Kamis, 30 Agustus 2012

Panduan Mengundurkan Diri

Panduan Mengundurkan Diri

Pada titik tertentu dalam karir di sebuah perusahaan, kita bisa memutuskan untuk
meneruskan karir di perusahaan lain atau mungkin meneruskan dengan mendirikan
usaha sendiri, atau bahkan hanya sekedar yang penting berhenti walau menganggur.
Tidak sedikit yang bingung atau gugup dalam menghadapi situasi seperti ini,
termasuk menyampaikan pengunduran diri. Kecuali tentu saja, yang memang sudah
tidak tahan dengan keadaan dan memang ada kasus dengan atasan.
Berikut ini adalah beberapa tips berdasarkan pengalaman saya sendiri dan juga
belajar dari rekan-rekan saya. Semoga membantu yang ingin atau akan resign.
Yakinkan bahwa Resign-nya
kita adalah karena kita
MENGEJAR sesuatu yang kita
INGINKAN, dan bukan hanya
karena kita ingin kabur dari
keadaan sekarang.

Tidak sedikit dari kita yang tujuan resign-nya
adalah karena kita ingin kabur dari perusahaan
sekarang. Yang berarti bahwa kita akan ambil
apa saja yang lewat demi bisa kabur. Yang
penting kabur, walau sasaran tidak jelas sama
sekali! Ini seperti menganggap karir adalah
persinggahan saja, karena dengan kabur ke
jabatan, posisi, atau perusahaan yang
sebetulnya bukan PILIHAN IDEAL, kita
mengambil resiko mengulang siklus yang sama
di perusahaan baru ini. Yakinkan bahwa kita BENAR-BENAR
menginginkan pekerjaan, posisi, atau perusahaan yang akan kita tuju
tersebut.
Dalam dilema terutama ada perasaan tidak
enak atau ada perasaan ingin menjaga
perasaan atasan atau perusahaan yang begitu
baik terhadap kita, walau dengan resign sebenarnya
kita menjemput impian kita, REMEMBER TO PUT
YOURSELF FIRST!
Dalam hal memutuskan karir masa depan, terutama karir impian dan
sasaran hidup kita, tidak ada yang salah dengan menempatkan diri
kita dengan impian kita di atas kepentingan orang lain di perusahaan.
Apabila kita telah mantap dengan PILIHAN kita, hargai tuntunan kata
hati yang telah menuntun kita ke PILIHAN tersebut. Lihatlah sisi
positifnya, bahwa dengan resign kita justru memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengisi posisi kita, apalagi kalau ternyata
kita telah menyiapkan pengganti kita. Remember, seberapa besarpun
cinta perusahaan pada kita atau sebaliknya, this is business!

Kalau merasa mempunyai nilai jual yang
tinggi atau percaya pada kemampuan diri,
resign sebelum ada job baru sah-sah saja!
Memang tidak banyak orang yang berani resign sebelum ada
pekerjaan baru, tapi bukan berarti tidak mungkin. Kadang
kesempatan berikut terbuka saat kita sudah meninggalkan ikatan
lama. Untuk mengambil langkah berani ini, memang yang penting
adalah kita tahu apa yang kita inginkan, tahu kompetensi kita, dan
tahu bagaimana menuju yang kita inginkan. Saya melakukan hal ini
dua kali, dan keduanya menuntun ke pekerjaan yang
menggembirakan.
Kalau mau
menyeberang,
jangan bakar
jembatannya!
Sejelek apapun hubungan
kita dengan atasan, rekan
kerja, atau bawahan di
perusahaan sekarang, dan
seberapapun buruknya anggapan sikap atau perilaku mereka terhadap
kita, ingat bahwa mereka hanyalah orang-orang yang bekerja di
perusahaan dengan berbagai sikap dan perilaku, seperti halnya kita.
Sikap paling aman menurut saya adalah mencatat di pikiran bahwa
semuanya adalah hubungan professional, nothing personal. Dan tidak
ada yang merugikan dengan tetap menjaga hubungan baik dengan
siapapun. Bagaimana kita bisa mencegah diri agar tidak membakar
jembatannya?
a. Hal pertama adalah perilaku kita dan interaksi kita dengan
semua orang di perusahaan di hari-hari terakhir kita. Ada
jebakan sikap untuk bisa seenaknya karena toh penilaian orang
lain, apalagi orang yang tidak kita sukai, sudah tidak
berpengaruh lagi. Di sinilah terminologi ‘masuk baik-baik,
keluar baik-baik’ berperan. Ingat kembali konsep ‘recently
error’ dalam penilaian kinerja, bahwa saat-saat terakhir bisa
lebih diingat dan membawa pengaruh di pikiran orang-orang
yang menilai kita. Saya sudah menyaksikan banyak sekali
orang yang menghancurkan prestasi atau kinerja selama
bertahun-tahun, hanya karena di hari-hari terakhir mereka
berperilaku yang tidak sehat. Beberapa orang yang merasa di
akhir karir mereka di perusahaan tidak dihargai misalnya,
berbuat onar untuk ‘unjuk rasa’. Yang mereka lupa, keonaran
ini justru akan lebih diingat dibanding prestasi mereka
sebelumnya.
b. Hal kedua, tentunya apabila kita diundang untuk melakukan
exit interview. Di sini, lasimnya dilakukan oleh pihak
Departemen Sumber Daya Manusia (SDM), dan oleh karena itu
kadang kita terpancing untuk memuntahkan semua kekesalan
dan kebencian kita, apabila itu memang menjadi alasan kita

mengundurkan diri. Ingat, bahwa tidak semua pelaku
interview terakhir ini bisa bersikap bijak dalam merespon atau
memfilter keluhan kita. Jadi, tetap bersikap bijak, dan apabila
harus menjawab tanpa bisa menghindari persepsi mengadu,
gunakan bingkai kalimat ‘saya’, bukannya ‘perusahaan’. Jadi
daripada mengatakan perusahaan tidak pernah memberikan
kesempatan pada saya, katakan saya tidak pernah merasa
diberikan kesempatan oleh perusahaan.
c. Hal berikutnya yang akan mencobai adalah pada saat interview
dengan calon perusahaan baru, dan kita ditanyakan alasan kita
meninggalkan perusahaan sekarang. Ada godaan besar untuk
mengutarakan perasaan kita mengenai atasan, rekan kerja,
kultur, atau apapun yang tidak menyenangkan kita. Dan
seberapapun dalih kita yang mengatakan bahwa kita tidak
bermaksud menjelek-jelekan, kita telah menjelek-jelekan!
Kalaupun sampai Anda harus menjawab, seperti di atas,
gunakan bingkai ‘saya’ dan bukan ‘mereka’. Jadi daripada
berkata mereka tidak memperhatikan saya, katakan saya
merasa bahwa mereka tidak memperhatikan saya.
Saran saya, keep it professional, my friend! Perusahaan kita saat ini
dan orang-orang di dalamnya, baik atau buruk, benar atau salah, bisa
jadi adalah customer kita di masa depan, atau mungkin partner atau
rekan kerja lagi di masa depan, bahkan mungkin bos kita! Dan, you
never know, kita mungkin saja kembali bekerja di situ suatu saat.
Jangan bakar jembatan Anda!
Layangkan surat
resign dengan
mantap!
Kalau sudah mantap dengan
keputusan kita untuk resign, tuliskan
surat resign dengan professional.
Tidak ada format terbaik untuk surat
resign, karena sangat tergantung
pada kita sendiri dan apakah perusahaan siap dengan pengunduran
diri kita. Kalau kita dianggap asset terbaik mereka dan mereka tidak
membaca adanya sinyal kita ingin keluar, sebagus apapun suratnya
tetap bisa diterima dengan berat dan patah hati. Demikian pula
apabila kita memang diinginkan untuk keluar, seindah apapun surat
kita tidak jadi soal lagi. Saran saya, buatlah yang bernada persuasive
dan tidak sekedar informative. Apalagi apabila kita tahu bahwa
pengunduran diri kita tersebut tidak diinginkan dan tidak disangkasangka
oleh atasan atau perusahaan. Surat resign yang persuasive
akan memuat tiga bagian:
a. Pembuka surat, dimana kita mengutarakan situasi yang kita hadapi
saat ini di perusahaan, dan/atau impian kita untuk maju, dan/atau
berbagai perasaan kita, pendapat kita mengenai diri kita dan
perusahaan, dan lain-lain. Intinya menceritakan beberapa situasi
yang menuntun kita untuk mempertimbangkan resign.

b. Badan surat, dimana kita menyampaikan berbagai alternative yang
sudah kita pertimbangkan sebagai keputusan kita dan outcome
atau hasilnya menurut pendapat kita, misalnya kalau kita menetap
apa yang akan terjadi menurut kita, atau apabila kita pindah
bagaimana keadaan perusahaan dan kita, dan lain-lain.
c. Akhir surat, dimana kita menyampaikan bahwa dari situasi yang
ada dan dari berbagai pilihan yang kita pertimbangkan, kita sampai
pada keputusan untuk resign.
Sisanya adalah ungkapan penghargaan dan terima kasih untuk
kesempatan, perkembangan diri kita, bimbingan selam kerja, dan
sejenisnys.
Pastikan Anda paham
hak dan kewajiban!
Hak dan kewajiban tetap
berlaku sampai akhir karir di manapun.
Pastikanlah Anda paham dengan semua
hak dan kewajiban Anda. Informasi
lengkap tentang ini bisa Anda dapatkan
dari Departemen Sumber Daya Manusia
(SDM), atau dari sahabat-sahabat Anda yang lebih memahami. Dan
pada saat Anda melakukan serah terima jabatan dengan rekan kerja
atau penerus Anda, pastikan ada bukti tertulis atau berita acara
mengenai serah-terima tersebut, lengkap dengan saksinya. Dan tentu
saja, pada penyerahan akhir kewajiban Anda, pastikan juga ada
kalimat ‘semua kewajiban telah selesai’ dari pihak yang berwenang di
perusahaan. Dan ini juga bukan soal curiga ada maksud tidak baik dari
perusahaan. Siapapun bisa lupa, dan apabila itu terjadi, Anda sudah
siap!
Do the best until the end!
Bilamana mungkin, di saat-saat akhir, naikkan gigi ke tingkat
yang tidak pernah kita capai sebelumnya! Pada saat kita
sudah memutuskan keluar atau sudah mengajukan surat resign,
perasaan lega dan damai, bercampur nikmat dan bahagia yang tidak
bisa dijelaskan, bisa menjadi pemicu adrenalin untuk menghasilkan
hal-hal yang luar biasa di garis finish. Kembali lagi, saat-saat terakhir
menawarkan kesempatan untuk meninggalkan legacy (warisan) atau
kenang-kenangan yang indah. So do the best!
Berikan apresiasi pada yang benar-benar
berarti bagi Anda dan karir Anda!
Saat Anda sudah melayangkan surat resign, tersedia ruang
yang sangat luas untuk menyampaikan penghargaan Anda pada siapa
saja di perusahaan yang Anda anggap sebagai orang-orang yang
berjasa buat karir dan perkembangan diri Anda. Tuliskan email atau
surat/kartu ucapan terima kasih kepada mereka, dengan menyebutkan
secara spesifik bagaimana mereka telah memberikan pengaruh pada
karir dan perkembangan diri Anda!

Akui saat-saat yang kurang bisa dibanggakan,
dan banggalah pada pencapaian!
Di beberapa perusahaan, kita disediakan kesempatan untuk
say goodbye atau memberikan sedikit pidato perpisahan. Di beberapa
perusahaan, malah kesempatan ini ditampilkan di depan seluruh
karyawan perusahaan. Ambil kesempatan ini dengan professional.
Ingat untuk mengakui saat-saat dimana Anda tidak merasa bangga
akan apa yang Anda lakukan. Dan ingat juga untuk mengakui
pencapaian diri Anda di perusahaan, termasuk berbagai warisan yang
Anda banggakan, dan sekaligus berterima kasih pada mereka-mereka
yang membantu Anda mencapainya. Dan ingat, bahwa ini bukan
berarti Anda menyombongkan diri, tapi sekedar pengungkapan rasa
bangga Anda pada apa yang telah Anda capai, terutama kebahagiaan
telah memberikan kontribusi berarti untuk perusahaan Anda! Apabila
ada nada sumbang mengenai prestasi Anda, perilaku Anda, atau ada
yang sepertinya melonjak kegirangan dengan kepergian Anda, so be
it! Apapun yang kita lakukan, akan ada yang senang, akan ada yang
tidak senang. Fokus saja pada kenyataan bahwa Anda cukup sportif
untuk mengakui kekurangan Anda dan Anda bangga dengan
pencapaian Anda!
Off you go!
Setelah semuanya selesai,
kecapilah dunia baru Anda
dengan antusias! Kita yang
mengkreasikan realita kita sendiri dan
oleh sebab itu, kita juga pantas
menjemput setiap pencapaian kita,
apapun itu. Posisi baru, jabatan baru,
pangkat baru, perusahaan baru,
semuanya adalah PILIHAN kita. So,
ENJOY, my friend! ENJOY!
SPREAD THE NEWS!
Anda dipersilahkan untuk mem-forward e-book ini ke siapa saja yang menurut Anda
membutuhkannya, sejauh tidak ada tujuan komersil dan isi tulisan ini tidak ditambah,
dikurangi, atau dimodifikasi dalam bentuk apapun. Apabila Anda ingin memuat tulisan
ini di majalah atau media komersil lainnya, hubungi: hnikolay@cbn.net.id
Tentang Penulis
Hingdranata Nikolay adalah seorang Licensed Master Practitioner of Neuro
Linguistic Programming (NLP) dan Hypnotherapist, dari The Society of NLP,
Orlando, USA. Saat ini menjabat sebagai General Manager PT NEXT GENERATION
HAIR SALON, dan juga sebagai pendiri dan Moderator dari komunitas
pengembangan diri INSPIRASI INDONESIA. Menginvestasikan waktunya selama
lebih dari 7 tahun terakhir di dunia pengembangan SDM, dan membantu
pengembangan diri dan penyesuaian sikap orang lain melalui konseling, seminar,
training, workshop, terapi, dan berbagai tulisannya.

Oleh: Hingdranata Nikolay, MNLP, CHt

Tidak ada komentar: