BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Dalam
pengembangan ilmu dunia perikanan budidaya khususnya, maka dianggap penting
sebagai seorang kaum pelajar memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang hal
tersebut. Salah satu langkah untuk mencapai hal tersebut diadakan praktikum
sebagai penunjang dan tempat belajar yang lebih efektif. Selain itu akan
bertambah satu pengalaman jika mengikuti semua prosedur kegiatan praktikum.
Meskipun pada dasarnya praktikum ini tidak menjamin sepenuhnya untuk kami
menguasai materi/teori, begitu pula keadaan yang ada dilapangan.
Selain
itu, untuk mengikuti ujian akhir semester, sebagai salah satu syarat ialah
laporan dan presentase kehadiran yang harus mencukupi dari standar yang telah
ditetapkan oleh jurusan Budidaya Perikanan.
2.
TUJUAN DAN KEGUNAAN
Tujuan
diadakannya praktikum ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa
tentang teknis
dan teknik budidaya perikanan terutama dalam penanganan kualitas air dan parameter lingkungan lainnya yang terkait dalam praktikum ini.
dan teknik budidaya perikanan terutama dalam penanganan kualitas air dan parameter lingkungan lainnya yang terkait dalam praktikum ini.
Kegunaan dari
praktikum Fisiologi Hewan Air ini yaitu dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
informasi seputar teknis pemeliharaan kualitas air dan parameter yang sebaiknya
untuk organism budidaya. Serta menjadi bekal mahasiswa untuk menghadapi dunia
kerja dan terjun langsung didalamnya.
BAB II
METODOLOGI
1.
WAKTU
DAN TEMPAT
Praktek
laboratorium ini dilaksanakan pada hari Rabu pukul 08.00 Wita sampai selesai,
bulan Januari 2012 di laboratorium Biologi jurusan Budidaya Perikanan Politekni
Pertanian Negeri Pangkep, Desa Mandalle, Kabupaten Pangkep, propinsi Sulawesi
Selatan
2.
METODE PELAKSANAAN
a. Alat b.
Bahan
-
Wadah/toples 2 buah - Ikan Nila ukuran
kecil dan besar masing-masing
-
DO meter 10:5 ekor
-
Testkit -
Air tawar
-
Timbangan Digital - Almunium Voil
Prosedur Kerja:
Ø Persiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan
Ø Kemudian
masukkan air tawar pada masing-masing wadah yang telah dibersihkan dan
disterilisasi
Ø Lakukan
pengukuran O2 dan CO2 awal pada masing-masing media.
Ø Setelah
itu, timbang berat biomassa ikan, kemudian dimasukkan kedalam wadah yang telah
disiapkan.
Ø Wadah/toples
ditutup rapat dengan almunium voil agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan
luar.
Ø ikan
yang telah dimasukkan dalam wadah, dibiarkan selama 24 jam sebelum dilakukan
pengukuran kembali.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Berikut adalah
tabel hasil pengamatan dan pengukuran dari praktikum yang telah kami lakukan.
Tabel 1. Pengukuran parameter awal.
No
|
Organisme
Pengamatan
|
Parameter
|
|
Berat
Biomassa
|
Kandungan
Oksigen
|
||
1
|
Ikan Nila (ukuran
besar)
|
261
gr (5 ekor)
|
4,2
ppm
|
2
|
Ikan Nila (ukuran
kecil)
|
264
gr (10 ekor)
|
4,30
ppm
|
Tabel 2. Pengukuran parameter
akhir.
No
|
Organisme
Pengamatan
|
Parameter
|
|
Berat
Biomassa
|
Kandungan
Oksigen
|
||
1
|
Ikan Nila (ukuran
besar)
|
16,22
gr (1 ekor)
|
0,14
ppm
|
2
|
Ikan Nila (ukuran
kecil)
|
8,05
gr (2 ekor)
|
0,43
ppm
|
B.
PEMBAHASAN
Praktikum
kali ini dilakukan untuk mengetahui besarnya konsumsi oksigen pada ikan. Ikan
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ikan nila putih. Ikan nila putih
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih
danwarna putih. Ikan nila putih berasal dari Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua
yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin,
ikan nila putih tidak dapat hidup baik.(Wikipedia, 2009)Ikan merupakan
organisme akuatik yang berespirasi menggunakan insang dan menghasilkan oksigen
untuk proses tersebut. Oksigen merupakan unsur organik terlarut dalam perairan.
Oksigen merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan metabolisme
ikan. Perairan yang sedikit mengandung oksigen terlarut tidak baik bagi
pertumbuhan ikan karena akan mempengaruhi kecepatan makan atau laju metabolisme
ikan(Asmawi, 1983). Oksigen diperlukan ikan dalam proses metabolisme aerobik. Menurut
Julian (2003), konsumsi oksigen merupakan pengkuantitatifan banyaknya oksigen
yang dibutuhkan oleh suatu orgnisme (ikan). Konsumsi oksigen pada ikan
digunakan sebagai parameter laju metabolisme pada ikan dalam satuan mg/g/jam.
Metode yangdigunakan untuk mengetahui kadar oksigen terlarut untuk mengetahui
KO2 pada ikan nila putih
adalah metode Winkler. Metode Winkler digunakan dengan cara titrasi larutan air
yangmengandung oksigen. Menurut Lagler (1997), semakin besar kadar oksigen
terlarut semakin besar pula konsumsi oksigennya. Prinsip metode Winkler yaitu
jika air mengandung oksigenterlarut, Mn(OH2) bereaksi dan dioksidasi
menjadi H2MnO3.
Berdasarkan
hasil tersebut terlihat adanya hubungan antara bobot tubuh, volume tubuh
ikan,dan konsumsi oksigen yang dibutuhkan ikan. Semakin besar bobot dan volume
tubuh ikansemakin kecil konsumsi oksigen yang digunakan ikan tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Boon dan Zonneveld (1991). Ikan
berbadan kecil lebih banyak beraktivitas dibandingkan ikan berbadan besar,
sehingga konsumsi oksigennya lebih besar (Julian, 2003). Sedangkan ikan sendiri
akan tumbuh dan berkembang biak pada perairan yang memiliki kisaran oksigen
terlarut di dalamnya antara 5 - 7 ppm (Soesanto,1987).Menurut Hurkat (1976),
konsumsi oksigen pada hewan dipengaruhi oleh beberapafaktor yaitu aktivitas
tubuh, ukuran tubuh, tinggi badan, umur, dan berat badan. Schmidt dan Nielson
(1990) menyatakan bahwa nilai konsumsi oksigen per gram berat tubuh
menurundengan meningkatnya ukuran tubuh. Ikan kecil cenderung lebih aktif
beergerak sehinggamembutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan ikan
besar (Sudibyo, 1999). Jadi,semakin besar volume ikan menyebabkan semakin kecil
pula konsumsi oksigennya. Padaikan yang aktif berenang mempunyai insang yang
lebih lebar sehingga kebutuhan oksigennyadapat terpenuhi tanpa harus mengganggu
aktivitasnya (Ville, 1988). Penurunan aktivitas ikanakan mempengaruhi
metabolisme dalam tubuh sehingga konsumsi oksigen akan mengalami penurunan pula
(Tjasyono, 1987).Dalam suatu perairan kadar oksigen terlarut di dalamnya dapat
diestimasi denganmengetahui tingkat kepadatannya. Semakin tinggi kepadatan
suatu perairan, maka tingkatkadar oksigen terlarutnya akan semakin rendah
(Gordon, 1972). Volume tubuh ikan juga akan
mempengaruhi konsumsi oksigen, semakin besar volume tubuh ikan
semakin rendah kadar oksigen yang dibutuhkan dalam tubuh ikan (Zonneveld,
1991).Salah satu faktor lain yang mempengaruhi konsumsi oksigen adalah suhu.
Gordon(1972) mengatakan pengaruh lingkungan terhadap konsumsi oksigen dapat
berbeda,temperatur perairan juga mempengaruhi metabolisme ikan. Dalam
temperatur yang tinggiterjadi juga peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan dan
hal tersebut akan mengakibatkankonsumsi oksigen yang dibutuhkan semakin
banyak.Pada peningkatan metabolisme ikan akan sebanding dengan peningkatan
temperatur.Pada umumnya, kenaikan temperatur sebesar 100C pada
perairan akan menyebabkan peningkatan metabolisme dan konsumsi oksigen dua
sampai tiga kali dari biasanya (Schmidt,1990).Lingkungan juga mempengaruhi
konsumsi oksigen pada ikan. Konsumsi oksigen dapatdipengaruhi oleh temperatur
yang tinggi, proses respirasi, dekomposisi materil organic yangdapat
menyebabkan konsumsi oksigen lebih besar (Welch, 1992). Menurut Suhaili
(1983)suhu dan arus air juga mempengaruhi konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu
perairansemakin besar konsumsi oksigennya, begitu pula dengan arus yang deras
dapat menyebabkan besarnya konsumsi oksigen. Percobaan yang dilakukan Franklin
et al (1994) pada Oreochromis
alcalicus graham menyebutkan
bahwa peningkatan temperature dari 370C menjadi 420C
secara signifikan menaikkan rata-rata konsumsi oksigen pada ikan yaitu
dari0,739 menjadi 0,970 ml/g/jam.Laju metabolisme berbanding terbalik dengan
konsentrasi oksigen terlarut. Padakonsentrasi oksigen rendah dan temperatur
meningkat, maka laju metabolisme meningkat,sedangkan bila konsentrasi oksigen
tinggi pada temperature rendah, maka laju metabolisme juga rendah (Julian et
al., 2003). Konsentrasi oksigen yang baik yang dikonsumsi ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Ikan
masih dapat bertahan hidup pada perairan dengankonsentrasi oksigen di bawah 4
ppm, namun nafsu makannya rendah atau tidak ada samasekali sehingga pertumbuhannya terhambat. Ikan akan mati atau mengalami stress bilakonsentrasi oksigen terlarut mencapai nol
(Afrianto dan Liviawaty, 1992). Oksigen terlarutdalam jumlah banyak
dalam perairan juga tidak baik bagi pertumbuhan ikan. Oksigen terlarutdalam
jumlah banyak dapat mematikan ikan karena dalam pembuluh ikan terjadi
akumulasigas yang dapat mengakibatkan tertutupnya pembuluh rambut pada insang
ikan
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
hasil praktikum pengukuran konsumsi oksigen iakn dapat disimpulkan bahwa:
1. Perairan dengan kandungan oksigen di
dalamnya 5 - 7 ppm merupakan perairan yang idealserta dapat mencukupi kebutuhan
konsumsi oksigen ikan.
2. Semakin bertambah bobot dan umur
ikan, maka konsumsi oksigen akan berkurang karenaaktivtas tubuhnya yang
terbatas.
3. Pengukuran konsumsi oksigen dapat mengetahui
laju metabolisme ikan.
B.
SARAN
Tidak
banyak hal yang menjadi penghalang bagi kami selama mengikuti praktikum ini,
namun saja dalam pengambilan data belum terlalu lengkap karena beberapa
parameter yang berkaitan tidak sempat dituliskan dan dicantumkan dala laporan
ini. Sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Dan mudah-mudahan telah kami
lakukan sesuai dengan jalur prosedur yang semestinya. Kepada teman-teman yang lain
juga agar kiranya lebih memperhatikan penjelasan prosedur kerja agar tidak
terjadi kesalahan kembali, itupun memang jika ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar