BAB I
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
HORMON DARI LUAR
Hormon
merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana
kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran
(Zairin,2002). Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagleret al. (1962) dalam Gusrina(2008)
terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari, pineal, thymus, jaringan ginjal,
jaringan kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial,
pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue of gonads
danurohypophysis. Beberapa hormon sangat berperan dalam proses reproduksi ikan
, selain hormon primer dan sekunder yang terdapat dalam tubuh ikan adapula
hormon luar (sintesis) yang dapat mempengaruhi proses pematangan gonad ikan.
Hormon Luar adalah suatu senyawa sintetik yang berfungsi untuk menginduksi
terjadinya ovulasi.
B.
PERANAN
HORMON LUAR DALAM PROSES REPRODUKSI IKAN
Proses
pemijahan adalah proses yang ditujukan oleh suatu species ikan dalam bentuk
tingkah laku melakukan perkawinan. Pada ikan air tawar yang hidup di perairan
tropis, terlihat bahwa musim memijah ikan lebih panjang waktunya. Setiap
individu lain, namun demikian masih tetap terlihat adanya puncak-puncak musim
memijah dalam setiap periode waktu tertentu (Peter dan Hontela dalam Deswita
1995). Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan gonad semakin besar
dan berat.
Berat
gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian menurun dengan
cepat selama pemijahan sampai selesai (Effendie, 1979). Abidin (1996)
menyatakan selama dalam proses perkembangan baik dalam tahap pertumbuhan maupun
tahap pematangan gonad atau produksi, gonad ikan akan mengalami
perubahan-perubahan, seperti perubahan berat, volume serta perubahan morfologi.
Perubahan-perubahan ini sering dipakai sebagai indikator dalam menentukan
tingkat perkembangan gonad dalam proses oogenesis pada ikan betina atau
spermatogenesis pada ikan jantan. Bye (1984) menyatakan bahwa umumnya species
ikan menunjukkan siklus reproduksi tahunan (annual), tengah tahunan (binual)
dan siklus reproduksi akan tetap berlangsung selama fungsi reproduksi masih
normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus reproduksi ikan di perairan
terdiri dari faktor fisika, kimia dan biologi. Untuk ikan di daerah tropis
faktor fisika yang utama mengontrol siklus reproduksi adalah substrat dan arus,
faktor kimia adalah gas-gas terlarut; pH, nitrogen, metabolik, alkalinity,
kesadahan dan zat buangan yang berbahaya bagi kehidupan ikan di perairan.
Selanjutnya faktor biologi di bagi atas faktor biologi dalam dan faktor biologi
luar. Faktor biologi dalam meliputi faktor fisiologi individu dan respon
terhadap berbagai faktor lingkungan.
Faktor biologi luar yang penting adalah predator
dan kompetisi sesama species ikan tertentu atau dengan species lain.
Berdasarkan
dinamika perkembangan oosit, Wallace dan Selma (1980) dan De Vlamming dalam
Syandri (1993) mengklasifikasikan pola perkembangan gonad ikan Teleostei ada
tiga type yaitu:
·
Tipe Sinkronisme total, oosit dalam
ovari dibentuk dalam waktu yang bersamaan, tumbuh bersama-sama melalui tahapan
perkembangan dan tidak ditemukan adanya oosit pada tingkat perkembangan yang
berbeda.
·
Type ovari demikian ditemukan pada
species yang bersifat anadromus dan katadromus ya ng mempunyai musim pemijahan
sangat terbatas dan harus bermigrasi cukup jauh untuk mencapai lokasi pemijahan
·
Tipe Sinkronisme kelompok, ditemukan
paling tidak dua populasi yang berbeda pada tingkat perkembangan oosit yang
berbeda. Kebanyakan species Cyprinidae mempunyai pola perkembangan ovari yang
demikian.
·
Tipe Asinkronisme, ditemukan oosit pada
tingkat perkembangan yang berbeda, sementara oosit baru terus muncul. Ditemukan
pada spec ies ikan yang memijah sepanjang tahun.
Lowe
Me Connel (1975) menyatakan bahwa berdasarkan kepada pola pemijahannya, ada 4
tipe reproduksi ikan air tawar yang mengisi perairan tropis yaitu :
·
Tipe “Big Bang Spawner” yaitu species
ikan yang memijah satu kali seumur hidupnya.
·
Tipe “Total Spawner” yaitu golongan ikan
yang mengeluarkan telurnya secara keseluruhan pada satu kali memijah. Tipe
reproduksi seperti ini mempunyai fekunditas yang tinggi dan musim pemijahan
yang terbatas.
·
Tipe “Partial Spawner” atau “Multiple
Spawner” yaitu ikan yang berpijah di sungai dikaitkan dengan fluktuasi
tingginya permukaan air akibat hujan atau banjir. Beberapa ikan dari famili
Cyprinidae, Characoida e dan Siluridae tergolong pada pemijahan ini.
·
Tipe “Small Brood Spawner” yaitu golonga
n ikan air tawar yang mempunyai fekunditas sangat sedikit dan umumnya species
ikan yang melindungi telur dan anak di dalam mulutnya.
Menurut
Effendie (2004), berdasarkan sifatnya proses pemijahan ikan bisa berlangsung
dalam dua cara yaitu :
·
Pemijahan Alami, Dalam pemijahan alami,
telur dibuahi oleh sperma dalam air setelah dikeluarkan oleh induk betina.
Proses ini biasanya didahului oleh aktivitas percumbuan oleh kedua induk ikan
tersebut. Pemijahan induk ikan secara alamiah bisa berlangsung secara
berkelompok atau berpasangan.
·
Pemijahan Buatan, Pada pemijahan buatan
dilakukan dengan ikut campur tangan manusia, yaitu melalui penyuntikan atau
ransangan hormon.
Ada
3 komponen yang mempengaruhi proses pemijahan pada ikan, yaitu gonad, sistem
hormon dan lingkungan. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama
lainnya.
Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu proses pemijahan dapat
berlangsung, yaitu :
ü Individu
ikan jantan dan betina sudah matang gonad. Ikan yang siap untuk dipijahkan
sudah berada pada tingkat kematangan IV (Effendie, 1979). Tingkat kematangan
gonad dari suatu individu dapat ditunjukan dengan melihat alat kelamin ataupun
morfologi dari tubuh ikan yang akan dipijahkan.
ü Adanya
rangsangan lingkungan. Hal ini berhubungan timbulnya ransangan hormon dalam tubuh
ikan untuk memijah. Menurut Ha r ve y dan Hoar (1979), kondisi lingkungan
seperti hujan, habitat, oksigen terlarut, suhu, cahaya, fisika kimia air
lainnya akan merangsang otak untuk memerintahkan kelenjar hipothalamus dan
hipofisa mensekresikan atau melepas hormon dalam merangsang p emijahan ikan
ü Adanya
rangsangan dari lawan jenis. M enurut Effendie (2004), dalam proses pemijahan,
keberadaan lawan jenis kelamin akan merangsang induk ikan untuk memijah.
Ransangan ini disebabkan oleh feromen, yaitu suatu zat yang dikeluarkan oleh
ikan yang berlawanan jenis kelaminnya tersebut.
ü Adanya
substrat. Pada ikan yang memiliki sifat telur menempel, adanya subtrat
pemijahan dapat merangsang terjadinya pemijahan (Effendie, 2004).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
JENIS-JENIS
HORMON LUAR
1.
Kelenjar
Hipofisa
Kelenjar
hipofisa adalah kelenjar yang menghasilkan berbagai hormon, antara hormon yang
berkerja terhadap kelenjar kelamin jantan (testes) Maupun kelenjar kelamin
betina (kantong telur). Kelenjar hipofisa ini terletak disebelah bawah bagian
depan otak besar (dienchephala) sehingga jika bagian otak ini diangkat maka
kelenjar ini akan tertinggal. Dengan demikian, untuk mengambil kelenjar
hipofisa maka tulang tengkorak harus di angkat terlebih dahulu.
ü Kelabihan
Dan Kekurangan Hipofisa
Kelebihan
dari hormon hipofisa adalah hormon ini bisa disimpan dalam waktu lama sampai
dua tahun. Penggunaan hormon ini juga relatif mudah (hanya membutuhkan sedikit
alat dan bahan), tidak membutuhkan refrigenerator dalam penyimpanan, dosis
dapat diperkirakan berdasar berat tubuh donor dan resepien, adanya kemungkinan
terdapat hormon-hormon lain yang memiliki sifat sinergik.
Kekurangan
dari teknik hipofisasi adalah adanya kemungkinan terjadi reaksi imunitas
(penolakan) dari dalam tubuh ikan terutama jika donor hipofisa berasal dari
ikan yang berbeda jenis, adanya kemungkinan penularan penyakit, adanya hormon
hormon lain yang mungkin akan merubah atau malah menghilangkan pengaruh hormon
gonadotropin.
Dari
beberapa penelitian mengenai hipofisasi didapatkan bahwa dengan dosis rendah, 1
mg hipofisa ikan mas per kg berat badan resipien dapat menginduksi pematangan
telur tetapi tidak menyebabkan ovulasi pada goldenperch, maquaria ambigua.
Sedangkan dengan dosis tinggi,15 mg/kg menyebabkan penurunan kemampuan menetas dibanding
dengan 10 mg/kg dengan kemampuan menginduksi ovulasi adalah 100%.
2.
LHRH
(Luteinizing Hormone-Releasing Hormone)
LHRH
(luteinizing hormon releasing hormon) adalah hormon dari golongan protein yang
dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini molekulnya sangat kecil dibandingkan
dengan hormon golongan lainnya, yakni terdiri dari 10 asam amino (dekapeptida).
LHRH sebanarnya sama persis dengan GnRH. Karena LHRH waktu paruhnya pendek
sehingga mudah terurai dari dalam tubuh maka para ahli menciptakan LHRH
sintesis yang lebih tahan. LHRH jenis ini sering dikenal dengan LHRH-analog
(LHRH-a). jika hormon yang digunakan adalah LHRH, berarti manipulasi yang
dilakukan berada pada tingkat hipofisa.
LHRH-A telah
berhasil digunakan dalam menginduksi pemijahan ikan Mas, sidat, salmon,
sturgeon, dan lain-lain (Lam, 1985). Di Indonesia pemakaian LHRH-A telah
berhasil digunakan dalam menginduksi pemijahan ikan Bandeng. Penggunaan LHRH-A
pada ikan tidak saja melalui penyuntikan tetapi juga dengan implantasi
menggunakan pellet cholesterol atau implantsilicone rubber. Dengan teknik ini
dapat mensuplai LHRH-A dalam waktu lama tanpa penanganan berulang-ulang pada
ikan dan memungkinkan induksi pematangan gonad dan pemijahan yang lebih cepat.
3.
17-a-methyltestosteron
Aplikasi hormone
ini untuk menjantankan atau membetinakan semua benih ikan yang akan
dibudidayakan, telah dilakukan pada beberapa jenis ikan, antara lain ikan
mujair, karper, mas koki, dan lain-lain. Caranya dengan menambahkan metiltestosteron
pada pakan dengan dosis 15-60 mg/kg pakan dapat menghasilkan 100% jantan.
Sedangkan untuk membetinakan benih dapat dilakukan dengan penambahan
hormone-hormon estrogenic, sepertiestron, estriol, estradiol. Namun hasil yang
dicapai tidak segemilang menjantankan benih.
Hormone ini juga
digunakan untuk meningkatkan laju pertumbuhan melalui aplikasi hormone, juga
telah banyak dilakukan, yakni dengan meningkatkan nilai konversi makanan.
McBride dan Fegerlund (1973 dalamMatty,1985), telah berhasil menggunakan
methyltestosteron untuk mempercepat pertumbuhan juvenile ikan salmon.
Selain mencampur
metiltestosteron dalam pakan, aplikasi hormon dapat juga dilakukan dengan cara
merendam telur pada fase bintik mata atau merendam induk pada masa untuk ikan
vivipar. Waktu perlakuan ini disesuaikan dengan masa diferensiasi gonad. Bila
gonad telah berdiferensiasi menjadi ovary atau testis, maka perlakuan tersebut
tidak akan memberi hasil sesuai yang diharapkan.
4.
Feromon
Feromon adalah
bahan kimia disekresi dan disampaikan ke reseptor pembau dengan reaksi yang
spesifik. Fungsi feromon ikan dapat dibagi tiga,yakni:
(1) Sebagai alarm
dan pengenalan spesies,
(2) Untuk pengenalan
seks dan perubahan tingkah laku seksual,
(3) Untuk pengenalan
wilayah
Penganalan
Seks dan Perubahan Tingkah Laku Seksual :
Teleostei dan
beberapa elasmobranch melakukan komunikasi dengan sinyal kimia untuk mengontrol
fertilitas, koordinasi seksual, dan koordinasi tingkah laku seksual. Pada
beberapa spesies, ikan jantan tertarik untuk berintegrasi dengan betina melalui
bau. Steroid seks merupakan salah satu bahan kimia yang secara spontan
membangkitkan afinitas elektrik organolfaktori. Pada ikan mas misalnya, jantan
dewasa dapat membedakan ikan betina matang gonad melalui feromon yang terkandung
dalam cairan ovary yang dilepaskan sesaat setelah ovulasi. Substansi daya tarik
dari gonad umumnya bersumber dari feromon seks yang terlarut dalam air. Ikan
guppy (Poecilia reticulate) jantan tertarik pada air yang sebelumnya ditempati
betina, terutama oleh betina yang sedang bunting. Feromon seks juga menyebabkan
sinkronisasi pelepasan sperma dari jantan dan telur dari betina ikan karper
(Cyprinus carpio) sehingga pembuahan dapat terjadi secara efektif.
5.
Ovaprim
Ovaprim adalah
merek dagang bagi hormone analog yang mengandung 20µg analog salmon gonadotropin
releasing hormone (sGnRH) LHRH dan10µg domperidone sejenis anti dopamin, per
milliliter (Nandeesha et al, 1990).
Ovaprim
digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan sGnRHa
akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti
dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan
pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II.
Kegunaan Ovaprim
antara lain :
Ø
Menekan musim pemijahan
Ø
Mengatur kematangan gonad selama musim pemijahan normal
Ø
Merangsang produksi sperma pada jantan untuk periode waktu yang lama dan volume
yang lebih banyak.
Ø
Merangsang pematangan gonad sebelum musim pemijahan.
Ø
Memaksimalkan potensi reproduksi
Ø
Mempertahankan materi genetic pada beberapa ikan yang terancam punah
Ø
Mempersingkat periode pemijahan.
6.
HCG
(Human Chorionic Gonadotropin)
HCG juga
berperan dalam memacu terjadinya ovulasi, seperti pada ikan Goldfish,
penyuntikan hormon human chorionic gonadotropin (hCG) akan menyebabkan sintesis
indomethanin (prostaglandin inhibitor) terhambat sehingga Prostaglandin dapat
mendorong ovulasi ikan trout pelangi dan Goldfish. Prostaglandin berperan
penting dalam menstimulasi ovulasi ikan teleostei pada tahap akhir. (Jalabert
dan Szollosi, 1975 dalam Stacey, 1984).
B.
MEKANISME
KERJA HORMON LUAR
Perangsangan
pemijahan ikan secara hormonal dilakukan dengan menyuntikan hormon tertentu
kedalam ke tubuih ikan. Hormon tersebut masuk ke dalam sistem sirkulasi darah
ikan dan ketika mencapai organ target (Gonad) langsung berkerja dan mempengaruhi
organ tersebut. Dengan demikian, perangsangan pemijahan secara hormonal ini
merupakan upaya by pass cara kerja hormon dalam sistem reproduksi ikan.
C.
APLIKASI
HORMON SINTETIK DALAM REPRODUKSI IKAN
ü Metode Injeksi
Teknik
penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu intra muscular (penyuntikan kedalam
otot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial
(penyuntikan di kepala) (Susanto, 1999). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang
paling umum dan mudah dilakukan adalah intra muscular, karena pada bagian ini
tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme
seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan
lainnya. Menurut Muhammad dkk (2001) secara intra muscular yaitu pada 5 sisik
ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan.
ü Metode implantasi
O Menggunakan
pellet kolesterol, atau
O Menggunakan
implan silikon rubber
ü Melalui Pakan
ü Melalui Perendaman
BAB III
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan diatas adalah :
1. Hormon
luar sangat berperan penting dalam proses reproduksi ikan karena :
ü Memijahkan
ikan yang sistem saraf pusatnya sulit dipengaruhi oleh sinyal lingkungan atau
kalaupun bisa pembangkitan sinyal lingkungan tersebut sulit dan mahal serta
belum diketahuinya sinyal lingkungan yang bisa mempengaruhi sistem saraf pusat
ikan tersebut.
ü Memijahkan
ikan diluar musim pemijahannya (out season), terutama pada ikan yang mengenal
musim pemijahan tertentu.
2.
Beberapa jenis hormon luar yaitu :
ü LHRH-a
ü HCG
ü GnRH
( SGnRHa dan PREGNYL)
ü 17-a-methyltestosteron
ü Feromon
ü Kelenjar
Hipofisa
ü Dll.
DAFTAR PUSTAKA
-
Affandi, R., D.S. Safei, M.F. Rahardjo,
dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan; Pencernaan. PAU Ilmu Hayat IPB. 215
-
Ellis, A.E. 1988. Fish Vaccination.
Academic Press. 255 h.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar