Pada
dasarnya, manusia terlahir ke dunia ini dengan memiliki kecen-derungan
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dengan tendensi semacam itu, memaksa
manusia untuk mencari cara melindungi dan mempertahankan dirinya dari serangan
musuh, lebih-lebih musuh yang notabene berasal dari jenis mereka sendiri. Pada
zaman kuno, manusia tidak punya pikiran lain untuk mem-pertahankan dirinya
kecuali dengan tangan kosong, hal ini secara alamiah mendorong manusia
mengembangkan teknik-teknik bertarung dengan tangan kosong. Pada saat kemampuan
bertarung dengan tangan kosong dikembangkan sebagai suatu cara untuk menyerang
dan bertahan, maka akan lahir sebuah teknik, yang dalam bahasa kita saat ini
lebih dikenal dengan istilah seni beladiri. Hal inilah yang diyakini menjadi
dasar lahirnya seni beladiriTaekwondo.
Dahulu,
Taekwondo dikenal sebagai Subak, Taekkyon dan Takkyon. Pada Dinasti Koryo
(918-1392 M), Taekkyon berkembang sangat sistematis dan me-rupakan mata ujian
penting untuk seleksi ketentaraan. Sementara Pada masa Dinasti Chosun
(1392-1910 M), Subakhui dan Taekkyon, sebutanTaekwondo pada saat itu mengalami
kemunduran.
Dinasti Chosun (Yi) yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. KemunduranTaekwondo semakin menemukan momentumnya saat pen-jajahan Jepang. Selain karena dilarang Jepang, kemunduran Taekwondo juga disebabkan tidak adanya dukungan dari pemerintah, yang pada saat itu, lebih ber-kenan memodernisasi tentaranya dengan senjata api.
Dinasti Chosun (Yi) yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. KemunduranTaekwondo semakin menemukan momentumnya saat pen-jajahan Jepang. Selain karena dilarang Jepang, kemunduran Taekwondo juga disebabkan tidak adanya dukungan dari pemerintah, yang pada saat itu, lebih ber-kenan memodernisasi tentaranya dengan senjata api.