SISTEM
SENSORI PADA IKAN (Materi ICHTYOLOGI DAN FHA)
Sistem sensori pada ikan terdiri dari organ mata, organ
penghirup, organ pengecap dan organ akustiko lateralis.
Organ Mata Ikan.
Meskipun banyak terdapat modifikasi
bentuk maupun struktur mata diantara ikan-ikan, namun pada garis besarnya
terdiri dari ruang depan (cornea), iris, lensa, ruang vitreous yang berisikan
”vitreous humor” dan dibatasi oleh retina.
Mata agak mendatar dibagian anterior sehingga lensa yang cembung hampir
menyentuh cornea yang merupakan bagian transparan yang penting dari ”scleroid
cont” biji mata. Lapisan choroids
terletak diantara retina dan sclera.
Sclera Elasmobranchii dan Teleostei agak kaku karena adanya struktur
rawan (Gambar 1). Seringkali Teleostei
mempunyai satu atau dua scleral ossicles sebagai penunjang terhadap struktur
rawan tersebut (Munz, 1971). Mata ikan
dilengkapi dengan tiga pasang otot okulomotor.
Pada sebagian besar ikan, mata letaknya
lateral satu buah pada masing-masing sisi.
Namun pada beberapa jenis ikan dasar, termasuk pari (Rajidae), sculpin
(Cottidae) dan goosefin (Lophiidae) mata terletak dibagian dorsal. Pada Ordo Pleuronectiformes kedua
mata terletak pada salah satu sisi
kepala. Pada ikan yang hidup di gua-gua,
misalnya Amblyopsidae, mata sangat tereduksi.
Ada juga ikan yang buta, misalnya Benthobatis. Disamping itu terdapat pula ikan-ikan yang
dapat melihat di udara sebaik di dalam air misalnya Periophthalmus.
Umumnya ikan tidak mempunyai pelupuk
mata, kecuali pada Elasmobranchii yang berupa membran dan dapat mengejapkan
mata. Pada beberapa anggota Teleostei
yang termasuk perenang cepat “adipose eye-lid” yang berfungsi untuk pelindung
dan merampingkan kegembungan mata di bawah permukaan kepala
(Munz, 1971;Bond, 1979).
(Munz, 1971;Bond, 1979).
Pada umumnya cornea mata transparan
dan tidak berpigmen. Cornea dengan dua
lapisan yang jelas ditemukan pada sois (ikan lidah), mungkin sebagai pelindung
dari pasir dan detritus. Ikan Belodok (Periophthalamus) yang sering keluar dari
air dalam waktu yang cukup lama, juga mempunyai cornea berlapis dua dan lipatan
kulit di bawah mata yang berfungsi untuk
menyimpan air dan mencegah kekeringan pada mata.
Iris membentuk pupil dan mengatur
jumlah cahaya yang tiba di retina. Elasmobranchii
mempunyai otot pada iris dan karenanya dapat mengatur bentuk pupil. Golongan ikan yang lain, dengan kekecualian
pada Pleuronectiformes dan Anguillidae, mempunyai pupil yang tetap yaitu
melingkar atau lonjong.
Lensa mata ikan merupakan bola yang
transparan dan kuat, terbuat dari protein non-collagen. Umumnya berbentuk membulat pada sebagian ikan
bertulang sejati dan Lamprey. Golongan
Elasmobranchii mempunyai lensa yang agak pipih.
Lensa mata ikan ditahan “suspensory
ligament” di sebelah atas dan oleh “falciform process” dengan otot retractor
lentis di bagian bawah.
Retina mata ikan terdiri dari beberapa
lapisan sel yang saling mengisi. Cahaya
yang tiba di retina, setelah melewati lensa dan ”humor” akan melalui
lapisan-lapisan retina yang berturut-turut sebagai berikut : a) serabut saraf yang menuju saraf
optik, b) sel ganglion, c) sel bipolar, d) sel-sel photoreceptor (rod dan cone). Pada retina Lamprey tidak terdapat perbedaan
yang jelas antara rod dan cone; sedangkan Elasmobranchii dan Teleostei rod dan
cone sangat berbeda. Pada golongan
Teleostei terdapat lapisan retina yang kelima, yaitu e) lapisan epithelium yang
mengandung pigmen melanin (Gambar 4).
Pada keadaan terang pigmen melanin akan
menutupi rod, sedangkan pada keadaan gelap melanin akan mengumpul, sehingga rod
dapat menerima secara maksimal cahaya yang ada.
Pada saat yang sama, pada keadaan terang ”contractile myoid element”
pada dasar rod dan cone menggerakkan rod menjauhi lensa dan ditutupi oleh
pigmen melanin, sedangkan pada keadaan gelap rod digerakkan menuju lensa. Gerakan cone berlawanan dengan rod, dengan
perkataan lain ia akan kemuka menuju lensa pada keadaan terang dan sebaliknya
(Gambar 3). Pada golongan
Elasmobranchii, rod dan cone mungkin ditutupi melanin yang bergerak ke luar
masuk lapisan choroids. Oleh karena itu
retinanya tidak mempunyai epithelium berpigmen.
Jumlah relatif rod dan cone sangat
bervariasi pada berbagai species. Rasio
cone terhadap rod yang tinggi terdapat pada golongan ikan yang mengutamakan
penglihatan dalam mencari makan (sight feeders) pada siang hari, dan sebaliknya
ikan-ikan yang aktif pada malam hari akan memperlihatkan jumlah rod yang lebih
banyak dibandingkan jumlah conenya. Beberapa ikan yang hidup di bagian kedalaman
air (mid water), selain mempunyai mata yang lebar juga mempunyai sangat banyak
rod pada retinanya. Bahkan ikan-ikan
yang hidup di laut dalam hanya mempunyai rod.
Sel fotoreceptor mempunyai dua jenis
pigmen yang peka akan cahaya, yaitu rodopsin (warna ungu) dan porfiropsin
(warna merah). Kedua pigmen ini terbuat
dari vitamin A dalam keadaan gelap.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan air tawar terutama mempunyai
porfiropsin dan ikan laut mempunyai rodopsin.
Pada retina ikan golongan diadromous
mempunyai lebih banyak rodopsin
ketika di laut dan sebaliknya bila di air tawar maka porfyropsin lebih
banyak daripada rodopsin.
Reaksi ikan pada cahaya dapat digolongkan ke dalam empat
kelompok : (1) pada waktu menerima cahaya, ikan akan mendekat kemudian menjauh
kembali secara bergerombol. (2) pada waktu
menerima cahaya, ikan akan menyebar dan menghindar. (3) pada waktu menerima
cahaya, ikan akan mendekati sumber cahaya kemudian turun sedikit. (4) pada waktu menerima cahaya, ikan akan
mendatangi sumber cahaya.
Dari beberapa hasil penelitian
menunjukkan, intensitas cahaya dan panjang gelombang sangat menentukan jenis
ikan yang tertangkap. Hal ini
membuktikan, ikan memiliki kepekaan terhadap intensitas dan panjang gelombang
tertentu. Ikan-ikan pelagis seperti ikan layang, tembang dan kembung sangat
peka terhadap warna merah dan kuning (Najamuddin dkk., 1994). Pengenalan warna cahaya oleh ikan berlangsung
sangat cepat yaitu sekitar 10 – 20 detik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar