Saya melihat seorang anak kecil sedang menangis karena kakinya tersandung batu, dan anak tersebut berlari kearah orang tuanya sambil berkata,
"Mama aku jatuh tersandung batu", dan orang tuanya berkata,
"Diam sayang batunya nakal nanti batunya mama marahi," kenapa harus menyalahi batu?
Suatu ketika di lingkungan kantor,
"Kenapa kamu tak dapat mencapai target penjualan?", tanya seorang manager ke pada supervisornya
"Iya saya mempunyai tim yang kurang solid", kenapa harus menyalahkan teamnya?
Ketika suatu saat saya mempunyai janji dengan kerabat untuk bertemu di satu tempat pada pukul 9.00. Ternyata kerabat saya datang pada pukul 10.30, dan saya bertanya,
"Kenapa telat?",
"Tadi supir taksinya jalanya pelan, dan jalanan macet", saudara saya berkata, kenapa menyalahkan supir taksi dan jalanan macet?
Begitu mudahnya kita melempar kesalahan kepada orang lain, disaat kita terdesak.. dari beberapa kasus yang saya tulis diatas. Dari kasus pertama saat kecil kita dibimbing untuk menyalahkan batu ketika kita tersandung dan jatuh. Saat target penjualan tidak teracapai seorang supervisor dengan mudah melemparkan kesalahan kepada teamnya, kenapa tidak mengaku bahwa dia salah, karena mungkin salah strategy, atau malah dia tidak melakukan apa-apa hanya menyerahkan ke teamnya… dan saat kerabat saya datang terlambat dia menyalahkan supir taksi… apakah benar… kenapa kerabat saya tidak berjalan lebih awal atau memilih jalan alternative untuk tidak terlambat.
Fenomena sosial yang sangat menyedihkan sedang terjadi pada masyarakat kita dimana masing-masing ingin mencari selamat, dan melemparkan kesalahan kepada orang lain dan tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya.
Mungkin kah, sikap melemparkan kesalahan tersebut berawal dari saat kita kecil di mana kita terbiasa menyalahkan dan melemparkan masalah kepada orang lain agar kita aman. Dengan melemparkan kesalahan kepada orang lain tidak kah kita merasa
salah dan tidak nyaman. Dan saat kita melemparkan kesalahan orang lain kita sebenarnya sedang membiasakan diri untuk berbohong kepada diri sendiri.
Dengan mencoba untuk melemparkan kesalahan kita kepada orang lain adalah suatu candu dan akan menghambat perkembangan jiwa kita… jika kita berhasil melemparkan suatu masalah kepada orang lain kita dan kita merasa aman dan berhasil, maka kita akan berusaha mengulang melemparkan setiap kesalahan kita kepada orang lain.
Mengapa kita tidak bersikap jujur bahwa kesalahan yang kita buat tersebut adalah salah kita dan kita bertanggung jawab atas resiko yang ada. Bagaimana perasaan anda jika orang lain melemparkan suatu masalah kepada kita…. Marah kesal dan kecewa bukan…. Jadi kenapa kita harus melempar kesalahan kepada orang lain.
Dengan menerima kesalahan, kita seharusnya senang karena kita mendapat pelajaran berharga dan tidak mengulangi kesalahan tersebut. Dan kita punn sangat marah jika kita terkena masalah dari lemparan orang lain. Kita harus melatih jujur dan menumbuhkan jiwa sportif kepada diri kita sendiri. Dengan mengakui kesalahan kita maka orang lain dan lingkungan akan sangat menghargai diri kita. Tidak percaya coba buktikan bersifat sportif, dan anda akan mendapat tanggapan yang baik.
Begitu indah jika kita tidak saling menyalahkan dan bersikap jujur dan sportif kepada orang lain, seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Dengan ini jika berkenan saya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk tidak melemparkan kesalahan kepada orang lain, dan berjiwa sportif dan mengakui kesalahan kita jika kita salah, seperti seorang ksatria, dan wujud iman kita.
"Menjadi jujur seperti seorang ksatria yang sportif dan berwibawa, atau mencoba tidak jujur (bohong) seperti seorang pencuri yang terhina dan tidak berharga"
"Walaupun menanam kejujuran terasa pahit, tetapi kejujuran akan menghasilkan buah yang manis. Jadi mari kita jujur, walau kejujuran itu pahit"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar