I.
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Salah
satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu perairan
adalah jumlah oksigen terlarut (DO), yaitu menempati urutan kedua setelah
Nitrogen (Cole, 1991). Namun dilihat dari segi kepentingan untuk budi daya
ikan, Oksigen menempati urutan teratas, karena dibutuhkan untuk pernapasan.
Oksigen yang diperlukan untuk pernapasan ikan harus terlarut dalam air. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediaannya dalam air
tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan
ikan akan tergangu, bahakan akan mengalami kematian. Menurut Zonneveld
dkk.(1991), kebutuhan Oksigen mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan lingkungan
bagi spesies tertentu dan kebutuan konsumtif yang bergantung pada keadaan
metabolisme ikan. Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran untuk menhasilkan
aktivitas, pertumbuhan , reproduksi dll. Oleh karena itu oksigen bagi ikan
menentukan lingkaran aktivitas ikan, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan
bergantung pada oksigen dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum.
Laju
metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi
dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur,
spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (A.R, Biofagri, 2006).
Atas
dasar inilah dilakukan praktek konsumsi oksigen (O2) pada ikan jenis air tawar
mas koi (carasius auratus).
I.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai Konsumsi Oksigen adalah untuk mengetahui
jumlah kebutuhan komsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan kecil dalam
mgO2/L/bb/jam dan mgO2/L/ekor/jam.
Kegunaan
praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai Konsumsi Oksigen adalah mahasiswa mampu
mengetahui jumlah kebutuhan komsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan kecil
dalam mgO2/L/bb/jam dan mgO2/L/ekor/jam.
II.
METODE PENELITIAN
II.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Fisologi Hewan Air mengenai konsumsi oksigen (O2) dilaksanakan pada hari
Selasa, 16 Maret 2010 pada Pukul 14.00-16.00 Wita, di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
II.2
Alat dan Bahan
Tabel
1. Alat dan Fungsinya
NO
Alat Jumlah Fungsi
1
Botol respirasi 3 Sebagai wadah respirasi
2
Botol BOD 4 Mengukur tingkat respirasi
3
Ember 2 Wadah menampung air
4
Stopwatch 1 Pengukur waktu
5
DO meter 1 Pengukur kadar O2 terlarut
6
Timbangan elektrik 1 Penimbang berat badan ikan (gr)
II.3
Prosedur Kerja
Pertama-tama
menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya mengisi ember dengan air laut sampai
penuh. Kemudian ambil air sampel dari ember dengan botol BOD (Biologi Oxygen
Demand) sampai tidak ada gelembung udara, lalu diukur kelarutan oksigennya
dengan menggunakan DO meter, hasil pengukuran tersebut itulah DO awal. Setelah
itu, air dari ember akan dialirkan ke botol respirasi ketiga-tiganya sampai
penuh. Selanjutnya tiga sampel ikan akan dimasukkan ke botol respirasi sesuai
dengan ukuran tubuhnya sampai tidak ada gelembung udara. Setelah itu akan
diaklimatisasi selama 5 menit. Setelah itu di diamkan selama 15 menit, kemudian
air di pindahkan ke botol BOD (Biologi Oxygen Demand) sesuai dengan botol yang
diberi label. selanjutnya masing-masing air sampel botol BOD (Biologi Oxygen
Demand) akan diukur kelarutan oksigennya dengan menggunakan DO meter. Kemudian
sampel ikan yang ada dalam botol respirasi dikeluarkan dan ditimbang sesuai
ukuran tubuhnya kecil dan besar dengan menggunakan alat timbangan elektrik yang
berketelitian 0,001, data disajikan sebagai mg/O2/bb/jam. Konsumsi oksigen
dihitung berdasarkan seklisi antara konsentrasi oksigen yang masuk (DO awal)
dan keluar (DO akhir) dari botol respirasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Awaluddin,2007.Diktat
Pembelajaran Kualitas Air.Sekolah Usaha Perikanan
Menengah
(SUPM) Negeri Bone. Bone
Anonim,
2010. Air Sebagai Lingkungan Hidup. http://akuakulturunhas.
blogspot.com/diakses
pada tanggal 17 Maret 2010.
Anonim,
2010. Ikan Mas. http://id.wikipedia.org/wiki/ diakses pada tanggal 17
Maret
2010.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Diketahui:
Vi = 25 ml = 0,025 liter
Vp
= 5,436
Bi
= 14,5 gram
Wp
= 0,25
P1
= 3,9 ml
P2
= 3,5 ml
q
= 0,025
Ditanyakan:
Berapa KO2 pada ikan percobaan?
Jawab
:Ota = × P1 × q × 8
=
=
7,8 mg/liter
Otak
= × P2 × q × 8
=
=
7 mg/liters
KO2
=
=
=
1,196 mg/g/jam
Keterangan:
V1 = Volume ikan P1 = Volume awal Na2S2O3 yang dipakai
Vp
= Volume tabung P2 = Volume akhir Na2S2O3 yang dipakai
Bi
= Bobot ikan q = Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)
Wp
= Lama percobaan Otak = Oksigen terlarut akhir
Ota
= Oksigen terlarut awal
B.
Pembahasan
Kelangsungan
hidup ikan sangat ditentukan oleh kemmapuannya memperoleh oksigen yang cukup
dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja
akanmempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem
respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Menurut Ville, et.
al (1988), konsumsi oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab
sebagian besar energi berasal dari metabolisme aerobik. Menurut Fujaya (2004) Oksigen
sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai metabolisme.
Oksigen
yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan
darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Ville, et. al, 1988).
Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai
insang. Insang memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang
terlarut di dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke
sebelah dalam dari badan (Kimball, 1988).
Penentukan
kadar oksigen terlarut dengan suhu standar dapat dilakukan dengan metode
winkler. Metode winkler menggunakan sampel air yang dimasukkan dalam erlenmeyer
ditambah KOH + KI + MnSO4, masing-masing 21 tetes sampai larutan berwarna
cokelat. KOH dan MnSO4 berfungsi untuk mengikat O2 sehingga terjadi endapan.
Kemudian campuran larutan itu dikocok supaya homogen dan didiamkan sehingga
muncul endapan. Endapan tersebut ditunggu sampai turun ke dasar erlenmeyer,
setelah itu ditambahkan lagi H2SO4 sebanyak 21 tetes untuk menghilangkan
endapan. Campuran tersebut dikocok sampai endapan menghilang (menjadi jernih)
baru ditambahkan amilum sebanyak 11 tetes sehingga warnanya berubah menjadi
biru. Amilum berfungsi sebagai indikator O2. Campuran yang berwarna biru tua
tersebut dititrasi dengan Na2S2O3, sampai tidak berwarna (jernih). Banyaknya
Na2S2O3 pada titrasi sampai campuran berwarna jernih dihitung, itulah yang akan
digunakan untuk menghitung besarnya KO2 (Zonneveld, 1991).
Berdasarkan
hasil percobaan menunjukkan konsumsi oksigen ikan nila dengan bobot badan 14,5
g adalah sebesar 1,196 mg/g/jam. Berat ikan dan volume ikan dapat berpengaruh
terhadap konsumsi oksigen. Hewan akuatik konsentrasi oksigennya tidak lebih
dari 1ml/100 ml air, maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen, hewan akuatik harus
menyentuhkan insangnya pada aliran air lebih banyak (Kimball, 1988).
Zonneveld
(1991) menyatakan bahwa konsumsi oksigen sebanding dengan produksi panas tubuh
(kkal/hari). Konsumsi oksigen berbanding lurus dengan berat dan bila dituliskan
dalam rumus maka T= α.Wy dimana α dapat berbeda-beda tergantung kondisi air
(dingin, sejuk, panas) dan y = 0,8. Menurut Prosser (1965) berat tubuh ikan
berpengaruh terhadap konsumsi oksigen, semakin ringan berat ikan maka nilai
KO2nya semakin besar.
Yuwono
(2001) menyatakan bahwa konsumsi oksigen pada ikan berbanding terbalik dengan
berat tubuh ikan dan volume ikan, sedangkan Jolyet dan Regnart dalam Zonneveld
(1991), yang menemukan bahwa konsumsi oksigen seiring dengan peningkatan berat
tubuh. Menurut Prosser dan Brown, (1961), standar nilai konsumsi oksigen untuk
hewan poikiloterm dari ikan air tawar adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15OC.
Kecepatan konsumsi oksigen hewan poikiloterm akan naik dua kali lipat setiap
kenaikan suhu sebesar 10OC.
Kebutuhan
konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan
keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan
bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural
molekul darah yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam
air dan derajat kejenuhan dalam sel darah. Ketersediaan oksigen bagi ikan
menentukan aktifitas ikan (Barner, 1963).
Faktor
yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan menurut Zonneveld (1991), antara
lain:
1.
Aktifitas , ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan
mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif.
2.
Ukuran, Ikan dengan ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi
daripada ikan yang berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih
banyak.
3.
Umur, ikanyang berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak dari
pada ikan yang lebih tua.
4.
Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya juga
tinggi sehingga konsumsi oksigen lebih banyak.
Menurut
Fathuddin et al (2003), jumlah oksigen terlarut dalam air apabila hanya 1,5
mg/L maka kadar oksigennya berkurang. Konsumsi oksigen pada juvenil ikan
bandengan dipengaruhi oleh jumlah kadar Zn pada air. Juvenil ikan bandeng yang
terkontaminasi logam Zn sebanyak 0.01 ppm mengkonsumsi oksigen lebih tinggi
dari pada ikan yang tidak terkontaminasi. Menurut Hickling (1986), oksigen
terlarut apabila dalam jumlah banyak ikan-ikan memang jarang sekali mati tetapi
pada keadaan tertentu hal yang demikian dapat mengakibatkan ikan mati juga,
sebab dalam pembuluh darah terjadi emboli gas yang mengakibatkan tertutupnya
pembuluh-pembuluh rambu tdlam daun-daun insang.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Bobot Ikan Nila yang digunakan pada percobaan adalah 14,5 gram, dengan
volumenya 0,025 liter dan diperoleh jumlah konsumsi oksigennya adalah 1,196
mg/g/jam.
2.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan adalah aktifitas, ukuran,
umur dan temperatur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar