PARAMETER
BIOLOGI KUALITAS AIR
Air
mempunyai fungsi untuk menunjang kehidupan di dalamnya. Dari segi biologi, air
merupakan media yang baik untuk kegiatan biologis dalam pembentukan dan
penguraian bahan-bahan organik. Manajemen kualitas air adalah cara kita
mengatur kondisi lingkungan pada kisaran yang dapat meningkatkan pertumbuhan
atau produksi ikan. Kualitas air dikatakan baik apabila air tersebut memiliki
tingkat kesuburan yang tinggi. Dalam hal ini menyangkut mengenai plankton,
terutama fitoplankton karena fitoplankton adalah merupakan produktifitas primer
dalam rantai makanan.
Di
dalam suatu ekosistem air, terdapat 4 komponen, yaitu:
1.
Komponen abiotik, adalah senyawa-senyawa bahan dasar pembentuk senyawa organik.
2.
Komponen produsen, adalah organisme hidup yang dapat mengubah unsur anorganik
menjadi organik, seperti proses fotosintesa.
3.
Komponen konsumer, adalah organisme yang bersifat heterotrof.
4.
Komponen dekomposer, adalah organisme yang tidak mempunyai zat hijau daun,
tidak memanfaatkan organisme hidup, tetapi mempergunakan energi dari senyawa
organik yang sedang terurai.
Organisme
yang hidup dalam perairan dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
1.
Plankton
2.
Perifiton
3.
Bentos
4.
Neuston
5.
Nekton
Parameter
biologi yang paling banyak berpengaruh dalam pengelolaan kualitas air meliputi
seperti plankton, alga, tanaman air, dan bentos. Jasad renik dalam perairan
berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Parameter biologi sangat perlu untuk
dipahami oleh pembudidayaan ikan karena beberapa jasad renik bermanfaat
untuk
budidaya ikan khususnya larva untuk hidup, tumbuh dan berkembang.
Sifat
biologi air yang banyak berperan dan perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi
budidaya ikan adalah produktifitas primer. Hal ini karena berperan sebagai
pakan alami serta penyedia oksigen terlarut dalam air bagi ikan untuk
respirasi.
•
Plankton
Plankton
merupakan jasad renik yang melayang di dalam perairan, tidak bergerak atau
bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Plankton dibagi menjadi
fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Berdasarkan
ukurannya plankton terbagi atas makroplankton ukuran 200 - 2000 µ,
mikroplankton ukuran 20 - 200 µ, nannoplankton ukuran 2 – 20 µ, dan ultra
nannoplankton ukuran < 2 µ.
-
Fitoplankton mempunyai klorofil yang dapat membuat makanan sendiri dengan
mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesa. 6CO2
+ 6H2O C6H12O6 + 6O2
Fitoplankton
hidup pada lapisan perairan yang masih terdapat sinar matahari sampai pada
suatu lapisan perairan yang disebut garis kompensasi .
-
Zooplankton umumnya bersifat fototaksis negatif sehingga dapat hidup di lapisan
perairan yang tidak terjangkau sinar matahari. Zooplankton merupakan konsumen
primer atau kelompok yang memakan fitoplankton. Dengan sifat yang fototaksis
negatif, zooplankton akan banyak terdapat di dasar perairan pada siang hari dan
akan ke permukaan perairan pada malam hari atau pada siang hari.
Baik
fitoplankton maupun zooplankton merupakan pakan alami ikan. Keperluan pakan
alami bagi pembenihan ikan sangat penting karena larva ikan sangat menyukai
pakan tersebut, mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi untuk
pertumbuhan larva dan sesuai bukaan mulut larva. Dalam kemudahan pengambilan
sampel plankton di permukaan air, untuk fitoplankton dapat dilakukan setiap
waktu sedangkan zooplankton hanya diambil pada malam atau pagi hari.
Pada
pemeliharaan larva dan benih ikan, nilai optimal jumlah plankton adalah 100.000
sel/ml dengan memperhatikan ukuran benih;
-
Umur 1 – 15 hari (1 – 3 cm) warna air hijau/hijau tua
-
Umur 16 – 25 hari (3 – 5 cm) warna air cokelat-kemerahan
•
Alga
Alga
merupakan organisme autotrof yang tidak memiliki akar, batang,dan daun. Alga di
antaranya terdiri dari:
1.
Alga Hijau (kelompok Viridiplantae, filum Chlorophyta dan Charophyta)
2.
Alga merah (kelompok Rhodophyceae)
3.
Alga coklat (kelompok Chromalveolata, kelas Phaeophyceae)
4.
Alga pirang (kelompok Chromalveolata, kelas Xanthophyceae)
5.
Alga keemasan (kelompok Chromalveolata, kelas Chrysophyceae)
6.
Alga biru hijau (kelompok Cyanobakteria)
•
Tanaman air
Berdasarkan
cara hidupnya di dalam ekosistem, tanaman air dikelompokkan ke dalam tiga
jenis:
1.
Mengapung
2.
Melayang
3.
Timbul
Contoh
jenis tanaman air, diantaranya adalah:
-
Eichornia crassipes (Eceng gondok), hidup mengapung-apung di dalam air dan
terkadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 m, dan tidak
memiliki batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkal
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daun licin dan berwarna
hijau. Bijinya berbentuk bulat dan hitam dan akarnya berserabut. Berkembang
biak secara generatif dan pembentukan stolon. Tumbuh pada kolam-kolam dangkal,
tanah basah, rawa, danau, aliran air lambat, tempat penampungan air, dan
sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketinggian
air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrient, pH, temperatur, dan
racun-racun.
-
Salvinia cuculata, merupakan tanaman air yang berbentuk bulat dan berakar
panjang. Berkembang biak dengan membentuk spora. Berfungsi menjernihkan air dan
dapat meningkatkan unsure hara melalui pengikatan N bebas dari udara.
Tanaman
air memberi pengaruh negatif dan positif bagi kualitas air.
Pengaruh
negatif tanaman air adalah:
1.
Tanaman air khususnya yang hidup mengapung akan mengakibatkan penguapan air
yang lebih besar karena dengan adanya tanaman air maka seolah-olah luas
permukaan air akan menjadi lebih besar. Penguapan air semakin lebih besar
terjadi jika pada perairan tersebut banyak tumbuh tanaman berdaun lebar.
2.
Menyebabkan terjadinya pendangkalan perairan sebagai akibat dari tanaman air
yang mati dan tenggelam ke dasar yang mengakibatkan peningkatan dasar perairan.
3.
Jika tanaman air yang mati relatif banyak, maka akan terjadi pembongkaran
tanaman tersebut oleh bakteri yang mengakibatkan penurunan O2 terlarut. Hasil
perombakan adalah munculnya gas CO2 yang bersifat racun bagi hewan dan akan
menurunkan nilai pH air.
4.
Jika tanaman semakin tinggi, respirasi tanaman pada malam hari di dalam air
menyebabkan defisiensi O2
Pengaruh
positif tanaman air adalah:
1.
Adanya tanaman air menyebabkan penurunan temperatur air menurun, sehingga
metabolisme juga menurun dan O2 meningkat. Ketika temperatur menurun, kejenuhan
O2 naik karena terjadi peningkatan kelarutan O2 yang diakibatkan difusi O2 ke
dalam air lebih besar.
2.
Pada kondisi populasi tanaman air yang normal akan meningkatkan O2 sehingga
fotosintesis dapat terjadi dengan baik.
3.
Memperkaya unsur hara karena banyaknya tanaman yang mati.
Pengandalian
tanaman air dapat dilakukan dengan cara:
1.
Preventif : mencegah masuknya tanaman tertentu ke dalam perairan, yaitu tanaman
yang potensial gulma, hidupnya menahun, pertumbuhan cepat, dan
perkembangbiakannya besar. Yang termasuk jenis ini adalah eceng gondok.
Tumbuhan ini membentuk biji pada perairan yang banyak mengandung Ca. Untuk
mencegah terjadinya biji tersebut, pencegahan yang dilakukan adalah peningkatan
pemupukan.
2.
Kompetisi: dimaksudkan untuk mencegah terajdinya pertumbuhan tanaman air yang
cepat.
3.
Kimiawi: Pengendalian tumbuhan air dengan menggunakan bahan kimia, seperti
herbisida.
4.
Fisik : pengendalian tanaman dengan menggunakan alat-alat tertentu.
5.
Biologis : Pengendalian tanaman air dengan menggunakan musuh alami dari suatu
jenis tanaman air tertentu.
Untuk
memilih cara pengendalian tanaman air, maka perlu memperhatikan:
1.
Cara hidup suatu jenis tanaman air
2.
Cara reproduksinya
3.
Kapan melakukan pertumbuhan yang aktif.
•
Bentos
Bentos
merupakan organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar perairan (epifauna)
maupun di dalam dasar perairan (infauna) dan dapat menjadi pakan alami bagi
ikan atau sebaliknya apabila dalam jumlah banyak menjadi penyaing atau predator
bagi ikan. Secara ekologi bentos yang berperan penting di perairan adalah
zoobentos.
Berdasarkan
ukurannya zoobentos digolongkan atas empat jenis yaitu megalobentos ukuran <
x4,7 mm, makrobentos ukuran antara 4,7 mm – 1,4 mm, meiobentos ukuran antara
1,3 – 0,59 mm dan mikrobentos ukuran antara 0,5 mm – 0,15 m.
Pengelolaan
fakator biologi air dilakukan dengan cara:
a.
Pengangkatan lumpur
Setelah
digunakan untuk siklus terdahulu, pada dasar kolam akan telah menjadi kubangan
lumpur organik yang terdiri dari bangkai organisme air seperti plankton,
perifiton, nekton, bentos,dan organisme lain yang mengendap yang tidak terurai
oleh bakteri. Keberadaan lumpur selain menyebabkan pendangkalan,meningkatkan
kekeruhan, juga menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut. Lumpur
organik dibuang dengan mengangkat atau menggelontorkan dengan air sehingga
dasar kolam bersih.
b.
Pengeringan dan penjemuran dasar kolam
Dasar
kolam dijemur dengan bantuan sinar matahari selama 3 – 7 hari, tergantung cuaca
sampai dasar kolam retak-retak. Penjemuran bertujuan untuk mengoksidasi bahan
organik yang terkandung dalam dasar kolam menjadi mineral (hara), membunuh
bakteri patogen dan membunuh telur atau benih organisme hama.
c.
Pengapuran
Pengapuran
dilakukan untukmeningkatkan pH tanah sehingga bakteri patogen dan organisme
hama serta meningkatkan kesuburan.
d.
Pemupukan
Pemupukan
bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan fitoplankton untuk
melakukan fotosintesis. Peningkatan polulasi fitoplankton mendorong pertumbuhan
populasi zooplankton sehingga dapat meningkatakan ketersediaan pakan alami
ikan.
Kandungan
bahan-bahan dalam air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi warna air.
Kandungan bahan dalam air dan pengaruhnya terhadap warna air dapat dilihat pada
Tabel 1.
Bahan
Warna Air
Alga
biru Hijau tua
Diatomae
Kuning kecoklatan
Zooplankton
Merah
Bahan
organik Cokelat tua
Humus
Hijau/kuning kecokatan
PEMUPUKAN
Pemupukan
adalah penambahan suatu bahan ke dalam lahan yang mengandung unsur hara yang
dibutuhkan oleh organisme nabati untuk meningkatkan produksinya. Tujuan utama
pemupukan di tambak atau kolam adalah untuk menumbuhkan pakan alami berupa
plankton, klekap, dan lumut.
Menurut
asalnya pupuk dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1.
Pupuk alami
2.
Pupuk buatan
Disamping
pupuk alami dan buatan juga terdapat adanya pupuk hewani (padatan) dan pupuk nabati
(hijauan).
Menurut
jenisnya pupuk dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1.
Pupuk organik
2.
Pupuk anorganik
Menurut
macamnya pupuk organic dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1.
Pupuk padatan
2.
Pupuk cairan
Pupuk
Organik
Pupuk
organik adalah pupuk yang diambil dari alam, baik yang berasal dari hewani
maupun nabati.
Keuntungan
menggunakan pupuk organic antara lain adalah:
-
Jumlah unsurnya (trace element) banyak
-
Lepasan unsur-unsur hara lambat tetapi terus-menerus/kontinu
-
Bisa secara langsung merupakan makanan ikan atau plankton
Sedangkan
kerugian menggunakan pupuk organik adalah:
-
Kandungan unsur hara-mineralnya sedikit dan lahan sangat membutuhkan unsur ini
dalam jumlah yang banyak, sehingga diperlukan pupuk organik yang banyak pula.
Kebutuhan organic yang banyak ini akan menyebabkan menurunnya kandungan oksigen
terlarut, dan menyebabkan meningkatnya karbodioksida, juga kandungan gas-gas
beracun lainnya.
-
Merupakan habitat yang baik bagi competitor/hama
-
Cara pemupukannya tidak praktis karena membutuhkan tenaga yang banyak dalam
aplikasinya.
Pupuk
Anorganik
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan anorganik.
Keuntungan:
-
Secara ekonomis lebih menguntungkan, karena volumenya relative lebih sedikit.
-
Aplikasi/cara pemupukan mudah.
Kerugian:
-
Zat haranya terbatas
-
Aplikasi kadar yang salah maka dapat terjadi over dosis, sehingga terjadi hasil
sampingan yang tidak berguna.
-
Untuk daerah-daerah tertentu pupuk ini sukar didapat.
-
Ada kemungkinan unsure hara mineralnya hilang.
Berdasarkan
kandungan zat hara, pupuk anorgani dibagi menjadi:
1.
Pupuk tunggal, memiliki satu jenis unsur hara.
2.
Pupuk majemuk, mengandung lebih dari satu macam unsur hara.
Pupuk
N
Terdiri
dari 3 macam bentuk, yaitu:
1.
Nitrat : asam nitrat, seperti NaNO3 (10% N) dan CaNO3 (28% Ca dan 18,5% N)
2.
Amonium : sedikit basa, seperti amonium sulfat (NH4)SO4 (21%N), amonium klorida
(NH4)Cl (24%N), dan amonium nitrat (NH4)NO3 (35% N)
3.
Amida : netral, seperti Urea NH2 CONH2(45%N) dan Ca Cyanida (21%N)
Ketiga
macam pupuk ini dapat mempengaruhi pH perairan.
Kandungan
N yang sangat jenuh juga dapat membahayakan ikan.
Pupuk
Phosphat
Terdiri
dari 3 golongan, yaitu:
1.
Larut dalam air
2.
Larut dalam asam lemah
3.
Larut dalam asam kuat
Contoh
pupuk phosphat larut dalam air :
Ca2(HPO4)2
n CaSO4. 2H2O.
n
= 1 : 19% P2O5
n
= 2 : 38% P2O5
n
= 3 : 45% P2O5
Contoh
pupuk phosphat larut dalam asam lemah :
1.
Fosed Magnesium Phosphat : 19% P2O5
2.
Phosphat Renamia : 25% P2O5
3.
Phosphat Thomas : 18% P2O5
Contoh
pupuk phosphat larut dalam asam kuat :
Seperti
phosphat Bogor dan phosphat Cirebon, yaitu pupuk alami yang terdapat dalam
batu-batuan.
Manfaat
phosphat : pembelahan sel, pembentukan lemak, pembungaan, pembuahan,
perkembangan akar, memperkuat batang, kekebalan terhadap
penyakit
dan lain sebagainya
Pupuk
Kalium
Berguna
untuk tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, dan merangsang pertumbuhan akar. Untuk
perairan jenis pupuk ini kurang penting, karena air sendiri sudah mengandung
2,58% K2O
Contoh
pupuk kalium adalah KCl (50% K2O) dan K2SO4 (50% K2O)
Pupuk
Kalsium
Biasanya
adalah CaO/MgO : Kapur tohor
Tujuan
: untuk menaikkan pH
Cara
Pemupukan
Terdapat
4 macam cara pemupukan di kolam/tambak, yaitu:
1.
Langsung ditebar di atas tanah
Tujuan
dari cara ini adalah untuk merangsang tumbuhnya fitoplankton, tetapi dapat pula
menstimulir gulma yang mengapung.
Apabila
over dosis maka organisme yang hidup di situ akan berusaha mencari tempat yang
lebih aman. Keuntungannya adalah apabila menggunakan pupuk organic dapat
langsung dimakan dan apabila dosis tepat kesubuuran akan merata. Tetapi apabila
menggunakan pupuk anorganik kemungkinan akan hilang.
2.
Dengan diaduk di dasar perairan
Tujuan
dari cara ini adalah untuk menstimulir organisme bentos. Keuntungan dari pupuk
organic adalah bisa memperbaiki habitat, mengurangi porositas dasar kolam, dan
membuat dasar kolam-kolam baru menjadi lebih lunak. Sedangkan kerugian darii
pupuk organic adalah apabila dasar kolam sangat asam/sangat basa maka pupuk
akan masuk ke dalam tanah (leaching) sehingga tidak terjangkau oleh organisme
nabati/fitoplankton.
3.
Digundukkan di suatu tempat
Tujuan
dari cara ini adalah untuk membatasi terjadinya over dosis. Cara ini khusus
untuk pupuk organic.
PENGAPURAN
Kehidupan
di dalam kolam atau tambak memerlukan derajat keasaman air yang sesuai untuk
kehidupannya. Keasaman perairan dapat digolongkan menjadi 3 bagian:
1.
Perairan yang masam : pH < 4,5
2.
Perairan yang sedang : pH 6,5 – 9,5
3.
Perairan yang basa : pH ˃9,5
Kation
asam dan kation basa yang ada dalam perairan adalah :
-
Kation asam, jika terjerap dalam tanah menyebabkan derajat keasaman tanah
menurun. Contohnya : Al, Fe, H
-
Kation basa, jika terjerap dalam tanah, menyebabkan derajat kemasaman tanah
meningkat. Contohnya : Ca2++, Mg2++, K+, Na+, dan NH4+
Adanya
kation asam dan kation basa dalam perairan dapat menentukan tingkat kejenuhan
basa dalam air yaitu kemampuan koloid/partikel tanah untuk menjerap kation
basa.
Faktor
penyebab kemasaman tanah dasar tambak antara lain karena asal usul batuan induk
pembentuk tanah yang banyak mengandung zat besi (Fe), zat alumunium (Al) yang
berkadar tinggi, adanya proses dekomposisi (pembusukan) bahan organik di dalam
tambak baik yang berasal dari pembusukan pupuk organik maupun sisa - sisa pakan
yang tidak termakan ikan serta akumulasi kotoran ikan dan udang. curah hujan
yang tinggi dan penggunaan pupuk masam Urea, ZA dan lainnya juga meningkatkan
kemasaman tanah.
Perairan
yang masam atau basa kurang sesuai untuk pertumbuhan ikan karena pada kedua
perairan tersebut unsur hara untuk organisme ikan kurang atau tidak tersedia.
Kondisi tersebut perlu adanya penanganan terutama apabila perairan tersebut
mempunyai reaksi kemasaman yang sangat tinggi.
Usaha
untuk meningkatkan derajat kemasaman perairan yaitu dengan menggunakan kapur.
Kapur adalah suatu senyawa yang mengandung Ca atau Ca dan Mg yang bersenyawa
atau berdisosiasi dengan anion-anion radikal yang dapat menetralkan kemasaman.
Bentuk
kapur yang umum tersedia adalah kapur karbonat, kapur oksida, dan kapur hidrat.
Kapur
karbonat. Kapur karbonat diperoleh dengan menggiling batu kapur tanpa
pemanasan. Contohnya kalsium karbonat CaCO3 atau dikenal dengan kapur pertanian
(kaptan) dan CaMg (CO3)2 atau dikenal dengan dolomit.
Kapur
oksida. Kapur ini diproduksi setelah pemanasan kapur karbonat. Contohnya
kalsium oksida CaO atau disebut juga kapur tohor atau kapur bakar.
Kapur
hidrat. Kapur ini diperoleh dengan menambahkan air pada kapur oksida. Contohnya
kalsium hidroksida Ca(OH)2 atau dikenal dengan kapur tembok atau kapur
bangunan.
;;;
Alasan pengapuran tambak budidaya adalah untuk menetralisir keasaman tanah dan
meningkatkan konsentrasi total hardness di air. Hal ini akan meningkatkan
produktifitas tambak budidaya.
Fungsi
kapur antara lain adalah :
1.
Meningkatkan pH tanah
2.
Mengurangi aluminium
3.
Menignkatkan ketersediaan unsure fosfat, kalsium, dan magnesium
4.
Meningkatkan persentase kejenuhan basa
Keuntungan
pemberian kapur jika ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologis adalah
sebagai berikut:
Secara
fisik, memperbaiki struktur tanah di dasar perairan.
Secara
kimia:
-
Menurunkan kepekatan konsentrasi ion hydrogen
-
Meningkatkan kepekatan-kepekatan ion hidroksil
-
Menurunkan daya larut al dan Fe
-
Memperbaiki ketersediaan unsur hara terutama phosphor dan nitrogen
-
Meningkatkan prosentase kejenuhan basa
-
Meningkatkan ketersediaan unsur kalium
Pengaruh
pengapuran tanah masam akan memperbaiki serapan Ca dan Mg. Bersamaan itu pula
dapat menurunkan kadar Fe, Al, dan Mn yang dalam keadaan sangat masam dapat
mencapai tingkat yang sangat toksit terhadap kehidupan ikan.
Secara
biologis :
-
Penambahan kapur dapat merangsang aktivitas bakteri (mikroba) dalam
mendekomposisi bahan organik yang ada, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara khususnya nitrogen.
-
Kecepatan pembentukan senyawa nitrogen dalam perairan lebih penting dari jumlah
yang sudah ada dalam perairan itu sendiri.
-
Pemberian kapur dapat merangsang proses enzimatis.
Penambahan
kapur yang berlebihan dapat meningkatkan pH melebihi pH yang diperlukan untuk
pertumbuhan optimal. Pengaruh buruk pengapuran antara lain adalah :
-
Perairan akan mengalami kekurangan Fe, Mn, dan Zn
-
Menurunkan ketersediaan P karena terbentuknya senyawa komplek yang tidak larut
-
Serapan phosphor dan penggunaannya dalam metabolisme dapat terganggu
-
Perubahan pH yang menyolok menyebabkan pengaruh buruk terhadap organisme
perairan
Kesesuaian
jenis kapur untuk digunakan sebagai material penetral tergantung pada beberapa
factor antara lain : 1) kekuatan menetralisir, 2) harga, 3) tingkat reaksi
dengan tanah, 4) tingkatkehalusan butir, dan 5) kemudahan untuk digunakan/tidak
beresiko
Penentuan
Kebutuhan kapur
Untuk
menentukan kebutuhan kapur perlu diketahui :
1.
Banyaknya kation asam maupun kation basa dalam perairan
2.
Menentukan derajat kejenuhan basa yang berhubungan dengan pH perairan
Penentuan
kebutuhan kapur di bidang perikanan sangat bergantung pada kapasitas Tukar
Kation (KTK), yaitu kemampuan suatu partikel tanah/lumpur untuk menjerap
(adsorbsi) kation yang ada di lingkungannya, yang dinyatakan dalam milligram
dalam 100 gram tanah kering oven. Daya jerap dari kation dipengaruhi oleh
keadaan oksidatif dari kation tersebut. Jika suatu unsur dalam keadaan
oksidatifnya lebih cepat terjerap dari pada keadaan reduktif, maka ditentukan
oleh valensinya. Semakin tinggi valensi semakin kuat daya jerap. Di dalam tanah
KTK dinyatakan dalam mg.eq/100 gram tanah.
Ketika
dalam tanah sebagian dari kation yang ada ditempati oleh kation asam, maka
kejadian ini disebut keadaan basa tak jenuh. Basa tak jenuh ini nantinya
digunakan untuk menentukan kebutuhan kapur untuk menetralisir adanya kation
yang bersifat asam dalam partikel tanah.
Perubahan
pH
1.
Jika banyak mengandung Fe3+ atau Al3+ pH akan menurun (< 4,5). Untuk
menstabilkan pH harus diberi kapur.
2.
Jika banyak mengandung kation basa pH akan meningkat (˃ 8,5)
Terdapat
2 metode pemberian kapur, yaitu :
1.
Netralisasi asam
Basa
tidak jenuh pada tanah – basa tidak jenuh pada pH yang diinginkan : 1 x KTK
2.
Penggunaan larutan buffer
PAKAN
DAN AERASI
Pengaruh
Pemberian Pakan
Pemberian
pakan tambahan dalam budidaya KJA menyebabkan akumulasi limbah organik yang
berasal dari pakan yang tidak termakan dan sisa ekskresi. Pemberian pakan
berlebih (over feeding) mengakibatkan sisa pakan yang tidak termakan dan
ekskresi yang terbuang ke badan air memberi sumbangan bahan organik, yang
mempengaruhi tingkat kesuburan (eutrofikasi) dan kelayakan kualitas air bagi
organisme budidaya.
Ketersediaan
oksigen terlarut merupakan informasi penting dalam reaksi secara biologi dan
biokimia di perairan. Konsentrasi oksigen terlarut di perairan juga menentukan
kapasitas perairan untuk menerima beban bahan organik tanpa menyebabkan
gangguan atau mematikan organisme. Sumber oksigen di perairan berasal dari:
difusi atmosfir, fotosintesis, angin, dan susupan oksigen terlarut.
Daya
dukung perairan adalah kemampuan perairan dalam menerima, mengencerkan dan
mengasimilasi beban tanpa menyebabkan perubahan kualitas air atau pencemaran.
Di lingkungan waduk, daya dukung ditentukan oleh keberadaan oksigen terlarut
(DO) di epilimnion dan hipolimnion. Oksigen di lapisan epilimnion sangat
dinamik, ditentukan oleh aerasi dan fotosintesis; sedangkan di hipolimnion
oksigen merupakan cadangan yang tersedia saat terjadi umbalan, dan dimanfaatkan
pada waktu periode stagnasi. Karena cadangan oksigen yang terbatas, maka beban
bahan organik yang masuk harus dibatasi sesuai dengan ketersediaan oksigen di
perairan. Apabila beban melampaui ketersediaan cadangan oksigen, akan terjadi
deplesi, lalu defisit dan menyebabkan pencemaran. Hal ini dapat dilihat dari
adanya gas-gas toksik. Defisit oksigen di hipolimnion diduga adalah penyebab
kematian ikan saat terjadi umbalan.
Pada
lapisan permukaan perairan terdapat (a) proses pembentukan kotoran (ekskresi
& feses) serta sisa pakan; (b) proses pembentukan, melalui fotosintesa,
memanfaatkan unsur hara menjadi biomassa fitopankton+oksigen. Oksigen yang
dihasilkan merambah ke lapisan
lebih
dalam secara difusi dan adveksi menjadi cadangan oksigen.
Di
lapisan tengah perairan, terjadi proses mineralisasi sisa pakan/ kotoran ;
membebaskan unsur hara. N, P, K, Si dengan memanfaatkan oksigen (DO), akibatnya
cadangan DO berkurang, diindikasikan dengan adanya ODR (Oxygen Depletion Rate)
atau HODR (Hypolimnion Oxygen Depletion Rate). ODR semakin tajam, perairan
menjadi anaerob akibatnya keseimbangan DO menjadi defisit.
Di
lapisan bawah atau dasar perairan, menampung akumulasi sisa pakan/kotoran ikan
serta produk dekomposisi sisa pakan seperti : CO2, H2S, NH3, CH4 pada kondisi
anaerob. Konsekuensi dari dekomposisi ini peningkatan unsur hara khususnya
fosfat (apabila kondisi sedimen atau dasar reduktif akan menyebabkan pelepasan
P ke kolom air). Peningkatan unsur hara (N, P, Si) tersebut potensial menunjang
perkembangan fitoplankton (bloom), yang di dominasi oleh kelompok cyanophyceae
Mycrocytis sp. Perkembangan fitoplankton tersebut akhirnya mengganggu
keseimbangan DO di perairan.
Pengkayaan
bahan organik di sedimen akan menstimulasi aktivitas mikroba yang memerlukan
oksigen sehingga menimbulkan deoksigenasi pada substrat dan kolom air di
atasnya. Akibatnya akan menambah kedalaman lapisan reduktif atau mengurangi
lapisan oksigen di perairan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan
biota karena oksigen merupakan faktor kritis dalam budidaya ikan. Stadia kritis
terjadi jika jumlah oksigen di hipolimnion tidak cukup untuk proses degradasi
bahan organik, baik allochtonous atau autochtonous.
Aerasi
Aerasi
merupaan suatu usaha untuk mensuplay oksigen, dengan menggunakan suatu alat
yang disebut aerator. Tujuannya untuk menambah kejenuhan oksigen dalam air.
Kandungan oksigen dalam perairan setiap hari bervariasi dan berfluktuasi.
Prinsip alat tersebuut adalah dengan difusi udara, dimana pada dasarnya adalah
menentukan berapa besarnya transfer oksigen dalam satuaan unit power aerator.
Dengandemikian dapat ditentukan berapa banyak aerator yang dibutuhkan untuk
suatu perairan untuk menstabilkan kandungan oksigenn dalam air. Berikut adalah
fluktuasi kandungan oksigen dalam air.
Berepa
jenis aerator yang digunakan adalah vertical pump, pump sprayer, dan peadle
wheel. Untuk menggerakkan aliran air bisa dengan tenaga gerak yang berasal dari
bahan bakar bermesin solar atau dengan menggunakan tenaga listrik. Jenis
aerator dan efisiensi penyaluran oksigendisajikan pada table berikut ini:
Jenis
Aerator Efisiensi Penyaluran Oksigen
(kg
O2/Kw/Jam)
Peadle
wheel 2,13
Vertical
Pump 1,28
Propeller
Air System 1,50
Diffused
Air System 0,97
Pump
Sprayer 1,28
Jenis
aerator yang dapat digunakan di pertambakan adalah peadlle wheel, karena cukup
efisien dalam artian memerlukan biaya relative rendah bila dibandingkan dengan
aerator jenis lain. Bahan aerator yang baik untuk perairan yang berkadar garam
tinggi dianjurkan menggunakan bahan dari stainless steel atau plastic.
Dalam
penggunaan aerator perlu diperhatikan jangan sampai menimbulkan keruhnya air
petakan, sebab air yang keruh untuk memelihara organissme hidup dapat menhambat
pernafasan, menghambat pertumbuhan plankton, dan menghambat pergerakan ikan
dalam mencari makanan. Karena itu dalam penggunaan aerator perlu
mempertimbangan kekerasan dasar tambakk dan kedalaman air.
Oksigen
di dalam air diperlukan antara lain sebagai berikut :
1.
Kebutuhan bagi plankton
2.
Kebutuhan untuk proses pembongkaran dasar perairan
3.
Untuk pernafasan ikan yang dipelihara
4.
Untuk pernafasan ikan liar dan binatang lain
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan untuk memenuhi jumlah aerasi yang diperluan, adalah
tingkat kejenuhan air pada suhu tertentu, koefisien dan besarnya oksigen
transfer ke dalam perairan. Koefisien transfer oksigen pada suhu tertentu dapat
dihitung dengan rumus berikut:
(KLa)20
= ln (Cs – C1) – ln (Cs – C2)
t2
– t1
Keterangan
:
(KLa)2
= koefisien transfer O2 pada suhu 20oC
t1
= waktu yang dicapai saat kandungan O2 mencapai C1
t2
= waktu yang dicapai saat kandungan O2 mencapai C2
Cs
= kandungan oksigen pada tingkat kejenuhan 100%
C1
= kandungan oksigen pada tingkat kejenuhan 10%
C2
= kandungan oksigen pada tingkat kejenuhan saat diukur
Dengan
mengetahui koefisien transfer oksigen maka akan dapat menentukan besarnya
transfer oksigen (OT)20.
(OT)20
= (KLa)20 x Cs x Vol. air yang diuji
106
Keterangan:
(OT)20
= oksigen transfer pada suhu 20oC
(KLa)20
= koefisien transfer O2 pada suhu 20oC
Cs
= kandungan O2 pada tingkat kejenuhan 100%
Efisiensi
aerator pada power tertentu dapat diketahui dengan rumus :
(EOT)20
= (OT)20
KW
Keterangan
:
KW
= power masing-masing aerator
Untuk
mengetahui jumlah aerator yang dibutuhkan, harus diketahui tentang keseimbangan
oksigen dalam perairan yang akan diberi aerator. Keseimbangan tersebut adalah :
Jumlah
oksigen yang dikonsumsi = jumlah oksigen yang ditransfer
Oksigen
transfer tesebut beasal dari :
1.
Difusi oksigen dari udara
2.
Aktifitas organisme berklorofil
Di
alam, jumlah oksigen yang dikonsumsi lebih besar dari jumlah oksigen yang
ditransfer, terutama pada malam hari.
BIOENERGETIK
Energi
dan satuan
Setiap
system fisik mengandung sejumlah energi. Bioenergetik mempelajari tentang
penggunaan energi oleh organisme hidup, meliputi analisis sumber energi, metode
memperoleh energi (arah distribusinya),tingkat konsumsi dibawah kondisi yang
bervariasi, dan akhir dari produk energi. Satuan energy adalah kalori atau
kilokalori (cal atau kcal) untuk setiap berat spesifik. Setiap konsumsi energi
biasanya diberi satuan kcal/kg berat badan/jam atau kcal/kg/hari. Perhitungan
konsumsi energi dilakukan dalam bentuk konsumsi oksigen.
Satuan
konsumsi oksigen biasanya dalam bentuk ml O2/kg berat badan/jam, dimana volume
O2 dikoreksi pada temperatur 0oC dan tekanan 760 mmHg. Nilai ini akan lebih
mudah dihitung dengan menggunakan berat O2 yaitu mg O2/kg/jam, sebab tidak
tergantung pada temperatur. Konversi dari volume ke berat yaitu 1 mg O2=0,70 ml
O2, sehingga 1 mg O2/kg/jam = 0.00337 kcal/kg/jam atau 0,081 kcal/kg/hari,
sedangkan 1 kcal/kg/jam = 297 mg O2/kg/jam.
Sumber
energi
Pada
hewan air, sumber energy adalah makanan, tetapi energy pada makanan tidak dapat
di digunakan sampai makanan tersebut dicerna dan diserap dan dicerna oleh
system pencernaan. Energi dilepaskan oleh makanan melalui proses oksidasi. Di
lain pihak, aspek molecular dari pergerakan energy secara umum berasal dari
metabolisme.
Pengaruh
faktor biotik dan abiotik
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat metabolisme dan laju konsumsi oksigen, antara lain
adalah:
1.
Faktor biotik : suhu, salinitas, oksigen, karbondioksida, amoniak, pH,
fotoperiode, musim, dan tekanan
2.
Faktor abiotik : aktivitas, berat, kelamin, umur, kelompok, (schooling),
gelisah/stress, puasa, rasio makanan
Peningkatan
suhu 10oC menyebabkan peningkatan metabolisme 5 - 3 kali. Ketika suhu rendah,
reaksi molecular untuk menghasilkan energy tidak dapat berjalan dengan cepat untuk
menggunakan ketersediaan oksigen, maka aktivitas (contoh : berenang) ikan
dibatasi oleh suhu dan ketersediaan oksigen lingkungannya.
Penggunaan
energi
Pada
saat cukup makan, ikan akan mengkonsumsi makanan hingga memenuhi kebutuhan
energinya. Ikan muda yang sedang tumbuh membutuhkan energy persatuan berat
badannya lebih banyak dibandingkan ikan dewasa. Hal ini karena konsumsi oksigen
per unit berat menurun sebagaimana tingkat pertumbuhan. Menjelang musim dingin,
ikan akan meningkatkan konsumsi makanan dan menyimpan energy sebagai cadangan.
Oksidasi
ketiga komponen penyusun makanan (protein, lemak, dan karbohidrat) yang
dikonsumsi ikan akan menghasilkan energy. Jumlah energy yang dikonsumsi seekor
ikan merupakan hasil perkalian antara jumlah total makanan yang dikonsumsi
dengan kandungan energi permiligram makanannya.
Bila
100 kalori dihasilkan dari pencernaan maka 80 diantaranya siap untuk digunakan
oleh ikan. Jika 40 kalori digunakan untuk metabolisme basal (maintenance), maka
40 kalori sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan, dan produksi gamet
(sel kelamin).
Metabolisme
energi
Jasad
heterotrof menggunakan hasil energi kimia (glukosa) sebagai sumber pembentukan
struktur biomolekul dan senyawa berenergi tinggi yang diperlukan untuk segala kegiatan
yang memerlukan energi. Glukosa mempunyai energi potensial yang besar karena
keteraturan strukturnya. Glukosa mengalami proses katabolisme yang menghasilkan
energi (dalam bentuk energy kimia, adenosine trifosfat (ATP)). ATP terdapat di
mana-mana dalam sitoplasma dan nukleoplasma semua sel, berperan sebagai alat
angkut energi kimia dalam reaksi katabolisme ke berbagai proses reaksi dalam
sel yang membutuhkan energy seperti biosintesis, proses pengangkutan, proses
kontraksi otot, proses pengaliran listrik dalam system syaraf, dan proses
pemancaran sinar (bioluminesensi) yang terjadi pada organisme tertentu seperti
kunang-kunang.
Respirasi
adalah proses reaksi kimia yang terjadi bila sel menyerap oksigen, maka
terbentuk CO2 dan air. Pernapasan yang lebih khusus adalah proses-proses
penguraian glukosa dengan menggunakan oksigen,menghasilkan CO2, air, dan energi
(ATP) yang melibatkan jalan metabolisme glikolisis, daur Krebs, dan fosforilasi
bersifat oksidasi. Energi yang dihasilkan dari penguraian glukisa ini adalah
690 kcal. Glukosa + 6 O2 6 CO2 + 6H2O + 690 kcal
ATP
terbentuk dari ADP dan P dengan suatu reaksi fosforilasi yang dirangkaikan
dengan proses oksidasi molekul penghasil energi.
PENCEMARAN
LINGKUNGAN
Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan
atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh
alam.
Pencemaran lingkungan tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah
mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.
Bentuk
Pencemaran berdasarkan asal:
1.
Pencemaran Udara
Disebabkan
oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan
asap rokok.
2.
Pencemaran Tanah
Disebabkan
oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, dan
peternakan.
3.
Pencemaran Air
Disebabkan
oleh limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industri.
Bentuk pencemaran berdasarkan pencemar:
Pencemaran kimiawi : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,)bahan raioaktif,
pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
Pencemaran Biolagi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli,
Salmonella thyposa.
Pencemara fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
Pencemaran Suara : kebisingan.
Zat kimiamerupakan kebutuhan vital bagi manusia dan perkembangannya sangat
cepat. Seperti :
Pestisida
Obat pupuk tanaman
Plastik
Bahan elektronik
Dll
Perhatian terhadap masalah lingkungan berkembang dari masalah sanitasi dan
logam berat menjadi masalah keberadaan zat-zat sintetik yang tersebar luas di
dalam lingkungan.
Pendekatan ekokinetika
Ekokinetika
berasal dari kata kinetik: gerak dan eko: ekosistem
Yaitu
gerak suatu racun di dalam ekosistem
Sifat xenobiotik yang penting untuk menentukan kinetika ini adalah:
Mudah/tidaknya ditransport
Persistensi dalam lingkungan
Reaktivitas dalam lingkungan
Biokonsentrasi, bioakumulasi, dan biomagnifikasi di rantai makanan
Sumber Racun
Distributif/tersebar
Non-distributif/tidak tersebar
Emisi
Emisi
diartikan sebagai introduksi xenobiotik ke dalam lingkungan baik alamiah maupun
antropogenik (buatan). Bentuknya berupa campuran dan wujudnya bisa gas, cairan,
atau padatan.
Semburan gunung api
Erosi
Banjir
Pembakaran
Pembuangan detergen
Kendaraan bermotor
Media transpor
Media
transpor dapat berupa udara, air, tanah, organisme, rantai makanaan, dll.
Transpor
dapat jauh ataupun dekat :
Stratosferik
-
Jatuhnya meteor
-
Meletusnya gunung Krakatau,
Regional
-
Kebakaran sumur-sumur minyak
-
Kecelakaan nuklir
Lokal
-
Pembuangan sisa penambangan setempat
Akibat sumber titik
-
Pembuangan industri, pestisida, dll.
Sifat fisik kimia
Berat molekul dan polaritas(hidrofilik atau hidrofobik)
Kelarutan
Volatilitas/penguapan
Koefisien partisi
Adsorbsi
Proses transpor
Ketika
suatu zat kimia masuk ke lingkungan, zat tersebut akan memasuki kompartemen di
lingkungan dan dengan cepat terdistribusi ke kompartemen tedekatnya sampai
terjadi kesetimbangan antar fase/kompartemen.
Proses transformasi
Transformasi abiotik
Transformasi biotik
Nasib polutan
Mobilitas
Akumulasi
Pencemaran
air
•
Pencemaran Air adalah :
“Masuknya
atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia sehingga
kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai
dengan peruntukannya”
•
Standar baku mutu kualitas air
•
Kriteria air yang dapat diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai
kriteria yang berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum
(kualitas B), atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan
air kualitas D untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan
pembangkit tenaga air.
Indikator
pencemaran air
•
- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna,
bau dan rasa
•
- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut, perubahan pH
•
- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
komponen
pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan
pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
•
1. padat
•
2. organik dan olahan bahan makanan
•
3. anorganik
•
4. cairan berminyak
•
5. berupa panas
•
6. zat kimia
Buangan
padat dalam perairan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan, atau pembentukan
koloidal.
Pelarutan
Kepekatan O2
Perubahan
warna
Koloidal
O2
•
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme. BOD patogen NH3
•
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah
logam berat.
•
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi
permukaan air.
•
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan akan mempercepat proses biologis
pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air.
•
Bahan buangan zat kimia dapat dikelompokan menjadi :
a.
Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
b.
Bahan pemberantas hama (insektisida),
c.
Zat warna kimia,
d.
Zat radioaktif
•
Bahan insektisida dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme, kalaupun
biasanya hal itu akan berlangsung dalam waktu yang lama.
•
bahan susunan zat warna dan bahan-bahan yang ditambahkan, dapat dimengerti
bahwa hampir semua zat warna kimia adalah racun. Apabila masuk ke dalam tubuh
manusia dapat bersifat cocarcinogenik.
Sifat
atom yang tidak stabil pada zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan biologis
•
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air.
•
Misalnya program dalam upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang
berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara
bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya.
•
Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat
merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan
teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Meliputi AMDAL, pengaturan dan
pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
•
Penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap
perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau
menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar