Rabu, 21 Maret 2012

Jagal Manusia Masuk Surga

Jagal Manusia Masuk Surga

    Sebuah kisa yang menggetarkan hati dan perasaan. Sebuah kisah yang terbaik  dari kisah-kisah yang ada. Satu diantara sekian kisah yang paling benar. Sumbernya adalah hadis Shohih Bukhori Muslim dari Hadis Au Said al Khudry. Belum ada seorang penulis-pun yang melukiskannya. Tidak juga intervensi para penulis legenda. Kisah ini tentang seorang lelaki yang buruk perangai,  bahkan sangat buruk. Telah berbuat aniaya dan melampaui batas dalam berbuat aniaya. Sungguh telah melampaui batas, buruk berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri.
    Seolah-olah aku melihatnya, ia melumuri pedangnya dengan darah. Dosanya senantiasa menghantuinya, hatinay mati dan sekeras batu dan hatinya benar-enar telah membatu. Hatinya tidak pernah takut dan matanyatidak pernah menangis. Padahal Rasulullah saw telah berlindung kepada Allah SWT dari hati yang tidak takut.
    Adapun orang yang dikisahkan ini, adalah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil. Kesalahannya teramat sangat besar dan kejahatannya sangat dibenci. Apakah kesalahannya? Dosa apakah yang dilakukannya? Kejahatan apakah yang diperbuatnya? Dia  telah menumpahkan darah yang terjaga dengan cara yang haram, dan telah melenyapkan jiwa dan berlepas diri darinya. Akankan kalian berpendapat bahwa ia telah
membunuh satu jiwa wahai saudaraku? Tidak! Apakah dia membunuh sepuluh orang? Juga tidak! Demi Allah, tidak! Bahkan ia telah membunuh 99 jiwa!
    Betapa buruk kejahatan yang telah ia perbuat! Betapa besar dosa yang telah ia lakukan! Akan tetapi ia sangat menyesal. ia merasa betapa besarnya dosayang telah ia lakukan. Dia bertanya-tanya: "Apakah aku memiliki hak untuk brertaubat?" Ia senantiasa mengulang-ulang pertanyaan tersebut dalam dirinya.
    Maka ada yang menyarankannya kepada orang yang tidak berilmu. DIa disarankan menemui seorang ahli ibadah yang tidak diterangi cahaya ilmu. Maka ahli ibadah tersebut menganggap kejahatannya teramat sangat besar dan dia menjadiakan rahmat Allah SWT teramat sangat sempit bagi lelaki ini. Dia telah mempersempit rahmat Allah SWT yang teramat sangat luas danmeliputi segala sesuatu. Ahli ibadah tersebut berkata: "TIdak, sangat tidak mungkin setelah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa engkau memiliki hak untuk bertaubat!"
    Lelaki ini tidak punya pilihan lagi selain menghunuskan pedangnya dan memenggal kepala si ahli ibadah ini, sehingga lengkap sudah ia membunuh 100 jiwa. Akan tetapi pertanyaan itu masih senantiasa melintas dalam dadanya yang haus dan senantiasa memang gila. Ia mengulang-ulang pertanyaan tersebut:"Apakah aku masih memiliki hak untuk bertaubat?" Akhirnya ia ditunjukkan tentang keberadaan seotrang 'alim yangn telah diterangi oleh Allah SWT dengan petunjuk-Nya dan cahaya ilmu. berkatalah orang berilmu tersebut:"Ya, engaku masih memliki hak untuk bertaubat!"
    Sungguh jawaban ini teramat menenangkan hatinya, karena ia sesuai dengan ukuran pertanyaannnya. Akan tetapi sebagaimana kebiasaan para 'alimyang rabbany, yang mendiagnosa penyakit dan menunjukan obatnya. Ia memberikan nasehat kepada yang bertanya dan memberikan petunjuk kepada yang tersesat. Orang berilmu ini berkata:"Siapakah yang menghalangi dirimu dengan taubatmu?" Maka orang berilmu ini pun memberi petunjuk dan arahan. Ia berkata kepada lelaki ini "Pergilah menuju negeri ini dan itu, karena disana ada orang-orang yang beribadah kepada Allah. Beribadahlah engkau bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke negerimu karena sesungguhnya negerimu adalah negeri yang buruk!"
    Akhirnya, lelaki ini pun tidak menunda-nunnda waktu dan pergi menuju negeri yang dimaksud. Tidak ada sesuatupun yang memalingkannya dari tujuannya. Ia bergegas dalam langkah-langkahnya dan mempercepat perjalanannya. Ia menginginkan negeri yang baik tersebut. Ketika berada di tengah perjalanan, datanglah ajal menjemputnya. Hatinya dipenuhi kerinduaan untuk sampai ke negeri yang telah ia dengarr dan belum dilihatnya, Akan tetapi ajal lebih cepat, hingga kematian mewafatkannya.
    Berselisih Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzab dalam kasus ini. Malaikat Rahmat berkata,"Lelaki ini datang dalam keadaan bertaubat dengan hatinya menuju Allah." Malaikat Adzab tidak mau kalah dan berkata: "Akan tetapi, ia tidak melakukan kebaikan sedikitpun." Maka Allah SWT mewahyukan kepada tanah ini (Negeri yang dituju) untuk menjauh. Kemudian datang seorang malaikat dalamm rupa manusia, sehingga kedua malaikat dati menjadikan malaikat dalam rupa manusia sebagaai penengah. Maka berkatalah malaikat ini: "Ukurlah jarajk kedua tanah, manakah yang lebih dekat dengan lelaki ini, maka itu adalah haknya!" Akhirnay kedua malaikt tadi mengukurnya dan mendapati lelaki ini lebih dekat sejengkal dengan negeri yang ia tuju. Akhirnya ruh lelaki ini dibawa oleh Malaikat Rahmat.
    Lelaki ini telah bertaubat kepada Allah SWT, maka Allah SWT pun menerima taubatnya. Bahkan Allah SWT dengan kehendak-Nya memberikan sesuatu yang luar biasa dengan menjauhkan darinya negeri yang ia tinggalkan dan mendekatkannya dengan negeri yang ia tuju. Allah SWT juga mengutus seorang malaikat untuk memutuskan perselisihan  antara Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzab.
    pendekatan apakah yang dilakukan lelaki ini hingga ruhnyya dibawa oleh Malaikat Rahmat? Apakah amal sholeh yang telah ia perbuat? Sungguh lelaki ini mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan taubat nasuha. Tidakkah anda ketahiu, bahwa Alah SWT senang dengan taubat hamba-Nya, sedangkan Allah SWT tidak membutuhkan alam semesta, sebaliknya semua hamba-Nya membutuhkan-Nya? Rasulullah saw bersabda, yang artinya:
    "Sungguh Allah teramat senang dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya, melebihi kebahagiaan dari kalian yang kehilangan binatang tunggangannya di tanah yang tidak bertuan, padahal di atasnya makanannya dan minumannya, hingga ia putus asa mendapatkannya kembali. Maka ia mendekat ke sebuah pokok dan berbaring di bawah bayang-bayangnya dalam keadaan telah putus asa mendapatkan binatang tunggangannya. Ketika ia dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba datang binatang tunggangannyasi sisinya. Segera Ia mengambil kekangnya dan berkata dengan senangnya: 'Ya, Allah, Engkau hambaku dan aku Rabb-Mu', ia salah berucap karena sangat senangnya." (HR. Muslim, 4932).
    Adakah karunia yang lebih besar daripada yang diberikan oleh Pemimpin para raja kepada seorang hamba yang teramat burukk perangainya, kemudian bertaubat kepada-Nya dan Allah SWT menerima Taubatnya?

Tidak ada komentar: