Jumat, 30 Maret 2012

SISTEM SENSORI PADA IKAN (Materi ICHTYOLOGI DAN FHA)


SISTEM SENSORI PADA IKAN (Materi ICHTYOLOGI DAN FHA)
Sistem sensori pada ikan terdiri dari organ mata, organ penghirup, organ pengecap dan organ akustiko lateralis.

Organ Mata Ikan.
Meskipun banyak terdapat modifikasi bentuk maupun struktur mata diantara ikan-ikan, namun pada garis besarnya terdiri dari ruang depan (cornea), iris, lensa, ruang vitreous yang berisikan ”vitreous humor” dan dibatasi oleh retina.  Mata agak mendatar dibagian anterior sehingga lensa yang cembung hampir menyentuh cornea yang merupakan bagian transparan yang penting dari ”scleroid cont” biji mata.  Lapisan choroids terletak diantara retina dan sclera.  Sclera Elasmobranchii dan Teleostei agak kaku karena adanya struktur rawan (Gambar 1).  Seringkali Teleostei mempunyai satu atau dua scleral ossicles sebagai penunjang terhadap struktur rawan tersebut (Munz, 1971).  Mata ikan dilengkapi dengan tiga pasang otot okulomotor.
Pada sebagian besar ikan, mata letaknya lateral satu buah pada masing-masing sisi.  Namun pada beberapa jenis ikan dasar, termasuk pari (Rajidae), sculpin (Cottidae) dan goosefin (Lophiidae) mata terletak dibagian dorsal.  Pada Ordo Pleuronectiformes kedua mata terletak  pada salah satu sisi kepala.  Pada ikan yang hidup di gua-gua, misalnya Amblyopsidae, mata sangat tereduksi.  Ada juga ikan yang buta, misalnya Benthobatis.  Disamping itu terdapat pula ikan-ikan yang dapat melihat di udara sebaik di dalam air misalnya Periophthalmus.
Umumnya ikan tidak mempunyai pelupuk mata, kecuali pada Elasmobranchii yang berupa membran dan dapat mengejapkan mata.  Pada beberapa anggota Teleostei yang termasuk perenang cepat “adipose eye-lid” yang berfungsi untuk pelindung dan merampingkan kegembungan mata di bawah permukaan kepala
(Munz, 1971;Bond, 1979).
Pada umumnya cornea mata transparan dan tidak berpigmen.  Cornea dengan dua lapisan yang jelas ditemukan pada sois (ikan lidah), mungkin sebagai pelindung dari pasir dan detritus.  Ikan Belodok (Periophthalamus) yang sering keluar dari air dalam waktu yang cukup lama, juga mempunyai cornea berlapis dua dan lipatan kulit  di bawah mata yang berfungsi untuk menyimpan air dan mencegah kekeringan pada mata.
Iris membentuk pupil dan mengatur jumlah cahaya yang tiba di retina.  Elasmobranchii mempunyai otot pada iris dan karenanya dapat mengatur bentuk pupil.  Golongan ikan yang lain, dengan kekecualian pada Pleuronectiformes dan Anguillidae, mempunyai pupil yang tetap yaitu melingkar atau lonjong.
Lensa mata ikan merupakan bola yang transparan dan kuat, terbuat dari protein non-collagen.  Umumnya berbentuk membulat pada sebagian ikan bertulang sejati dan Lamprey.  Golongan Elasmobranchii mempunyai lensa yang agak pipih.

Lensa mata ikan ditahan “suspensory ligament” di sebelah atas dan oleh “falciform process” dengan otot retractor lentis di bagian bawah.
Retina mata ikan terdiri dari beberapa lapisan sel yang saling mengisi.  Cahaya yang tiba di retina, setelah melewati lensa dan ”humor” akan melalui lapisan-lapisan retina yang berturut-turut sebagai berikut :  a) serabut saraf yang menuju saraf optik,  b) sel ganglion,  c) sel bipolar,  d) sel-sel photoreceptor (rod dan cone).  Pada retina Lamprey tidak terdapat perbedaan yang jelas antara rod dan cone; sedangkan Elasmobranchii dan Teleostei rod dan cone sangat berbeda.  Pada golongan Teleostei terdapat lapisan retina yang kelima, yaitu e) lapisan epithelium yang mengandung pigmen melanin (Gambar 4). 
Pada keadaan terang pigmen melanin akan menutupi rod, sedangkan pada keadaan gelap melanin akan mengumpul, sehingga rod dapat menerima secara maksimal cahaya yang ada.  Pada saat yang sama, pada keadaan terang ”contractile myoid element” pada dasar rod dan cone menggerakkan rod menjauhi lensa dan ditutupi oleh pigmen melanin, sedangkan pada keadaan gelap rod digerakkan menuju lensa.  Gerakan cone berlawanan dengan rod, dengan perkataan lain ia akan kemuka menuju lensa pada keadaan terang dan sebaliknya (Gambar 3).  Pada golongan Elasmobranchii, rod dan cone mungkin ditutupi melanin yang bergerak ke luar masuk lapisan choroids.  Oleh karena itu retinanya tidak mempunyai epithelium berpigmen.
Jumlah relatif rod dan cone sangat bervariasi pada berbagai species.  Rasio cone terhadap rod yang tinggi terdapat pada golongan ikan yang mengutamakan penglihatan dalam mencari makan (sight feeders) pada siang hari, dan sebaliknya ikan-ikan yang aktif pada malam hari akan memperlihatkan jumlah rod yang lebih banyak  dibandingkan jumlah conenya.  Beberapa ikan yang hidup di bagian kedalaman air (mid water), selain mempunyai mata yang lebar juga mempunyai sangat banyak rod pada retinanya.  Bahkan ikan-ikan yang hidup di laut dalam hanya mempunyai rod.
Sel fotoreceptor mempunyai dua jenis pigmen yang peka akan cahaya, yaitu rodopsin (warna ungu) dan porfiropsin (warna merah).  Kedua pigmen ini terbuat dari vitamin A dalam keadaan gelap.  Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan air tawar terutama mempunyai porfiropsin dan ikan laut mempunyai rodopsin.   Pada retina ikan golongan diadromous  mempunyai lebih banyak rodopsin  ketika di laut dan sebaliknya bila di air tawar maka porfyropsin lebih banyak daripada rodopsin.
Reaksi ikan pada cahaya dapat digolongkan ke dalam empat kelompok : (1) pada waktu menerima cahaya, ikan akan mendekat kemudian menjauh kembali secara bergerombol.  (2) pada waktu menerima cahaya, ikan akan menyebar dan menghindar. (3) pada waktu menerima cahaya, ikan akan mendekati sumber cahaya kemudian turun sedikit.  (4) pada waktu menerima cahaya, ikan akan mendatangi sumber cahaya.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan, intensitas cahaya dan panjang gelombang sangat menentukan jenis ikan yang tertangkap.  Hal ini membuktikan, ikan memiliki kepekaan terhadap intensitas dan panjang gelombang tertentu. Ikan-ikan pelagis seperti ikan layang, tembang dan kembung sangat peka terhadap warna merah dan kuning (Najamuddin dkk., 1994).  Pengenalan warna cahaya oleh ikan berlangsung sangat cepat yaitu sekitar 10 – 20 detik.

Tidak ada komentar: