan Taekwondo yang makin maju dan populer. Taekwondo
telah dipertandingkan diberbagai pertandingan multi even diseluruh dunia , dan
Taekwondo telah dipertandingkan sebagai ekshibisi pada Olympic Games 1988 Seoul
dan telah dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di Olympic Games 2000,
Sydney.
Tiga materi dalam latihan
- Poomsae atau rangkaian jurus adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa Korea.
- Kyukpa atau teknik pemecahan benda keras adalah latihan teknik dengan memakai sasaran/obyek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan tekniknya. Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan.
- Kyoruki atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik pertahanan diri.
Filosofi sabuk pada Tae Kwon Do
- Putih melambangkan kesucian, awal/dasar dari semua warna,permulaan.Di sini para taekwondoin mempelajari jurus dasar(gibon)1
- Kuning melambangkan bumi,disinilah mulai ditanamkan dasar-dasar TKD dengan kuat.Mempelajari gibon 2 dan 3.Sebelum naik sabuk hijau biasanya naik ke sabuk kuning strip hijau terlebih dahulu.
- Hijau melambangkan hijaunya pepohonan,pada saat inilah dasar TKD mulai ditumbuhkembangkan.(mempelajari taeguk 2).Sebelum naik ke sabuk biru biasanya naik ke sabuk hijau strip biru terlebih dahulu.
- Biru melambangkan birunya langit yang menyelimuti bumi dan seisinya,memberi arti bahwa kita harus mulai mengetahui apa yang telah kita pelajari.(mempelajari taeguk 4).Sebelum naik sabuk merah biasanya naik ke sabuk biru strip merah terlebih dahulu.
- Merah melambangkan matahari artinya bahwa kita mulai menjadi pedoman bagi orang lain dan mengingatkan harus dapat mengontrol setiap sikap dan tindakan kita.(mempelajari taeguk 6). Sebelum naik sabuk hitam, biasanya naik ke sabuk merah strip dua dan merah strip satu dahulu. Maksud dari matahari adalah tingkaran di mana seorang sabuk merah memberi kehangatan atau dalam arti denotasi mulai memberi ilmu atau bimbingan.
- Hitam melambangkan akhir,kedalaman,kematangan dalam berlatih dan penguasaan diri kita dari takut dan kegelapan.Hitam memiliki tahapan dari Dan 1 hingga Dan 9. Juga melambangkan alam semesta.
Terminologi Tae Kwon Do
- Sabeum = Instruktur
- Sabeum Nim = Instruktur Kepala
- Seonbae = Senior
- Hubae = Junior
- Tae Kwon Do Junshin = Prinsip Ajaran Tae Kwon Do
- Muknyeom = Meditasi
- Dobok = Seragam Tae Kwon Do
- Ti = Sabuk Latihan
- Oen = Kiri
- Oreon = Kanan
- Joonbi = Siap
- Sijak = Mulai (Tanpa Komando(biasa dilakukan di poomse))
- Kalryeo = Stop
- Keysok = Lanjutkan
- Keuman = Selesai
- A Nee = Tidak
- Yee = Ya
- Eolgol = Sasaran atas
- Moumtong = Sasaran tengah
- Arae = Sasaran bawah
- Kyungrye = hormat
- chariot= mempersiapkan diri
- nici= sekian
- belci ki manisi= tempat istirahat
- menicip= pengawas taekwondo
- dobeon= dua kali
- sambeon= tiga kali
- iljang= satu
- ijang= dua
- samjang= tiga
- sahjang= empat
- ohjang= lima
- yukjang= enam
- chiljang= tujuh
- paljang= delapan
Pukulan, Tendangan, dan Tangkisan
Pukulan
- Yeop Jireugi = Pukulan Samping
- Chi Jireugi = Pukulan Dari Bawah Keatas
- Dolryeo Jireugi = Pukulan Mengait
- Pyojeok Jireugi = Pukulan Dengan Sasaran
- momtong jireugi= pukulan mengarah ke tengah(pukulan mengarah ke ulu hati)
- are jireugi= pukulan ke bawah
- oreon jireugi= pukulan dengan tangan kanan yang dilakukan sambil menendang(ap chagi)
- Eolgol jireugi=pukulan ke atas (pukulan mengarah ke kepala)
- hengek= menunduk
- ap chumbi= siap
Tendangan
- Ap Chagi = Tendangan depan
- Dollyo Chagi = Tendangan setengah melingkar
- Yeop Chagi = Tendangan samping menggunakan pisau kaki
- Dwi Chagi = Tendangan belakang
- Twieo Dwi Chagi = Tendangan belakang yang dilakukan sambil melompat
- Twieo Yeop Chagi = Tendangan samping yang dilakukan sambil melompat
- Goley chagi= Tendangan ganda
- Sip Chagi An Chagi= Tendangan yang dilakukan sambil melompat dan tangkisan aremaki
- Penriyti Chagi= Tendangan keliling.
- Dwi Hurigi= Tendangan berputar melalui belakang.
- Del'o chigi= Tendangan mencangkul ke arah kepala menggunakan tumit
Tangkisan
- Aremagi = Tangkisan bawah
- Eolgol Ceceumaki = Tangkisan ke arah kepala
- Bakat Momtong Bakat Magi = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian dalam lengan bawah.
- Bakat Momtong An Magi = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian luar lengan bawah.
- An Magi = tangkisan dari arah luar.
- Bina Magi an magi= tangkisan yang dimulai dari lengan bawah dan saat masuk ke dalam harus melalui lengan atas.
- An palmok montong bakat magi= tangkisan ke arah lengan bawah
Falsafah Taekwondo sangat khusus, tapi apa yang
membuatnya begitu istimewa? Jika kita belajar dari buku-buku filsafat, kita
cenderung untuk tidak memperhatikannya, karena falsafah atau filsafat itu
cenderung tidak berhubungan dengan kehidupan kita sebenarnya. Tetapi sejak
Taekwondo terhubung dengan kehidupan kita seperti setiap kehifupan kita
sehari-hari, kita seharusnya tidak pernah lupa dengan filosofi dari taekwondo
itu sendiri.
Falsafah dari Taekwondo yakni, salah satu
tindakan yang dapat kita pelajari dari tindakan lain, dalam kegiatan
sehari-hari. Filosofi Taekwondo mewakili prinsip-prinsip dan perubahan dalam
pergerakan manusia. Hal ini juga merupakan prinsip-prinsip hidup kita, karena
hidup terdiri dari gerakan itu. Karena itu, kami dapat katakan itu adalah
filosofi Taekwondo sendiri. Kita bisa memahami filosofi dari Taekwondo dengan
melakukan Taekwondo, dan ini akan membantu kita memahami pengertian yang lebih
baik dan peningkatan kehidupan kita. Prinsip-prinsip Taekwondo dapat dijelaskan
dalam beberapa cara, tetapi di sini kita akan menjelaskan itu cukup dengan prinsip
“Sam Jae” [Tiga Elemen] dan yang “Eum” [atau yang Negatif atau kegelapan] dan
“Yang” [yang positif atau kecerahan]. “Sam Jae” merujuk kepada “Cheon” [di
langit], “Ji” [Bumi], dan “Dalam” [manusia] dan prinsip-prinsip tentang mereka.
Oriental di negara-negara, telah diakui sebagai pusat prinsip yang menjelaskan
perubahan dari segala sesuatu di dunia. “Sam Jae” dan perubahan “Eum” dan
“Yang” merupakan “Delapan Trigrams untuk Ramalan” dalam “Buku Perubahan.”
Prinsip Jae Sam telah ditekankan dalam oriental negara, khususnya di Korea.
Jika Anda memahami prinsip dari Taekwondo, Anda dapat memahami semua kemampuan
dan rohani kedalaman Taekwondo. Prinsip Eum dan Yang juga telah ditekankan
dalam oriental negara sebagai pusat prinsip kehidupan. Ia mempertahankan bahwa
semuanya memiliki sisi berlawanan. Prinsip ini menjelaskan berbagai bentuk
perubahan, tetapi berasal dari “Taegeuk” [Great Absolute], yang merupakan klaim
yang paling Eum dan Yang adalah satu dan sama. Jika kita memahami Taekwondo
menurut prinsip ini, kita akan menemukan solusi, dan terus berubah
keterampilan, kami tidak akan pernah terhenti, dalam situasi apapun. Setelah
kita memahami prinsip-prinsip ini filosofis Taekwondo, kita dapat menemukan
cara yang tepat untuk memahami dan mengembangkan kehidupan kita.
Sejarah TaeKwonDo di Korea
Masa Pertengahan
Pada Dinasti Koryo ( 918 sampai 1392 Masehi )
yang mana penyatuan Semenanjung Korea setelah Shilla, Taekkyon berkembang
sangat sistematis dan merupakan mata ujian penting untuk seleksi ketentaraan.
Teknik Taekkyon tumbuh menjadi senjata yang efektif untuk membunuh. Pada permulaan
Dinasti Koryo, kemampuan beladiri menjadi kualifikasi untuk merekrut personel
ketentaraan sebab kerajaan membutuhkan kemampuan pertahanan yang kuat setelah
penaklukan seluruh semenanjung Korea. Kemampuan dalam beladiri Taekkyon sangat
menentukan pangkat seseorang dalam ketentaraan. Raja – raja pada dinasti Koryo
sangat tertarik pada kontes Taekkyon yang disebut “Subakhui”, yang populer juga
dimasyarakat dan dijadikan ajang perekrutan tentara. Namun pada akhir
pemerintahan Dinasti Koryo ketika penggunaan senjata api mulai dikenal ,
membuat dukungan terhadap kemajuan beladiri berkurang jauh.
Masa Modern
Pada masa modern Korea , saat Dinasti Chosun ( Yi
) pada tahun 1392 sampai 1910, Kerajaan Korea dan Jaman penjajahan Jepang
sampai tahun 1945, Subakhui dan Taekkyon, sebutan Taekwondo pada saat itu
mengalami kemunduran dan tidak mendapat dukungan dari pemerintah yang
memodernisasi tentaranya dengan senjata api. Dinasti Yi yang didirikan dalam
ideologi Konfusius , lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni
beladiri. Kemudian , saat raja Jungjo setelah invasi oleh Jepang pada tahun
1952, pemerintah kerajaan membangun kembali pertahanan yang kuat dengan
memperkuat latihan ketentaraan dan praktek seni beladiri. Seputar periode ini,
terbit sebuah buku tentang ilustrasi seni bela diri yang diber judul Muyedobo –
Tonji, yang memuat gambar – gambar dan ilustrasi yang mirip / menyerupai bentuk
/ sikap ( Poomse ) dan Gerakan Dasar ( Basic Movement ) Taekwondo sekarang,
namun tentunya hal ini tak dapat diperbandingkan begitu saja dengan Taekwondo
saat ini yang telah dimodernisasi dengan penelitian yang berdasarkan ilmu
pengetahuan modern ( Scientific Studies). Akan tetapi , saat penjajahan Jepang
semua kesenian rakyat dilarang termasuk Taekkyon, untuk menekan rakyat Korea.
Seni beladiri Taekkyon hanya diajarkan secara sembunyi oleh para master
beladiri sampai masa kemerdekaan pada tahun 1945.
Masa Sekarang
Seiring dengan kemerdekaan Korea dari penjajahan
Jepang, konsep baru tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit. Banyak para
ahli seni beladiri mendirikan sekolah / perguruan beladiri . Dengan
meningkatnya populasi dan hubungan kerjasama yang baik antar perguruan
beladiri, akhirnya diputuskan menyatukan berbagai nama seni beladiri mereka
dengan sebutan : Tae Kwon Do, pada tahun 1954. Pada 16 September 1961 sempat
berubah menjadi Taesoodo namun kembali menjadi Taekwondo dengan organisasi
nasionalnya bernama Korea Taekwondo Association ( KTA ) pada tanggal 5 Agustus
1965, dan menjadi anggota Korean Sport Council. Pada era tahun 1965 sampai 1970
an , KTA banyak menyelenggarakan berbagai acara pertandingan dan demonstrasi
untuk berbagai kalangan pada skala nasional. Taekwondo berkembang dan menyebar
dipelbagai kalangan, hingga diakui sebagai disiplin / program resmi oleh
Pertahanan Nasional Korea , menjadi olahraga wajib bagi tentara dan polisi.
Tentara Korea yang berpartisipasi dalam perang
Vietnam dibekali keahlian Taekwondo, pada saat itulah Taekwondo mendapatkan
perhatian besar dari dunia. Nilai lebih ini menjadikan Taekwondo dinyatakan
sebagai olahraga nasional Korea. Pada tahun 1972, Kukkiwon didirikan, sebagai
markas besar Taekwondo, hal ini menjadi penting bagi pengembangan Taekwondo
keseluruh dunia. Kejuaran dunia Taekwondo yang pertama diadakan pada tahun 1973
di Kuk Ki Won,Seoul ,Korea Selatan, sampai saat ini kejuaraan dunia rutin
dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Disamping itu , untuk meningkatkan kualitas
Instruktur Taekwondo diseluruh dunia, Kukkiwon membuka Taekwondo Academy, yang
mulai tahun 1998 telah membuka Program pelatihannya bagi Instruktur Taekwondo
dari seluruh dunia. Kuk Ki Won, sebagai markas besar Taekwondo Dunia, disinilah
pusat penelitian dan pengembangan Taekwondo, Pelatihan para Instruktur ,
sekretariat promosi ujian tingkat internasional. Pada 28 Mei 1973, The World
Taekwondo Federation ( WTF ) didirikan, dan sekarang telah mempunyai 156 negara
anggota dan Taekwondo telah dipraktekan oleh lebih dari 50 juta orang diseluruh
penjuru dunia, dan angka ini masih terus bertambah seiring perkembangan
Taekwondo yang makin maju dan populer. Taekwondo telah dipertandingkan
diberbagai pertandingan multi even diseluruh dunia , dan Taekwondo telah
dipertandingkan sebagai ekshibisi pada Olympic Games 1988 Seoul dan telah
dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di Olympic Games 2000, Sydney.
Terminologi Istilah-istilah dalam Tae Kwon Do
- Sabeum = Instruktur
- Sabeum Nim = Instruktur Kepala
- Seonbae = Senior
- Hubae = Junior
- Tae Kwon Do Junshin = Prinsip Ajaran Tae Kwon Do
- Muknyeom = Meditasi
- Dobok = Seragam Tae Kwon Do
- Ti = Sabuk Latihan
- Oen = Kiri
- Oreon = Kanan
- Joonbi = Siap
- Sijak = Mulai
- Kalryeo = Stop
- Keysok = Lanjutkan
- Keuman = Selesai
- A Nee = Tidak
- Yee = Ya
- Eolgol = Sasaran atas
- Moumtong = Sasaran tengah
- Arae = Sasaran bawah
- Do Jang = Tempat latihan
- Kyungrye = hormat
Pukulan
- Yeop Jireugi = Pukulan Samping
- Chi Jireugi = Pukulan Dari Bawah Keatas
- Dolryeo Jireugi = Pukulan Mengait
- Pyojeok Jireugi = Pukulan Dengan Sasaran
Tendangan
- Ap Chagi = Tendangan Kedepan
- Dollyo Chagi = Tendangan Melingkar Depan
- Yeop Chagi = Tendangan Samping
- Dwi Chagi = Tendangan Kebelakang
- Twieo Dwi Chagi = Tendangan kebelakang Yang Dilakukan Sambil Melompat
Tangkisan
- aremaki = Tangkisan bawah
- Elgol maki = Tangkisan ke arah kepala
- Bakat Momtong Bakat Maki = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian dalam lengan bawah.
- Bakat Momtong An Maki = Tangkisan dari arah dalam menggunakan bagian luar lengan bawah.
- An Maki = tangkisan darri arah luar.
1 komentar:
berhubung karena saya juga salah seorang yang gemar olahraga taekwondo, jadi saya posting artikel ini.
Posting Komentar